Vokasi Volume IX, Nomor 3, No vember 2013 [602785]

Vokasi Volume IX, Nomor 3, No vember 2013
ISSN 1693 – 9085 hal 186-199
186

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK
(RECIPROCAL TEACHING ) PADA MATA KULIAH
MATEMATIKA
Ichsan
Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Pontianak 78124
E-mail: [anonimizat]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meng embangkan model pembel ajaran
reciprocal teaching pada mata kuliah matematika. Pengembangan ini diharapkan dapat
meng ungkapkan penguasaan mahasiswa terhadap konsep matematika serta
meningkatkan hasil belajar matematika . Penelitian ini merupakan p enelitian tindakan
kelas yang dilakukan di ruang kuliah jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri
Pontianak. Prosedur penelitian mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan melibatkan 20 orang
mahasiswa yang memp rogramkan mata kuliah matematika. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik pengukuran dengan alat tes tertulis untuk mengukur kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika disertai dengan lembar
pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa d alam belajar dan kuesioner untuk menjaring
tanggapan mahasiswa terhadap model yang diterapkan. Untuk mengukur peningkatan
hasil belajar dan efektivitas model yang diterapkan digunakan uji wilcoxon . Aktivitas
belajar dianalisis berdasarkan analisis logis , dan respon s siswa dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dengan penyajian skor rata -rata. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa profil konsepsi awal mahasiswa bervariasi dan pada umumnya konsepsi mereka
masih bersifat miskonsepsi. Penguasaan mahasiswa te rhadap materi tergolong baik.
Persentase aktivitas mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran tergolong efektif. Hasil
uji hipotesis menunjukkan bahwa penerapan model belajar reciprocal teaching dapat
meningkatkan hasil belajar secara signifikan.
Kata kunci : Model Pembelajaran, reciprocal teaching , matematika, pengembangan
model

THE DEVELOPING OF RECIPROCAL TEACHING
INSTRUCTIONAL MODEL ON MATHEMATICS SUBJECT

Abstract: The aim of this research is to know the students conception profile and their
mastering tow ard the mathematical concept, their grade activity and also their
motivation after applying reciprocal teaching. This action class research done in
Agriculture Technology Laboratory Pontianak State Polytechnics. The research
procedures follows the action c lass research procedures, which are consists of planning,
action, observation and reflection by involving 20 students that programming

187 Ichsan Vokasi

mathematics subject. The collecting data technique used measurement technique by
using written test as the tools in order to measure the students competence in solving
mathematics problem with observation sheet to the student’s activity in learning and the
question are to know the student: [anonimizat], the learning activity analyzed based on logic analysis and the student: [anonimizat], their conception still misconception. Their mastering toward
material is categorized.

Keywords : Instructional model, reciprocal teaching, mathematics, model’s
development
___________ _________________________________________________________

Upaya peningkatan mutu pendidikan
matematika terus menerus dilakukan. Bila
upaya tersebut berhasil dengan mening –
katnya mutu pendidikan matematika dari
jenjang pendidikan dasar hingga jenjang
pend idikan menengah. Semestinya pada
jenjang pendidikan tinggi, para mahasiswa
dapat menguasai matematika sekolah
menengah dengan baik.
Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa penguasaan terhadap matematika
masih sangat memprihatinkan, khususnya
mahasiswa Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP)
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik
Negeri Pontianak (TP POLNEP). Untuk
mata kuliah matematika dari sejumlah
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
tersebut sebagian besar (lebih dari 50%)
belum dapat me nguasai materi dengan baik.
Dalam mata kuliah matematika dari
perolehan hasil ujian tengah dan akhir
semester dalam beberapa tahun terakhir
menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan, hanya sekitar 10 -15% saja
mahasiswa yang mendapat nilai baik.
Menurut Sche fele dan Csikszent –
mihalysi ( Hartoyo, 1998: 3) bahwa, paling
tidak ada dua faktor utama yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika, yaitu (1) motivasi dan kemam –
puan dasar (faktor internal), (2) cara
penyampaian dan penguasaan materi oleh
pengajar (faktor ek sternal).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
mahasiswa, diperoleh keterangan bahwa
motivasi mahasiswa dalam belajar sangat
kurang, tradisi belajar tidak berbeda dengan
tradisi belajar di SMA, mereka dipandang
sebagai penerima pasif dalam mencapa i
tujuan instruksional. Selain itu, dalam
belajar mereka hanya banyak mengacu pada
keterampilan dalam menyelesaikan soal –
soal tanpa didukung oleh penguasaan
konsep secara mendalam.
Selanjutnya b erdasarkan pengamatan
di kelas dan klarifikasi dengan dosen dan
mahasiswa di lingkungan jurusan
Teknologi Pertanian Polnep, proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas
yang mudah diterapkan masih berpusat
pada pengajar (dosen). Metode
pembelajaran yang digunakan adalah
metode ceramah (yang biasanya diselingi
tanya jawab dan penugasan ).
Kelemahan mahasiswa dalam
kemampuan dasar menjadi penyebab
sukarnya dosen memvariasikan model

Volume 9, 201 3 188
pengajaran yang mengaktifkan mahasiswa.
Padahal disadari bahwa s alah satu
kelemahan sistem pembelajaran yang
berpusat pada dosen adalah ka rakteristik
serta perbedaan individual mahasiswa dan
faktor -faktor yang mungkin mempengaruhi
proses belajar mengajar mahasiswa tidak
banyak diperhatikan (Percival & Ellington,
1984).
Sistem pembelajaran yang baik
seharusnya dapat membantu mahasiswa
mengem bangkan diri secara optimal, serta
mampu mencapai tujuan belajar yang
diharapkan. Meskipun proses pembelajaran
tidak dapat sepenuhnya berpusat kepada
mahasiswa tetapi pada hak ikatnya
mahasiswalah yang harus belajar. Menurut
aliran konstruktivis, mengajar b ukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari
dosen ke mahasiswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan mahasi swa
membangun sendiri pengetahuannya
(Suparno, 1997 : 65). Menurut prinsip ini,
seorang pengajar berpe ran sebagai mediator
dan fasilit ator ya ng membantu agar proses
belajar berjalan baik.
Melihat kenyataan tersebut, perlu
kiranya masalah tersebut mendapat
perhatian. Proses pembelajaran perlu
diupayakan dan dikembangkan tidak
semata -mata berorientasi pada hasil belajar
yang dapat diamati, tetapi perlu penekanan
pada “ learning how to learn ” (Nur, dkk,
1998). Menurut Weinstein dan Meyer
(dalam Arend s, 1997) bahwa pengajaran
yang baik meliputi mengajar siswa tentang
bagaimana belajar, bagaimana mengingat,
bagaimana ber pikir, dan bagaimana
memotivasi diri sendiri.
Model pembelajaran yang
diungkapkan oleh Weinsten dan Meyer
disebut dengan “ learning strategies ”.
Tujuan utama dari learning strategies
adalah mengajar peserta didik (mahasiswa) belajar mandiri dan memonitor belajar
mereka sendiri. Proses b elajar seperti ini
tampaknya sangat cocok bagi mahasiswa.
Melalui kebiasaan belajar mandiri
diharapkan mahasiswa dapat melakukan 4
(empat) hal penting, yaitu: (1) Secara cepat
dapat mendiagnosi s situasi pembelajaran
tertentu; (2) Memilih strategi belajar
tertentu untuk menyelesaika n masalah
belajar yang dihadapi; (3) Dapat memonitor
efektivitas dari strategi terseb ut; dan (4)
Cukup termotivasi untuk terlibat dalam
situasi belajar tersebut sampai masalah
terselesaikan (Nur, 2000) .
Salah satu model pembelaj aran yang
sesuai dengan st rategi belajar tersebut
adalah model pembelajaran “ Reciprocal
Teaching ” (Arends, 1997 ). Pembelajaran
dengan Reciprocal Teaching ini akan
mengajarkan kepada mahasiswa tentang
bagaimana merangkum, bertanya,
menjelaskan dan mempredik si.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penelitian ini akan menerapkan model
pembelajaran Reciprocal Teaching pada
mata kuliah matematika bagi mahasiswa
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil
Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Pontian ak.
Masalah yang akan diungkapkan dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan
model pembelajaran Reciprocal Teaching
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mahasiswa pada mata kuliah
matematika?”
Untuk menjawab masalah tersebut,
perlu dibagi d alam sub-sub masalah sebagai
berikut: (1) Bagaimana profil konsepsi awal
dan miskonsepsi apa saja yang dialami
mahasiswa berkaitan dengan konsep –
konsep yang terkandung dalam mata kuliah
matematika? (2) Bagaimana penguasaan
mahasiswa terhadap materi yang di pelajari
setelah diterapkannya model pembelajaran?

189 Ichsan Vokasi

(3) Apakah penerapan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada
mata kuliah matematika? (4) Hambatan apa
saja yang dialami dalam penerapan model
Reciprocal Teaching pada mata kuliah
matematika? Dan (5) Bagaimana respon s
mahasiswa terhadap model yang digunakan
dalam pembelaj aran?
Model pembelajaran Reciprocal
Teaching dalam penelitian ini a dalah adalah
prosedur pembelajaran untuk mengajarkan
mahasiswa strategi pemahaman mandiri
yaitu merangkum, bertanya, mengklari –
fikasi dan meramalkan. Kegiatan belajar
mahasiswa dilakukan dalam kelompok –
kelompok kecil. Dosen berperan sebagai
mediator, model dan pelatih.
Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti tes dalam pembelajaran
matematika di kelas.
Pendekatan Reciprocal Teaching
dalam Pembelajaran . Joyce (1992: 4)
menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola atau perencanaan yang
digunakan sebagai pedoman dal am
merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat -perangkat pembela –
jaran termasuk di dalamnya buku -buku,
peralatan, kurikulum dan lain -lain. Hal ini
berarti bahwa setiap model pembelajaran
yang akan digu nakan menentukan
perangkat yang dipakai dalam pembelajaran
tersebut. Menurut Arends (1997: 7) bahwa
model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan termasuk di dalamnya tujuan
pengajaran, tahap -tahap dalam kegiatan
pembelajaran mengarah kepada desain
pembelajaran untuk membantu peserta
didik (mahasiswa) agar tujuan
pembelajarannya tercapai. Model pembelajaran yang
dimaksudkan di si ni adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur
sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Tentu saja dalam pemilihan model
sangat di pengaruhi oleh sifat materi yang
diajarkan, serta tingkat kemampuan yang
ingin dicapai.
Strategi belajar adalah suatu
pembelajaran yang mengajarkan kepada
mahasiswa tentang bagaimana belajar,
bagaimana mengingat, bagaimana berpikir,
dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
Strategi belajar merujuk pada tingkah laku
dan proses berpikir yang mempengaruhi
apa yang dipelajari. Tujuan utamanya
adalah mengajar mahasiswa untuk biasa
belajar mandiri. Pendekatan yang
digunakan dalam strategi belajar seperti ini
adalah Direct Inst ruction dan Reciprocal
Teaching . Di sini yang akan digunakan
adalah menerapkan model Reciprocal
Teaching .
Reciprocal Teaching (Pengajar
Terbalik) adalah suatu pr osedur pengajaran
atau pendekatan yang dirancang untuk
menga -jarkan peserta didik (mahasiswa)
tentang strategi -strategi kognitif serta untuk
membantu mahasiswa memahami ba caan
dengan baik. (Arends, 1997 : 266).
Reciprocal Teaching mengacu kepada
sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan
kemudian perlahan -lahan melakukan
fungsi -fungsi itu sendiri. Pembelajaran
model ini menunjuk pengajar (dosen)
menjadi model dan pembantu mahasiswa
dari pada sebagai presenter. Menurut Eggen
& Donald (1996), dosen mengajar
keterampilan -keterampilan kognitif yang
penting pada siswa dengan cara
menciptakan pengalaman belajar. Dosen
mencontohkan tingkah laku tertentu
kemudian membantu mahasiswa untuk

Volume 9, 201 3 190
membangun keterampilan -keterampilan itu
sendiri dengan memberikan ran gsangan,
dukungan dan sistem -sistem yang
mendukung.
Pada penerapan model recip rocal
teaching , mahasiswa diajarkan empat
strategi pemahaman mandiri yang spesifik,
yaitu meringkas, membuat pernyataan,
membuat pertanyaan, menjelaskan dan
memprediksi. Untuk melaksanakan strategi
model ini, dosen dan mahasiswa membaca
bahan bacaan tertentu (dari mata kuliah
matematika) dalam kelompok -kelompok
kecil. Dosen mendemonstrasikan keteram –
pilan -keterampilan tadi, seperti meringkas
paragraf, membuat pertanyaan, memper –
jelas poin -poin yang sulit, dan memper –
kirakan apa yang terdapat pada paragraf
berikutnya. Selama perkuliahan belang –
sung dosen tidak berperan sebagai
pemimpin diskusi dalam kelompok, tetapi
diserahkan kepada mahasiswa. Dosen
memberikan dukungan, umpan balik, dan
rangsangan pada mahasiswa ketika mereka
mempelajari strategi tersebut dan
mengajarkannya kepada orang lainnya.
Apakah strategi ini efektif dapat dilihat dari
ketercapaian sasaran belajar yang telah
ditentukan dari masing -masing unit
pelajaran ? Menurut Kemp (19 94: 320),
bahkan keefektifan dapat menjawab
“seberapa jauh mahasiswa dapat mencapai
sasaran belajar yang telah ditentukan untuk
tiap-tiap unit?”
Slavin (1994) memberikan implikasi
dari teori Piaget, Vygotsky, Bruner,
Ausubel, dan teori pemrosesan informas i
dalam pembelajaran. Bertolak dari uraian
Slavin, maka kegiatan pembelajaran
hendaknya: (a) Memusatkan perhatian pada
berpikir atau proses mental an ak, tidak
sekedar kepada hasil. Di samping
kebenaran jawaban mahasiswa, dosen harus
memahami proses yang di gunakan mahasiswa sehingg a sampai pada jawaban
tersebut; (b) Mengutamakan peran
mahasiswa dalam berinisiatif sendiri
(ketertiban aktif dalam k egiatan
pembelajaran); dan (c) Memaklumi adanya
perbedaan individual dalam kemajuan
perkembangan karena itu, perlu upaya
khusus untuk mengatur kegiatan
perkuliahan dalam bentuk individu atau
kelompok kecil.
Prinsip -prinsip Piaget dalam pembela –
jaran diterapkan dalam program -program
yang menekan (1) pembelajaran melalui
penemuan, pengalaman nyata, dan
pemani pulasian la ngsung alat/media dan
bahan belajar ; dan (2) peran dosen sebagai
orang yang mempersiapkan lingkungan
yang memungkinkan mahasiswa memper –
oleh berbagai pengalaman belajar yang
luas.
Berdasarkan teori Piaget ini,
tampaknya Reciprocal Teaching sangat
cocok dal am kegiatan pembelajaran
(perkuliahan) mahasiswa. Hal ini
disebabkan karena model pembelajaran
Reciprocal Teaching memusatkan perhatian
pada berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar pada hasil. Selain itu, model ini
juga mengutamakan peran mahasiswa
secara aktif dan berinisiatif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan teori Vygotsky, ide
penting yang dikemukakan adalah perlunya
pembelajaran sejumlah besar bantuan
kepada mahasiswa selama tahap -tahap awal
dari pembelajaran ( scaffolding ). Dalam
Recipro cal Teaching hal ini dituangkan
pada sesi pertama pembelajaran, dimana
dosen bertindak sebagai pengajar,
selanjutnya akan ditunjuk seorang
mahasiswa untuk menjadi “mahasiswa
pengajar”, disini peran guru hanya
membantu “mahasiswa mengajar” jika
mengalami ke sulitan. Peran dosen ini

191 Ichsan Vokasi

adalah memberikan scaffolding yang dapat
meyakinkan mahasiswa untuk mandiri.
Demikian pula menurut teori Bruner dan
Ausubel, penerapan model Reciprocal
Teaching secara nyata akan mampu
memberikan kemampuan dalam mengana –
lisis tugas belajar ataupun hi erarki belajar
yang akan membantu dalam memahami
materi dan sekaligus dapat meningkatkan
motivasi bagi mahasiswa dalam belajar.
Selanjutnya berdasarkan teori pemro –
sesan informasi, salah satu elaborasi yang
paling efektif adalah bila mam pu
menjelaskan materi k epada orang lain.
(Slavin, 1994 : 197). Seperti telah dijelaskan
tadi., bahwa dalam Reciprocal Teaching ,
mahasiswa akan ditunjuk sebagai
“mahasiswa pengajar”. Ini berarti
keterampilan untuk menjelaskan kepada
orang lain (mahasiswa la innya) juga
mendapat perhatian.
Hipotesis dalam p enelitian ini
berbunyi “Pembelajaran akan lebih efektif
apabila dilakukan melalui model
pembelajaran Reciprocal Teaching ”.
Tujuan Penelitian ini adalah: (1)
Mendeskripsikan profil konsepsi awal
siswa dan m iskonsepsi mahasiswa tentang
konsep -konsep yang terkand ung pada mata
kuliah matematika; (2) Mendeskripsikan
penguasaan mahasiswa terhadap materi
yang dipelajari setelah diterapkannya model
pembel ajaran; (3) Mengetahui apakah
penerapan model pembelajaran Reciprocal
Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar mahasi swa pada mata kuliah
matematika; (4) Mendeskripsikan hambatan
yang dialami dalam penerapan model
Reciprocal Teaching pada mata kulia h
matematika; (5) Mendeskripsikan respon s
mahasiswa t erhadap model dan pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan suatu
penelitian tindakan, yaitu suatu upaya untuk mencari cara agar hasil belajar mahasiswa
menjadi lebih baik. Oleh karena itu
penelitian ini akan memberikan sumbang sih
bagi peningkatan kualitas mahasiswa, dan
sekaligus kualitas pembelajaran di kelas.
Dengan bekal kompetensi yang baik,
seorang mahasiswa akan dapat menerapkan
ilmunya dengan baik, demikian juga
seorang staf pengajar.
METODE
Penelitian ini menggunakan Peneli –
tian Tindakan Kelas (PTK) / Classroom
Action Research (CAR) mengikuti prosedur
penelitian menurut Kemmis & Mc Taggart
(1988) yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian ini diawali dengan refleksi
awal yaitu melakuk an tes awal disertai
wawancara dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran profil konsepsi
awal dan miskonsepsi yang dialami
mahasiswa tentang konsep -konsep yang
terkandung pada mata kuliah matematika.
Selanjutnya akan dirancang bahan ajar
untuk dua siklus se suai dengan materi yang
telah ditetapkan. Siklus 1 membahas
tentang persamaan linier, terdiri dari tiga
kali pertemuan dengan sub materi
persamaan linier satu peubah, persamaan
linier dua peubah dan persamaan linier tiga
peubah. Siklus 2 membahas tentang s istem
persamaan linier, terdiri dari dua kali
pertemuan yang meliputi sub materi sistem
persamaan linier dua peubah dan sistem
persamaan linier tiga peubah.
Data yang dijaring dalam penelitian
ini adalah: (1) hasil pekerjaan mahasiswa
yang meliputi jawaban mahasiswa terhadap
tes awal, tes akhir, tes setiap akhir
pembelajaran, LKS, tugas terstruktur
(individu/mandiri); (2) Hasil pengamatan
terhadap aktivitas mahasiswa, jalannya
proses pembelajaran, dan suasana kelas; (3)

Volume 9, 201 3 192
Catatan lapangan yang memuat catatan
objektif mengenai kasus atau kejadian yang
bersifat insidentil selama proses pembela –
jaran berlangsung yang indikatornya tidak
termuat di dalam lembaran observasi; dan
(4) Transkrip hasil wawancara dengan
mahasiswa yang meliputi deskripsi hasil
tanya jawab tentang hasil tes awal, tes
akhir, tugas dan tentang kesulitan yang
alami mahasiswa selama mengikuti
pembelajaran serta respons mahasiswa
terhadap model yang diterapkan.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Polnep jurusan teknologi
pertanian yang mengikuti mata kuliah
matematika sebanyak 20 orang .
Pengumpulan data dalam penelitian
ini akan dilakukan melalui: (1) Tes, untuk
memperoleh gambaran hasil belajar dan
penguasaan mahasiswa terhadap konsep/
prinsip yang dipelajari, baik sebelum
dilakuka n tindakan, pada setiap siklus
maupun setelah selu ruh siklus pembelajaran
selesai; (2) Observasi, dilakukan untuk
mendeskripsikan suasana kelas dan
aktivitas mahasiswa selama proses pembe –
lajaran berlangsung; (3) Catatan Lapangan,
memuat deskripsi yang ber hubungan
dengan kegiatan mahasiswa dan dosen atau
kejadian yang muncul selama proses
pembelajaran yang indikatornya tidak
termuat dalam lembar observasi; (4)
Wawancara digunakan untuk memperoleh
gambaran yang lebih mendalam tentang
kesulitan yang dialami mahasiswa selama
belajar, pemahaman terhadap materi, hasil
pekerjaan/tugas, hasil tes, mengungkapkan
ide serta perasaan mereka terhada p model
belajar yang diterapkan; dan (5) Kuesioner,
untuk memperoleh gambaran tentang
tanggapan mahasiswa apakah model
Reciprocal Teaching dapat meningkatkan
motivasi dan penguasaan mereka terhadap
materi yang dipelajari. Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuali –
tatif digunakan untuk menyelidiki dan
mengkaj i fenomena alamiah tentang
aktivitas mahasiswa baik dalam memahami
konsep/prinsip yang berhubungan dengan
materi yang dipelajari maupun aktivitas
dalam kegiatan belajar dan diskusi serta
perannya sebagai pengajar. Dengan pende –
katan kualitatif dapat digamb arkan latar dan
interaksi yang kompleks secara alamiah
tentang aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran serta respons mahasiswa
terhadap model yang digunakan. Sedangkan
pendekatan kuantitatif digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang tingkat
penguas aan dan hasil belajar mahasiswa
yang hasilnya dapat menggambarkan
efektivitas model pembelajaran yang
diterapkan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan
cara sebagai berikut: (1) Data tentang profil
konsepsi awal diperoleh melalui tes awal,
dianalisis berda sarkan analisis logis dan
penyimpulannya dideskripsikan secara
naratif. Dari analisis tersebut lebih lanjut
akan dianalisa secara deskriptif tentang
miskonsepsi mahasiswa dan penyim –
pulannya dinyatakan dalam persentase ; (2)
Data tentang aktivitas mahasiswa dalam
kegiatan pembelajaran dianalisis berda –
sarkan analisis logis, dan penyajianny a
dideskripsikan secara naratif; (2) Data
tentang respons mahasiswa terhadap model
yang dikembangkan dianalisis melalui
statistik deskriptif, penyimpulannya dida –
sarkan pad a skor rata -rata dan simpangan
baku; (3) Perumusan model pembelajaran
yang efektif yang dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan mahasiswa akan
ditetapkan pada akhir seluruh pembelajaran
setelah terjadi penyempurnaan -penyem –
purnaan yang dilakukan setiap siklus ; (4)

193 Ichsan Vokasi

Hipotesis , yang berbunyi bahwa “Pembe –
lajaran matematika akan lebih efektif jika
dilakukan melalui model pembelajaran
Reciprocal Teaching ” akan dilihat berda –
sarkan peningkatan penguasaan mahasiswa
terhadap materi matematika baik pada awal
dan akhir tindakan maupun pada setiap siklus pembelajaran. Data akan dianalisis
melalui uji perbedaan rata -rata antara (1) tes
awal dan tes akhir, (2) tes setiap siklus
pembelajaran ; yaitu uji t satu pihak, jika
data berdistribusi normal , dan uji wilcoxon.
jika data tidak berdistribusi normal.
Kegiatan tindakan dapat digambarkan pada skema berikut.
Siklus 1

Tidak Berhasil?
ya
Siklus 2

Berhasil? Tidak
ya

Gambar 1. Siklus prosedur penelitian

HASIL
Penelitian ini telah dilaksanakan
selam a dua siklus. Siklus pertama, tiga kali
pertemuan, dan siklus kedua dua kali
pertemuan.
Pada siklus pertama dibahas tentang
persamaan li nier. Tahap perencanaan .
Dalam perencanaan dilaksanakan kegiatan:
mengidentifikasi tujuan perkuliahan dan
menetapkan produk belajar , membuat
bahan ajar yang dilengkapi dengan tu gas
dan lembar kerja mahasiswa, membuat tes
akhir siklus 1 dan merancang satuan acara
perkuliahan . Tahap t indakan (implementas i
model). Tindakan yang dilakukan adalah:
menyampaikan tujuan pembe lajaran,
membangkitkan motivasi; dosen
memodelkan pembelajaran menggunakan
soal yang termuat pada bahan ajar; dosen
mengecek pemahaman mahasiswa deng an
meminta menyelesaikan soal ; dosen
menunjuk salah satu mahasiswa sebagai
“mahasiswa dosen” untuk menerangkan
kepada teman -temannya tentang salah satu
konsep pada materi matematika dan
membahas soal latihan (“mahasiswa guru”
dapat menunjuk temannya untuk
menyampaikan pendapat mereka apa yang
telah dibahas); Dosen bersama -sama Rencana siklus 1 Tindakan Observasi Refleksi
Rencana siklus 2 Tindakan Observasi Refleksi
Penulisan laporan

Volume 9, 201 3 194
mahasiswa merangkum materi yang telah
dibahas ; Mahasiswa diminta untuk
menuliskan pendapatnya tentang kesulitan,
hal-hal yang disenangi dan tidak disenangi
selama belajar.
Tahap obse rvasi . Kegiatan
pengamatan dimaksudkan untuk mengenali,
merekam, mendokumentasikan semua
perubahan yang terjadi baik akibat
terencana maupun sebagai efek sampingan.
Hal-hal yang diamati berkaitan dengan
jalannya proses pembelajaran terutama
yang menyangkut aktivitas mahasiswa dan
tanggung jawab mahasiswa dalam
melaksanakan tugasnya dalam belajar.
Penguasaan mahasiswa dalam membahas
materi juga menjadi pusat pengamatan
selain teknik menjelaskan materi tersebut.
Tahap r efleksi . Kegiatan refleksi
mencakup keg iatan mereduksi semua
informasi yang diperoleh melalui observasi,
yaitu melihat kelebihan dan kekurangan
serta temuan -temuan bersifat insidentil.
Hasil observasi analisis dan dijadikan dasar
untuk melakukan kegiatan tindakan siklus 2
Pada siklus 2, dibahas tentang sistem
persamaan linier, yang meliputi materi
sistem persamaan linier dua peubah dan tiga
peubah.
Tahap perencanaan . Kegiatan dalam
perencanaan adalah: mempelajari hasil
refleksi siklus 1 sebagai refleksi awal siklus
2, agar dapat melakukan tinda kan yang
lebih efektif ; merancang tindakan baru
berdasarkan refleksi siklus 1 ; dan
mempersiapkan bahan ajar dilengkapi
dengan t ugas dan lembar kerja mahasiswa.
Tahap tindakan . Pelaksanaan tindakan
siklus 2 pada dasarnya merupakan
penyempurnaan dari tindak an siklus 1.
Langkah -langkah pembelajaran direnca –
nakan sebagai berikut: refleksi hasil
pembahasan siklus 1 ; melakukan bim –
bingan terhadap mahasiswa yang masih mengalami kesulitan belajar pada siklus 1 ;
mahasiswa mengkaji bahan ajar sesuai
dengan materi ya ng akan dibahas ; dosen
memodelkan pendekatan reciprocal
teaching menggunakan so al yang termuat
pada bahan ajar; dosen mengecek
pemahaman mahasiswa de ngan meminta
menyelesaikan soal; dan Mahasiswa
diminta untuk menuliskan pendapatnya
tentang kesulitan, hal -hal yang disenangi
dan tidak disenangi selama belajar.
Tahap o bservasi . Pelaksanaan
observasi sama dengan observasi pada
siklus 1. Hal -hal yang diamati berkaitan
dengan jalannya proses pembelajaran
terutama yang menyangkut aktivitas
mahasiswa dan tanggun g jawab mahasiswa
dalam tugas belajar. Penguasaan mahasiswa
dalam membahas materi juga menjadi pusat
pengamatan dan cara menjelaskan materi
tersebut. Alat yang digunakan adalah
lembar observasi, catatan lapangan, alat
perekam.
Tahap r efleksi . Berdasarkan analisis
hasil observasi siklus 2, ditunjang dengan
hasil evaluasi terhadap pekerjaan maha –
siswa (tugas, tes) kembali dilakukan
refleksi yang berkaitan dengan kelebihan
dan kekurangan yang terjadi pada siklus 2 .

Profil Konsepsi Awal Mahasiswa
Berdasarkan hasil tes awal dan
interview klinis diperoleh konsepsi awal
mahasiswa sesuai dengan konsepsi masing –
masing sub materi sebagai mana tertera pada
tabel 1.
Berdasarkan data pada tabel 1.
diperoleh informasi bahwa pemahaman
awal mahasiswa tentang persamaan lini er
dan sistem persamaan linier sangat rendah.
Konsepsi mahasiswa tentang konsep –
konsep tersebut masih salah atau
mengalami miskonsepsi.

195 Ichsan Vokasi

Tingkat Penguasaan (Hasil Belajar)
Tingkat penguasaan mahasiswa
terhadap konsep -konsep matematika
didasarkan atas skor yang diperoleh
mahasiswa pada tes awal dan tes akhir serta
hasil tes setiap siklus yang dapat dilihat
pada tabel berikut.
Dari tabel 2, diperoleh r erata skor tes
awal 12,58 dari skor maksimal 40 atau
31,45 dengan skala 0 -100, tergolong sangat
kurang. Sedan gkan r erata skor tes akhir
adalah 34,12 dari skor maksimal 40 atau
85,30 dengan skala 0 –100, tergolong sangat
memuaskan. Demikian juga dengan tes
setiap akhir siklus, r erata skor akhir siklus 1
adalah 25,91 dari skor maksimal 40 atau
64,77 dengan skala 0 –100 tergolong
sedang. Skor r erata akhir siklus 2 adalah
32,78 dari skor maksimal 40 atau 81,94
dengan skala 0 –100 tergolong baik.
Berdasarkan hasil analisis penguasaan
atau hasil belajar mahasiswa ternyata telah
terjadi peningkatan r erata hasil belajar
mahasiswa antara tes awal dan tes akhir
adalah 21,54 atau 53,85 dengan skala 0 –
100.

Aktivitas Belajar Mahasiswa
Berdasarkan Tabel 3. diperoleh
informasi bahwa persentase aktivitas
mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran
pada setiap indikator terletak pada ren tang
batas toleransi standar ideal waktu yang
tergolong efektif.

Respons Mahasiswa terhadap Model
Belajar
Hasil analisis angket diperoleh skor
rerata aspek percaya diri untuk masing –
masing item kategori baik. Rerata skor yang
diperoleh 4,32 dengan skor ma ksimal 5.
Demikian juga skor rerata aspek motivasi
belajar untuk masing -masing item kategori
baik, dengan skor rerata 4,24 dari skor
maksimal 5. Secara umum perkuliahan dengan
model reciprocal teaching memiliki tingkat
percaya diri yang tinggi. Jumlah skor rerata
bobot item angket adalah 25,46 atau 84,7%
termasuk kategori tinggi.
Pada aspek motivasi belajar, secara
umum mahasiswa memiliki motivasi yang
tinggi belajar dengan menggunakan model
yang diterapkan. Rerata jumlah skor setiap
bobot item adalah 24,39 atau 81,30% yang
termasuk dalam rentang kategori tinggi.
Hambatan yang dihadapi mahasiswa
Dalam pembelajaran matematika di
kelas, hambatan -hambatan yang dihadapi
mahasiswa adalah sebagai berikut: (1)
Penguasaan konsep dasar matematika
mahasiswa cukup rend ah, karena
penguasaan matematika merupakan bagian
utama dalam mengerjakan soal; (2)
Motivasi belajar mahasiswa bergantung
pada motivasi mereka belajar matematika;
dan (3) Penggunaan alat bantu hitung
(kalkulator) yang belum optimal.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis konsepsi
awal mahasiswa tentang konsep -konsep
persamaan linier dan sistem persamaan
linier dapat disimpulkan pengetahuan awal
mahasiswa sangat bervariasi. Untuk
pengertian dari masing -masing konsep
sebagian besar (lebih dari 70%) mahasiswa
sudah memiliki konsep yang benar, untuk
pengertian peubah, koefisien dan konstanta
lebih dari 40% mahasiswa sudah memiliki
konsep yang benar, dan untuk konsep
tentang penyelesaian lebih dari 30%
mahasiswa yang memiliki konsep yang
benar. Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang (mahasiswa) memasuki ruang
kuliah tidak dengan kepala kosong , tetapi
sudah memiliki konsep awal . Mereka telah
memiliki pengetahuan sesuai dengan

Volume 9, 201 3 196
Tabel 1. Profil Konsepsi Awal Mahasiswa
Konsepsi Sup-konsepsi Miskonsepsi
1. Persamaan linier satu
peubah – pengertian persamaan linier 25%
– pengertian tentang peubah,
koefisien, dan konstanta 50%
– penyelesaian persamaan linier satu
peubah 60%
2. Persamaan linier dua
peubah – pengertian persamaan linier dua
peubah 30%
– pengertian tentang peubah,
koefisien, dan konstanta 50%
– penyelesaian persamaan linier dua
peubah 60%
3. Persamaan linier tiga
peubah – pengertian persamaan linier tiga
peubah 30%
– pengertian tentang peubah,
koefisien, dan konstanta 50%
– penyelesaian persamaan linier tiga
peubah 60%
4. Sistem persamaan linier dua
peubah – pengertian sistem persamaan linier
dua peubah 30%
– penyelesaian sistem persamaan linier
dua peubah dengan cara eliminasi 50%
– penyelesaian sistem persamaan linier
dua peubah dengan cara determinan 60%
5. Sistem persama an linier dua
peubah – pengertian sistem persamaan linier
tiga peubah 30%
– penyelesaian sistem persamaan linier
tiga peubah dengan cara kombinasi
eliminasi dan substitusi 60%
– penyelesaian sistem persamaan linier
tiga peubah dengan cara determinan 70%

Tabel 2. Penguasaan Mahasiswa terhadap Konsep -Konsep Matematika
Pelaksanaan Tes Rata-rata Tes Standar Deviasi
Tes Awal
Tes Akhir
Siklus 1
Siklus 2 12,58
34,12
25,91
32,78 4,94
3,55
4,99
4,10

197 Ichsan Vokasi

Tabel 3. Persentase Aktivitas Belajar Mahasiswa
Indikator pengamatan Aktivitas
Rerata (%) Batas toleransi
aktivitas Keterangan
1. membaca / memperhatikan, tujuan,
rangkuman dan meramalkan apa yang
akan dibahas
2. mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan
3. membaca dan menjawab pertanyaan yang
diajukan pada langkah 2
4. mem visualkan / menyajikan /
menghubungkan hasil bacaan dengan
konsep yang telah dimiliki
5. memahami / mendiskusikan jawaban atas
pertanyaan yang dibuat
6. mengulang kembali seluruh bacaan,
membahas kembali pertanyaan dan
jawaban yang telah dibuat

15,35

12,45

24,96

12,76

12,54

11,33

9,28-19,28

9,28-19,28

25,36 -33,56

9,28-19,28

9,28-19,28

9,28-19,28

Efektif

Efektif

Efektif

Efektif

Efektif

Efektif

struktur kognitif masing -masing sesuai
dengan pengetahuan yang telah mereka
dapatkan di jenj ang pendidikan
sebelumnya, walaupun pada umumnya
konsepsi awal masih bersifat miskonsepsi.
Dari penguasaan mahasiswa terhadap
materi yang diberikan menggunakan
reciprocal teaching . Berdasarkan skor tes
awal, skor tes pada siklus 1, skor tes pada
siklus 2 d an skor tes akhir, terdapat
peningkatan skor. Hasil ini menunjukkan
bahwa secara perlahan mahasiswa semakin
memahami materi dan pembelajaran yang
dilaksanakan. Walaupun peningkatan dari
tes awal, siklus 1, siklus 2 dan tes akhir
tidak cukup besar, tetapi g ambaran ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
reciprocal teaching cukup menginspirasi
mahasiswa dalam memahami materi. Hal
ini sesuai dengan pendapat bahwa
pembelajaran dengan melibatkan rekan
sejawat sebagai nara sumber dapat
meningkatkan hasil atau pengu asaan peserta
didik.
Dari hasil pengamatan terhadap
aktivitas mahasiswa diketahui bahwa
aktivitas mereka dalam belajar sangat
tinggi, baik dalam kegiatan kelompok
maupun aktivitas mereka sebagai
”mahasiswa dosen”. Hal ini diduga karena
pengaruh sikap positif mahasiswa terhadap
model belajar yang diterapkan. Dalam
pembelajaran mereka melaksanakan
kegiatan berupa meringkas, membuat
pernyataan, membuat pertanyaan,
menjelaskan dan memprediksi. Kegiatan
tersebut mereka laksanakan dengan efektif.
Selanjutn ya dengan melibatkan
mereka sebagai mahasiswa dosen memberi
kesempatan kepada mereka membahas
sendiri bahan perkuliahan, maka rasa
percaya diri yang tumbuh mengakibatkan
motivasi belajar mereka semakin tinggi.
Dalam kegiatan diskusi mereka bebas
mengemukak an pendapatnya dan masing –
masing saling menghargai perbedaan
pendapat tersebut.
Dengan tumbuhnya rasa percaya diri
dan motivasi yang tinggi serta merasa
saling menghargai maka penguasaan
terhadap bahan ajar semakin meningkat dari
setiap siklus. Hal ini di tunjukkan oleh
respons mahasiswa terhadap pembelajaran /
perkuliahan.

Volume 9, 201 3 198
Dapat disimpulkan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran pada siklus
1 dan siklus 2 dikategorikan baik. Hal
tersebut tidak terlepas dari kerja sama
antara dosen dengan maha siswa dim ana ada
umpan balik antara keduanya, sebab tidak
ada gunanya melakukan kegiatan belajar
kalau peserta didik hanya pasif. Karena
mahasi swalah yang belajar maka merekalah
yang harus melakukannya. Disini dosen
harus memberikan kesempatan kepada
muridnya den gan menemukan arti bagi diri
mereka sendiri dan mempelajari konsep –
konsep di dalam matematika yang
dimengerti oleh mahasiswa (Trianto:2007).
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa model pembelajaran
reciprocal teaching efektif meningkatkan
hasil belaj ar matematika secara signifikan.
Peningkatan tersebut cukup tinggi.
Peningkatan dari tes awal ke tes akhir
sebesar 21,54 dari skor maksimal 40 atau
53,85 pada skor 100. Peningkatan ini cukup
tinggi karena pada saat mahasiswa
mengikuti siklus 1 dan 2 sudah terjadi
peningkatan yang cukup, dan pada tes akhir
mahasiswa dapat meningkatkan hasil dari
yang mereka peroleh pada kedua siklus.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Beberapa simpulan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut .
Pemahaman aw al mahasiswa tentang
konsep -konsep matematika sangat rendah.
Konsepsi mereka tentang konsep -konsep
tersebut salah atau mengalami miskonsepsi.
Penguasaan mahasiswa terhadap
materi persamaan linier dan sistem
persamaan linier sebelum dilakukan
pembelajaran tergolong sangat kurang.
Sedangkan penguasaan mahasiswa terhadap materi tersebut melalui model reciprocal
teaching tergolong sangat memuaskan.
Persentase aktivitas mahasiswa setiap
indikator menunjukkan kategori efektif.
Penggunaan model belajar reciprocal
teaching efektif meningkatkan hasil belajar
mahasiswa secara signifikan. Model belajar
reciprocal teaching dapat mempengaruhi
sikap positif mahasiswa dalam belajar.
Mereka lebih percaya diri dan lebih
termotivasi belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa
kemampu an siswa dalam melakukan
keterampilan model pembelajaran
Reciprocal Teaching berada dalam kriteria
baik. Dengan penerapan model reciprocal
teaching dapat menyelesaikan masalah
tersebut dan meningkatkan aktivitas siswa,
yang sesuai dengan teorinya Nur dan Prima
(2004) .
Hal ini berarti model Reciprocal
Teaching dapat diterima maha siswa sebagai
model pembelajaran dalam belajar
maha siswa karena menurut Hamalik (2009)
pendapat mahas iswa sangat penting dimana
pendapat maha siswa atau tanggapan
maha siswa adalah s uatu pendapat yang
diberikan oleh maha siswa terhadap suatu
perangsang dengan berbagai tingkat
kekuatan dan tujuan.
Reciprocal Teaching adalah pende –
katan konstruktivis didasarkan pada prinsip
pengajuan pertanyaan, mengajar
keterampilan metakognitif melal ui
pengajaran dan pemodelan guru untuk
memperbaiki kinerja siswa yang memiliki
pemahaman rendah .
Saran
Untuk menimbulkan rasa percaya diri
dan membangkitkan motivasi mahasiswa
perlu dikembangkan model pembelaja ran
yang dapat melibatkan mahasiswa secara
aktif baik dalam pembahasan materi

199 Ichsan Vokasi

maupun pengembangan soal -soal sesuai
dengan pengetahuan yang mereka miliki..
Sebelum memulai perkuliahan
sebaiknya pengajar memperhatikan
konsepsi awal mahasiswa sebagai dasar
untuk mengembangkan bahan ajar
perkuliahan.
DAF TAR PUSTAKA
Arends, Richard. I. (1997). Classroom
Instruction and Management . New
York: Mc Graw -Hill.
Eggen, D. Paul., Donald, D. Kauchak,.
(1996) Strategies for Teacher :
Teaching Content and Thiking
Skills . USA : Allyn and Bacon
Publisher.
Hamalik, O emar. (2007 ). Psikologi Belajar
dan Mengajar. Jakarta: Sinar Baru
Agensindo
Hartoyo, Agung . (1998). Motivasi dan
Hasil Belajar Murid yang
Menggunakan Kalkulator dalam
Mempelajari Matematika di SD .
Laporan Penelitian. Pontianak:
Pusat Kajian Pendidikan U ntan.
Joyce, Bruce and Well, M,. (1992). Models
of Teaching. Massachusetts: Allyn
and Bacon Publishing Company.
Kemmis, Stephen and Robin McTaggart
(eds.), 1988. The action research
planner. Victoria, Australia: Deakin
University Press.
Kemp, J. E,. (1994) . Designing Effe ctive
Instruction . New York: Macmillan
College Publishing Company.
Nur, M. (199 8). Pembelajaran Kooperatif
dalam Kelas IPA . Makalah di
sampaikan pada penyegaran dan
pelatihan penelitian bagi Guru
Pembina KIR di IKIP Semarang,
Semarang.
………. (2000). Strategi -strategi Belajar .
Unesa – University. Surabaya Nur, Muhammad & Wikandari, P. R.
(2004 ). Pengajaran Berpusat pada
Siswa dan Pendekatan -pendekatan
Kontruktivis dalam Pembelajaran .
Surabaya: UNESA Press .
Percival , Fred., and Henry , Ellingt on.
(1984 ). A Hand book of Educational
Tecnology , London: Kogan Page .
Slavin, Robert, E,. (1994). Educational
Psychology : Theory and Practice.
Fourth Edition, Masachusetts: Allyn
and Bacon Publishers.
Suparno, Paul,. (1997). Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan .
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Trianto. (2007 ). Model -model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi
Pustaka .

Similar Posts