MENGASAH KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN (Kajian Literatur Pada Anak Usia Dini , Tahun 2016) AGATHA KRISTI PRAMUDIKA SARI Dosen STKIP… [600199]
MENGASAH KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI
PERMAINAN
(Kajian Literatur Pada Anak Usia Dini , Tahun 2016)
AGATHA KRISTI PRAMUDIKA SARI
Dosen STKIP Muhammadiyah Kuningan
E-mail: [anonimizat]
Abstrak : Kemampuan bahasa pada anak usia dini merupakan bekal mereka untuk
berbahasa ketika mereka memasuki jenjang Taman Kanak -Kanak atau Sekolah
Dasar. Pengembangan bahasa pada anak usia dini bertujuan agar anak mampu
mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sed erhana secara tepat, mampu
berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa dapat diasah dan
dikembangkan salah satunya melalui kegiatan bermain. Bermain adalah sebagai
sarana sos ialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar
secara menyenangkan. Pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan
perkembangan kemampuan anak dan dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan agar tujuan untuk mengasah kemampuan berbahasa anak usia dini
melalui permainan dapat tercapai dan berjalan optimal.
Kata Kunci : Kemampuan Berbahasa, Anak Usia Dini, Permainan
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi sehari –
hari, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Selain itu dengan bahasa
seseorang dapat menyampaikan pesan atau maksud yang ingin disampaikan
kepada orang lain sehingga orang lain akan memahami apa yang kita sampaikan.
Selain kemampuan menyimak, membaca, dan menulis, kemampuan berbahasa
sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini.
Kemampuan berbahasa m erupakan salah satu dari bidang pengembangan
kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan
dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan
kemampuan berbahasa bertujuan agar anak usia dini mampu mengungkapk an
pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara
efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Sesuai
dengan standar kompetensi bidang pengembangan kemampuan dasar, bahwa
kompetensi dasar berbahasa adalah anak mampu mendengarkan, berkomunikasi
secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol -simbol yang
melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Pembelajaran bahasa pada anak usia dini diarahkan agar anak mampu
menggunakan dan mengek presikan pemikirannya dengan menggunakan kata -kata.
Dengan kata lain pembelajaran bahasa anak usia dini lebih diarahkan agar an ak
dapat mengolah kata secara komprehensif, mengekspresikan kata -kata tersebut
dalam bahasa tubuh (ucapan dan perbuatan) yang dapat dipahami oleh orang
lain, mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikannya secara utuh kepada
orang lain, serta berargumentasi, meyakinkan orang melalu i kata -kata yang
diucapkannya.
Menurut Vygotsky seperti dikutip Masitoh (2005 : 13) anak belajar
bahasa dari orang dewasa secara kolaboratif, setelah itu diinternalisasikan dan
secara sadar digunakan sebagai alat berfikir dan alat kontrol. Dalam hal ini orang
tua dan guru berperan penting dalam perkembangan bahasa anak usia dini.
Kemampuan be rbahasa dapat diasah dan dikembangkan melalui kegiatan bermain.
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan bagi
anak -anak layaknya makan, tidur dan cinta kas ih. Menurut Hurlock (1995: 320)
mengemukakan bahwa “B ermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir dan
dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban”.
Piaget dalam Sujiono (2013: 144) mengatakan bahwa “bermain adalah
suatu k egiatan yang dilakukan berulang -ulang dan menimbulkan
kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang”. Dari apa yang disampaikan Piaget
menandakan bahwa dalam permainan sekalipun anak -anak dapat memperoleh
sesuatu yang berharga khususnya dalam segi bahasa. Dengan kata lain, semakin
sering permainan yang berkontribusi untuk perkembangan bahasa dilakukan maka
akan semakin besar pula peluang anak -anak untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa yang mereka miliki. Selanjutnya Pa rten mengatakan bahwa bermain
adalah sebaga i sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi
kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, de ngan siapa ia hidup serta
lingkungan tempat dimana ia hidup.
Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan
bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan seorang anak. Eheart dan Lea vitt dalam Sujiono (2013:
145) mengatakan bahwa “bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada
anak, tidak saja dengan potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif,
bahasa, sosial, emosi, kreatifitas dan pada akhirnya prestasi akademik”. Sejalan
denag pendapat tersebut, Wolfgang berpendapat bahwa “terdapat sejumlah nilai –
nilai dalam bermain ( the value of play ), yaitu bermain dapat mengembangkan
keterampilan sosial, emosional, kognitif dan bahasa”. Selain itu Cosby dan
Sawyer mengatakan bahwa “permainan secara langsung memengaruhi seluruh
area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar
tentang dirinya, orang lain dam lingkungannya”.
Perkembangan Bahasa pada A nak Usia Dini
Menurut Lennerberg dalam Yamin (2013: 137) menyatakan bahwa
perkembangan bahasa seorang anak itu mengikuti dan sesuai dengan jadwal
perkembangan biologisnya yang tidak dapat ditawar -tawar. Dalam hal ini kita
sebagai orang tua tidak dapat memaksakan anak untuk mengucapkan sesuatu
apabila kemampuan b iologisnya memang belum memungkinkan untuk
mengucapkan kata -kata. Pertumbuhan biologi ini tampak pada fisiologi mulut
anak usia dini yang terdiri dari laring yang tinggi, lidah yang besar, daerah gerak
mulut yang sempit, dan lidah yang bersandar di belaka ng bibir . Belajar menurut
teori Multiple Intellegence seperti yang dikutip oleh Musfiroh (2005: 29)
menyatakan bahwa seorang anak untuk belajar bahasa mungkin mempergunakan
elemen bunyi, huruf, cerita berbicara, mendengarkan, menulis, atau mungkin
bermain kata-kata. Artinya untuk menunjukkan kemampuan bahasa, anak
menempuh cara yang paling sesuai untuk dirinya yang mungkin sekali berbeda
dengan anak yang lain.
Menurut Chomsky dalam Yamin (2013 : 141) mengatakan bahwa
pemerolehan bahasa bersifat k odrati dan merupakan suatu proses Instingtif yang
berlanjut ( Continous ) dan berjalan secara konstan dari waktu ke waktu
dengan mengikuti jadwal genetik sesuai dengan prinsip -prinsip serta
parameter yang terdapat pada tata bahasa Universal. Pada anak usia 4 -6 tahun,
perkembangan kemampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan
antara lain: Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi, memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, sifat, keadaan, tanya, dan sambung,
menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu, mampu
mengungkapkan pikiran perasaan dan tindakan dengan menggunakan kalimat
sederhana, dan mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel -sel saraf pada
otak. Para ahli saraf meyakini bahwa jika gejala -gejala munculnya potensi tidak
diberikan rangsangan untuk berkembang ke arah yang postif maka potensi -potensi
tadi akan kembali menjadi potensi tersembunyi dan lambat laun fungsinya akan
berkurang hingga sel saraf menjadi mati.
Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini
Perkembangan kemampuan berbahasa anak merupakan suatu proses yang
secara berturut -turut dimulai dari mendengar, selanjutnya, berbicara, membaca
dan menulis. Adapun perkembangan dari setiap kemampuan p ada anak adalah
sebagai berikut:
Kemampuan Mendengar
Kemampuan mendengar anak -anak harus dikembangkan karena berkenaan
dengan upaya memahami lingkungan mereka. Agar mereka belajar untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, mereka harus menerima ma sukan
informasi dan mengolahnya. Menurut Cassel dan Jalongo (Seefeldt dan Wasik
2008: 353) mendengarkan dan memahami informasi adalah langkah inti dalam
memperoleh pengetahuan. Anak usia 3 –6 tahun mengembangkan kemampuan
mengingat untuk sesuatu yang dide ngar. Anak mungkin tidak selalu menjadi
pendengar yang baik. Hal itu bisa terjadi karena sebagian besar waktu yang
dimiliki dipergunakan untuk kegiatan bermain sehingga dirinya tidak sungguh –
sungguh dalam mendengar sesuatu, misalnya apa yang disampaikan o leh orang
tuanya. Pada umumnya anak mendengarkan cerita yang panjang, dengan alur
yang menarik dan dalam cerita tersebut terdapat tokoh dengan bermacam -macam
karakter. Stimulus seperti itu berguna untuk membangkitkan daya imajinasi anak.
Perkembangan Berb icara
Untuk belajar bahasa, menurut Dickinson dan Snow (Seefeldt dan Wasik
2008: 354), anak -anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan.
Pengalaman menyaksikan, mendengarkan, dan terlibat pembicaraan dengan
anggota keluarga merupakan pengalama n yang sangat berharga karena anak dapat
belajar bahwa situasi yang mereka hadapi menjadi factor yang dipertimbangkan
dalam berbicara. Pada usia 3 -6 tahun anak sudah mulai mampu berperan serta
dalam percakapan yang panjang. Sebagain dari anak -anak ada yang bisa
mendominasi pembicaraan. Pada usia ini anak belajar menjadi pengguna bahasa
yang kreatif. Anak dapat membuat atau menamakan sesuatu dengan bahasanya
sendiri, khususnya untuk hewan atau mainan kesayangannya.
Perkembangan Membaca
Pembelajaran membaca s ecara formal belum dilaksanakan pada PAUD.
Apa yang dilakukan di lembaga pendidikan tersebut adalah pengembangan
keterampilan agar anak siap untuk belajar membaca. Gambar -gambar binatang
yang ditempel di dinding kelas yang disertai tulisan yang menerangkan tentang
binatang apa merupakan stimulus untuk perkembangan kemampuan membaca.
Anak semakin mengenal kata yang sering dia dengar dan mengenal tulisan untuk
kata itu, misalnya kata toko, tv dst. Setiap saat anak melihat huruf dan rangkaian
huruf yang kemudi an menimbulkan rasa ingin tahu tentang bagaimana
mengucapkannya.
Perkembangan Menulis
Sama halnya dengan membaca formal, pembelajaran menulis formal tidak
dilaksanakan di PAUD. Yang dilakukan berkenaan dengan kemampuan menulis
adalah pengembangan kemampuan agar anak siap untuk belajar menulis. Dan
untuk itulah maka upaya pengembangan motorik halus dilakukan secara intensif.
Perkembangan anak pada motorik halusnya yang semakin meningkat membuat
anak mampu menggambar garis lurus, garis tegak, garis lengkung, lingkaran dan
sebainya, yang merupakan dasar untuk menggembangkan kemampuan menulis.
Karakteristik Perkembangan Berbahasa Anak Usia Dini
Karakteristik perkembangan kemampuan berbahasa anak TK atau anak usia
dini menurut Allen dan Marot (2010: 132 -133) adalah sebagai berikut: a)
Berbicara tentang benda, kejadian, dan seseorang yang tak ada di sekitarny a :
“Rudi punya mobil -mobilan”, b) Berbicara tentang apa yang dilakukan orang lain:
“Mama sedang memasak di dapur’, c) Menambah informasi mengenai apa ya ng
baru dikatakan: “Iya , lalu ia rebut lagi mainanku”, d) Menjawab per tanyaan
sederhana dengan tepat, e) Semakin banyak mengajukan pertanyaan, terutama
tentang lokasi dan identitas benda atau orang. f) Menggunakan bentuk percakapan
yang semakin banyak yang membuat percakapan terus berlanjut: “Lalu apa yang
ia lakkan? “Bagaimana dia bias bersembunyi?” , g) Menarik perhatian orang
terhadap dirinya, benda, atau kejadian di sekitarn ya: “Lihat helikopterku dating”,
h) Menyuruh orang lain melakukan sesuatu terlebi h dahulu: “Ayo mel ompat ke
dalam air. Kamu dulu.” h) Bisa melakukan interaksi social yang menj adi
kebiasaan: “Hai,” “Tolong”, i) Berkomentar terhadap benda dan kejadian yang
sedang berlangsung: “Ada kambing.” j) Kosakatanya meningkat, anak sudah
mampu me nggunakan 300 sampai 1000 kata, k) Mengucapkan sajak se derhana
dan menyanyikan lagu. l) Mengucapkan perkataan yang jelas hamper setiap
waktu, m) Mengucapkan frasa kata benda yang dikembangkan: “Anjing besar
berwarna coklat.” n) Mengucapkan kata kerja denga n kata “sedang”,
menggunakan pengu langan kata untuk bentuk jamak. o) Mengungkpkan kalimat
negatif dengan menyelipkan kata “bukan” atau “tidak” sebelum kata benda atau
kata kerja sederhana: “B ukan bajuku.” p) Menjawab pertanyaan mengenai benda
atau kejadian yang dikenal anak: “Apa yang sedang kamu lakukan?” “Apa ini”
dan “Di mana?”
Metode Pembelaj aran Bahasa Untuk Anak Usia Dini
Acuan memilih metode pengajaran bahasa untuk anak usia 0 -6 tahun adalah
melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih
materi yang ingin dieksplorasi, d engan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar
mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang
disesuaikan dengan tahap usia anak: a) Usia 0 -3 tahun: Anak dapat mengikuti
kegiata n di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan
ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu
berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru t idak mendominasi kegiatan
anak. b) Usia 5 tahun: Berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada
anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu
anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba -coba, misal anak menggambar
bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosaka ta
baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat. c) Usia 6 -12 tahun:
Perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang
mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif,
misalnya ketika menjelas kan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode
main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan
konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang
meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.
Permainan yang d apat Mengembangkan Kemampuan Bahasa Anak
Bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan, kreatif dan merupakan
kegiatan alamiah yang sangat disenangi oleh anak. Bermain merupakan kebutuhan
manusia terutama bagi anak -anak. Menurut Tadkiroatun (2005: 2) menyatakan
bahwa bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan
dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, kegiatan tersebut dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Sejalan dengan pendapat di
atas menurut Montessori, seorang tokoh pendidikan menyatakan bahwa ketika
anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi
dilingkungan sekitarnya. Berdasarkan pendapat di atas disimpulakan bahwa
pengertian berm ain merupakan berbagai bentuk kegiatan yang menyenangkan,
dilakukan secara spontan, tanpa paksaan, tidak memperdulikan hasil akhir dan
merupakan kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Dalam bermain bahasa sangatlah pen ting bagi anak, sesuai dengan pendapat
Dhieni (2008: 111) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu -individu pikiran,
perasaan dan keinginannya. Sejalan dengan Soegeng (2006: 46) men ggambarkan
bahwa anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan bahasa sebagai satu
kesatuan, ketika anak bermain dengan temannya mereka saling berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa anak dan itu berarti secara tidak langsung anak
belajar bahasa. Penge mbangan kemampuan dasar anak, termasuk berbahasa,
dapat dilakukan dengan strategi bermain. Ada beberapa jenis permainan yang
dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain
alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku ata u poster, mendengarkan
lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca
cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang
dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri
oleh pend idik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan
cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
Beberapa kegiatan permainan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa anak adalah sebagai berikut:
Permainan ”Pilih Satu Benda”, dilakukan dengan membagi kelas dalam
beberapa kelompok.Tiap kelompok mendapatkan 10 macam benda. Anak
kemudian diminta untuk memilih 5 dari 10 benda tersebut. Anak bisa memikirkan
mana benda -benda yang lebih penting. Setelah beberapa saat, anak diminta untuk
memilih 3 dari 5 benda tadi, akhirnya diminta memilih 1 benda saja. Kemudian
setiap kelompok diminta berbicara untuk memberikan alasan mengapa mereka
memilih benda tersebut. Tujuan permainan tersebut adalah melati h keterampilan
berbicara anak . (Pane, 2009) .
Permainan “Menebak Suara Binatang”, dilakukan dengan memberikan
tulisan/gambar kepada setiap anak dan tidak boleh dibuka sebelum diperintahkan
oleh guru. Kemudian setiap anak harus bersuara seperti binatang yan g ada di
dalam kertas yang diperolehnya (anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja)
dan mencari pasangan suara yang sama. ”Siapa yang tidak mendapatkan pasangan
? Tebak nama binatang itu !”. Tujuannya adalah membaca kata sederhana tentang
nama binata ng dan mengenali bunyi. (Pane, 2009) ,
Permainan Moving family, dilakukan dengan memposisikan anak -anak
duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka potongan kertas
bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan tulisan itu,
misal nya ”ayah”, maka anak yang membawa tulisan ayah dapat berdiri. Ketika
pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang membawa tulisan ibu berdiri, dan
ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka semua anak baik yang memegang
tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdi ri berdekatan. Tujuan permainan ini adalah
mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan bunyi. (Pane, 2009) .
Permainan ”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata. Kata yang
didapat anak kemudian dituliskan dalam secarik kertas. Tujuan : mengenalkan
anak pada huruf -huruf, melatih anak untuk menulis kata. (Pane, 2009) . e)
Permainan ”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta memegang ujung -ujung
tali, kemudian menggerak -gerakkan tali itu di lantai. Sementara itu anak -anak lain
bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah aku menyeberang sungaimu ? Anak yang
memegang tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat tertentu bagi anak yang
ingin menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, jika kamu mengenakan kaos berwarna
putih”. Maka anak yang berkaos putih dapat segera melompati tali ya ng digoyang –
goyang. Demikian berulang -ulang dengan persyaratan yang diajukan oleh
pemegang tali berbeda -beda.Tujuannya: mengembangkan kemampuan berbahasa
anak. (Pane, 2009)
Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan anak menyusun suatu
kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita, dan jika menyebutkan
kata-kata tertentu, maka anak telah sepakat untuk membentuk gerakannya.
Permainan ”Menulis Dengan Badan”: Anak diminta membayangkan bahwa
tubuhnya sebagai pensil, sehingga anak dapat menulis hur uf menggunakan
badannya. Anak bergerak sesuai bentuk huruf. Anak yang lain diminta menebak.
Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan kata dalam beberapa huruf, misalnya :
madu, dsb. Tujuan :melatih menulis dan membaca huruf. (Pane, 2009) ,
Permainan gambar da lam bak pasir. Permainan gambar dalam bak pasir
merupakan permainan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan bahasa
anak, terutama mengembangkan kemampuan bahasa lisan yaitu memperkaya
kosakata anak. Sudono (2000: 79) mengatakan tujuan bermain pasir yaitu:
mengenalkan penggunaan pasir sebagai alat yang berguna, mengembangkan
kesenangan untuk bereksplorasi pada anak, menumbuhkan rasa apresiasi terhadap
alat yang terdekat untuk berekspresi, menanamkan rasa bersyukur dengan adanya
lingkungan hidupserta memeliharanya dan mengembangkan kemampuan
berbahasa, penambahan kosa kata, penyusunan kalimat. Menurut Delfita (2012),
permainan gambar dalam bak pasir adalah permainan yang disenangi oleh anak.
Permainan bak pasir dirancang agar menin gkatkan kemampuan bahasa anak,
dengan cara anak menca ri gambar dalam timbunan pasir. Permainan gambar
dalam bak pasir memudahkan guru dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran
bahasa kerena melalui permainan gambar dalam bak pasir dapat menciptakan
suasana enjoy dan menyenangkan bagi anak .
Permainan temukan lalu ceritakan. Permainan temukan lalu ceritakan adalah
permainan yang dapat mengembangkan tiga aspek perkembangan bahasa yaitu
menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan keaksaraan. Permainan ini dimulai
dari anak menemukan gambar kemudian anak diperintah untuk menceritakan
gambar yang ia temukan. Menurut Langkah -langkah pelaksanaan: Tempat yang
digunakan boleh dalam ruangan atau alam terbuka, yang terpenting adalah tempat
aman dan nyaman untuk anak -anak. Sediakan beberapa macam gambar
(disesuaikan dengan jumlah anak) gambar boleh gambar tokoh, hewan, benda,
buah -buahan atau gambar lain yang sering dijumpai anak . Permainan boleh
dilakukan kelompok atau individu . Pertama -tama gambar disembunyikan di
sekitar tempat bermain. Usahakan disembunyikan di tempat yang tidak terlalu
sulit ditemukan . Anak -anak secara individu atau kelompok diperintah untuk
menemukan gambar yang disembunyikan . Setelah menemukan gambar anak -anak
diberi pertanyaan (Contoh: G ambar apa yang kamu temukan? Dimana kamu
menemukannya? Bagaimana kamu menemukannya? ). Setelah diberi pertanyaan
anak -anak diperintahkan untuk meceritakan apa yang mereka ketahui tentang
gambar yang mereka temukan . Setelah menceritakan apa yang mereka ketahui
tentang gambar itu, mereka diperintah untuk menyebutkan lalu menulis huruf
pada gambar tersebut dan menyerahkan tulisannya untuk ditukar dengan hadiah
yang telah disiapkan . Hadiah yang diberikan bebas, tapi tetap bagus untuk anak.
Permainan b ermain p eran ada lah permainan yang dapat mengembangkan
dua aspek perkembangan bahasa anak, yaitu menerima bahasa dan
mengungkapkan bahasa. Dalam permainan ini anak anak memerankan tokoh yang
mereka inginkan dan menggunakan jalan cerita yang telah mereka sepakati.
Langkah -langkah pelaksanaan: Waktu untuk bermain ( paling sedikit satu jam)
dan r uang yang cukup sehingga alat -alat bermain tidak penuh sesak dan
sebaiknya alat -alat mudah dijangkau . Alat-alat untuk mendukung bermacam –
macam adegan bermain . Orang dewasa yang dapat memberi dukungan bila
dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main peran anak . Sentra bermain
peran harus ada didalam dan diluar . Tema untuk bermain peran tentang
lingkungan terdekat dengan anak dan tema lain yang diminati anak .
Merencanakan apa yang a kan diperankan anak, misalnya: main dokter -dokteran,
rumah -rumahan, salon -salonan, masak -masakan. Menata ruangan ses uai dengan
tema yang ditentukan. Menyiapkan alat -alat yang mendukung permainan .
Pendidik sebaiknya membaca buku yang sesuai dengan tema hari itu,
menerangkan kosakata yang berhubungan dengan tema, menanyakan kepada anak
siapa yang akan menjadi ibu, bapak, anak, bila tema hari itu adalah tentang
“keluargaku”.
Permainan “ Main Kata ” adalah permaina n yang dapat mengembangkan satu
aspek perkembang an bahasa anak yaitu keaksaraan. Pada permainan ini anak
diberikan huruf -huruf kemudian diperintah untuk menyusun kata dari huruf -huruf
yang diberikan . Langkah -langkah pelaksanaan: Waktu untuk bermain dan r uang
yang cukup agar anak merasa nyaman, dapat di lakukan d idalam ataupun diluar
ruangan. Menyiapkan alat -alat untuk membantu permainan Main Kata dengan
bahan -bahan yang aman untuk anak (tidak berbahaya) . Pendidik harus tetap selalu
mengawasi peserta didik yang akan mengikuti permain an ini. Anak dibag i
kelompok 5 -6 orang/kelompoknya. Setiap kelompok akan diberiakan potongan
huruf -huruf yang telah disediakan dan diacak minimal 10 huruf . Setelah dibagikan
huruf -hurufnya lalu anak harus merangkai kata dengan huruf yang telah diacak
oleh pendidik tersebut . Kelompok yang pertama selesai membuat sebuah kata,
anak harus menyebutkan apa yang sudah anak susun dari huruf tersebut.
Telepon -teleponan merupakan Permainan yang dapat mengembangkan dua
aspek yaitu menerima bahasa dan mengungkapkan bahasa. Dalam permainan ini
anak -anak akan berkomunikasi menggunakan te lpon-telponan yang mereka buat.
Langkah -langkah pelaksanaan: Dibuat kelompok dengan masing -masing
kelompok beranggotakan dua orang . Permainan dimulai dengan membuat t elpon –
telponan terlebih dahulu. Dalam pembu atan telpon -telponan sangan dibutuhkan
bantuan guru atau orang dewasa terutama dalam mengunakan gunting, paku dan
palu. Lalu setelah disiapkan bahan -bahan maka berikut ini adalah cara membuat
telpon -telponan: Buatlah lubang kecil ditengah -tengah, tutup ked ua kaleng
menggunakan paku. Ambil sepasang benang masing -masing berukuran 2 meter .
Kemudian, memasukan ujung benang ke masing -masing lubang dikedua kaleng,
dari arah luar ke dalam kaleng . Selanjutnya anak -anak mengikat ujung benang
ditiap kaleng. Setelah telpon -telponan dibuat mintalah masing -masing anak
memegang kaleng, kemudian bergerak menjauhi rekannya sampai benang
terentang tegang . Pasangan anak itu bisa berbicara ditelepon pendengaran cukup
mendekatkan kaleng ketelingganya .
Permainan tebak kata . Permainan tebak kata adalah permainan yang dapat
mengembangkan tiga aspek perkembangan bahasa yaitu menerima bahasa,
mengungkapkan bahasa dan keaksaraan. Dalam permainan ini anak diharuskan
menyebutkan kata dari huruf -huruf tertentu secara cepat dan tepa t. Langkah –
langkah permainan: Anak terdiri dari 5 orang atau lebih . Guru meberikan clue,
contohnya mengenai buah -buahan . Setiap anak mengucapkan “abc 5 dasar” dan
meletakkan jari mereka dengan jumlah sesuai keinginan mereka , kemudian salah
satu dari mereka menghitung jari seluruh peemain dengan huruf abjad . Setelah
berhenti di satu huruf maka huruf tersebut yang menjadi awalan untuk mencari
kata yang berbuhubungan dengan clue , dilanjutkan seterusnya, dengan huruf lain
yang berbeda.
Permain tebak -tebakan . Permainan tebak -tebakan adalah permainan yang
dapat mengembangkan dua aspek perkembangan bahasa yaitu menerima bahasa
dan mengungkapkan bahasa. Permainan ini mendorong anak untuk banyak bicara
dalam mendekskripsikan benda agar dapat dipahami dan dapat di tebak. Langkah –
langkah permainan: Anak terdiri dari 2 orang atau lebih , anak mendeskripsikan
nama benda yang dimaksud , selanjutnya anak yang lain menebaknya.
Contoh aktivitas permainan di atas dapat mengasah kemampuan berbahasa
anak, pendidik perlu menyesu aikan kegiatan dengan perkembangan kemampuan
anak dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
PENUTUP
Pengembangan bahasa pada anak usia dini bertujuan agar anak mampu
mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu
berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa
Indonesia yang baik dan benar. Perkembangan kemampuan berbahasa anak
merupakan suatu proses yang secara berturut -turut dimulai dari mendengar,
selanjutnya, berbicara, membaca dan menulis.
Kemampuan berbahasa dapat diasah dan dikembangkan salah satunya
melalui kegiatan bermain. Bermain adalah sebag ai sarana sosialisasi, diharapkan
melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan.
Permainan harus disesuaiakan dengan karakteristik anak. Ada berbagai macam
permai nan yang bisa diterapkan untuk mengasah kemampuan berbahasa anak usia
dini antara lain: Permainan pilih satu benda, menebak suara binatang, moving
family, memancing kata, menyeberang sungai, serita yang diperagakan, menulis
dengan badan, gambar dalam bak p asir, temukan lalu ceritakan, bermain peran,
main kata, telepon -teleponan, tebak kata, dan tebak -tebakan. Aktivitas permainan
tersebut dapat men gasah kemampuan berbahasa anak.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, K. Eileen. 2010. Profil Perkembangan Anak : Prakelahiran Hingga Usia
12 Tahun . (Penterjemah: Valentino). Jakarta: PT Indeks.
Delfita, Riri. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui
Permainan Gambar Dalam Bak Pasir Di Taman Kanak -Kanak Bina
Anaprasa Mekar Sari Padang. Tersedia pada:
ejournal.unp.ac.id/ index.php/paud/article/download/1700/1469. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2017
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa . Jakarta:
Universitas Terbuka
Hurlock, E. B. 1995. Perkembangan Anak Jilid 1 . Jakarta: Erlangga
Masitoh dkk. 2005. Strategi Pembelajaran T K. Jakarta
Pane, Eli Tohonan Tua. 2009. Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia
Dini.
Seefeldt, Carol dan Wasik Barbara A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini:
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah .
(Penterjem ah: Pius Nasar). Jakarta: PT Indeks.
Soegeng, Santoso. 2006. Dasar -Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT
Grasindo
Sujiono, Y. N. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Tadkiroatun, Musfiroh. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah
Kecerdasan. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional
Yamin, Martinis dan Sabri, Sanan J. 2013. Panduan Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Gaung Persada Press Group
.
Copyright Notice
© Licențiada.org respectă drepturile de proprietate intelectuală și așteaptă ca toți utilizatorii să facă același lucru. Dacă consideri că un conținut de pe site încalcă drepturile tale de autor, te rugăm să trimiți o notificare DMCA.
Acest articol: MENGASAH KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN (Kajian Literatur Pada Anak Usia Dini , Tahun 2016) AGATHA KRISTI PRAMUDIKA SARI Dosen STKIP… [600199] (ID: 600199)
Dacă considerați că acest conținut vă încalcă drepturile de autor, vă rugăm să depuneți o cerere pe pagina noastră Copyright Takedown.
