Memberi ASI adalah hak azasi ibu [600486]
TESIS
ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM
IMPLEME NTASI KEBIJAKAN ASI EKSKLUSIF
DAN TINGKA T PEN GETAHUAN IBU
DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH KOTA BANJARMASIN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister pada
Program Studi Mag isterIlmu Komunikasi
OLEH :
LAILA QAD ARIAH
NPM 15. 91.0014
PROGRAM MAG ISTER ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
SYECH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i
ii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB I V
PENDAHULUAN ………………………………………..
1.1. Latar Belakang …………………………..…………..
1.2. Rumusan Masalah …………………………………..
1.3. Tujuan Penelitian … ……………. …………..………..
1.4. Manfaat Penelitian …… …….. ……… .…..………..
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..…..
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ………………………….
2.2. Landasan Teori ……… ………. …………..……..…..
2.2.1. Strategi Komunikasi ……… …….. ………….
2.2.2. Kebijakan Pemberian ASI Eksklusif . …..…..
2.2.3. Tujuan dari Strategi Komunikasi ……………….
2.2.4. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
2.2.5. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberian ASI
Eksklusif …………… ……… ……………….
KERANGKA KONSEPTUAL DAN ALUR PIKIR
PENELITIAN ……………………………………………
3.1. Kerangka Konseptual ..……… ……………….. …….
3.2. Spesifikasi Penelitian ………………………………………….
METODE PENELITIAN ……………………………… …
4.1. Metode Pendekatan …………………………………
4.2. Spesifikasi Penelitian ………… …… …….…………
4.3. Populasi Dan Sampel ……………………………….
4.4. Sumber Data ………… ………. …………………….
4.5. Metode Pengumpulan Data …………………………
4.5.1. Teknik Pengumpulan Data Primer ….. ……….
4.5.2. Tekni k Pengumpulan Data Sekunder ……. ….
4.6. Metod e Penyajian Data ………………………………
4.7. Analisa Data ………………………………………… 1
1
5
6
6
8
8
11
13
21
24
25
34
34
54
54
56
56
56
56
56
57
57
57
57
58
58
BAB V
BAB VI
4.8. Jadwal Penelitian ……………………………………
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………
5.1. Gambara n Umum Puskesmas Alalak Tengah. ……….
5.2. Sumberdaya Kesehatan Puskesmas Alalak Tengah ..
5.3 Persalin an oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan
memliki kompetensi kebidanan …………………………….
5.3. Karakteristik Responden …………………………………. ….
5.2.1 Umur Responden ……………………………………………….
5.2.2. Jumlah Anak …………………………………………………….
5.2.3 Tingkat Pendidikan ……………………………………………
5.2.4 Tingkat Pendapatan …………………………………………..
5.5. Pengetahuan Asi Eksklusif ………………………………….
5.6. Hubungan Karakteristik dengan tingkat pengetahuan
ibu tentang ASI Eksklusif …………………………………..
5.7. Strategi Komunikasi dalam Kebijakan Implementasi
Kebijakan ASI Eksklusif………….. ………………………..
5.8. Kendala dalam Implementasi Kebijakan ASI
Eksklusif ………………………………………………………….
PENUTUP ………………………………………………………………
6.1. Kesimpulan ….. ……………………………………………………
6.2. Saran ……………………………………………………………….. 59
60
60
64
68
74
74
75
76
76
77
81
101
103
117
117
118
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 119
……………………
BAB I
PENDAHUL UAN
1.1. Latar Belakang
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam
kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama
pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 6 bulan. Konvensi Hak -hak Anak tahun 1990 antara lain
menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak
anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi
yang harus dipenuhi oleh orang tuanya . Hal ini telah dipopulerkan pada pekan
ASI Sedunia tahun 2000 dengan Tema : “Memberi ASI adalah hak azasi ibu;
Mend apat ASI adalah hak azasi bayi” (Depkes RI, 2011).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana
kandungan gizi sesuai kebutuh an untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. ASI juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, zat
kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta
kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat menyusui/memberikan ASI bagi ibu tidak
hanya menjalin kasih sayang, tetapi terlebih lagi dapat mengurangi perdarahan
setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan,
mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan
tersendiri bagi ibu.
Manfaat ekonomi pemberian ASI bagi keluarga adalah mengurangi biaya
pengeluaran terutama untuk membeli susu. Lebih jauh lagi, bagi negara
pemberian ASI dapat menghemat devisa negara, menjamin tersedianya sumber
daya manusia yang berkualitas, menghemat subs idi biaya kesehatan masyarakat,
dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik sebagai bahan
peralatan susu formula (botol dan dot). Dengan demikian menyusui bersifat ramah
lingkungan.
Mengingat besarnya manfaat ASI bagi bayi, keluarga, ma syarakat, dan
negara maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus dalam
bentuk Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP -ASI). Selama ini upaya PP -ASI
telah dilaksanakan, namun masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal
meningkatkan cakupan pemberia n ASI eksklusif (Depkes RI, 2011).
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, PP -ASI merupakan kegiatan
strategis. PP -ASI dapat menurunkan subsidi Pemerintah Daerah untuk kesehatan
karena bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka Kesakitan dan
Kematian Bayi, dan sekaligus juga akan meningkatkan kualitas SDM daerah
bersangkutan. Untuk lebih meningkatkan efektifitas pencapaian upaya
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP -ASI) perlu disusun Strategi Nasional
yang akan menjadi p edoman bagi setiap penyelenggaraan PP -ASI.
Riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia
sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan
kurangnya asupan Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) secara dini. Hingga akhir Desember 2010, jumlah anak usia dibawah
lima tahun (Balita) yang masih menderita gizi buruk di Indonesia tercatat 76.178
orang. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tersebut turun meskipun
angkanya relatif kecil yakni 1,1% dari total penderita gizi buruk (Damandiri,
2010).
Global Strategy for Infant and Young Child Feeding , WHO (2008)
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan un tuk mencapai
tumbuh kembang optimal yaitu, pertama memberikan ASI kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan ma kanan pendamping air susu ibu (MP -ASI) sejak bayi berusia > 6
bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan
atau lebih (Depkes RI, 2011) .
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan , karena pencernaan
bayi sebelum usia 6 bulan belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan
pencernaan sakit karena pemberian terlalu cepat, lagi pula kekebalan terhadap
bakteri masih kecil dan bisa tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan
yang kurang higienis. Pemberian makanan pendamp ing ASI yang terlalu dini
dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian
makanan pendamping yang terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk
menerima makanan pendamping (Suwandi, 2006). Rendahnya pengetahuan ibu
tentang ASI eks lusif, menyebabkan kesalahan dalam memberikan ASI ekslusif .
Akibatnya para ibu cenderung memberikan MP -ASI tanpa mempertimbangkan
usia bayi, (Suwandi, 2006) .
ASI Eksklusif telah disinggung juga dalam Al Qur‟an Surah Al Baqarah
ayat 233 bahwa ” Para ibu hend aklah menyusukan anak -anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan ….”, dalam surah
Luqman Ayat 14 juga disebutkan ” Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu -bapaknya; ibunya telah mengandung nya
dalam keadaan lemah yang bertambah -tambah, dan menyapihnya (disusui) dalam
dua tahun ….”, selain itu juga dalam surah Al Araaf ” Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan ….”.
Sehubungan dengan itu pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 33 Tahun
2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, hal ini menandakan bahwa
pemeri ntah sangat menitikberatkan pentingnya ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi.
Pada PP tersebut telah dijelaskan pada pasal 5 bahwa tanggung j awab pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam program pemberian ASI Eksklusif meliputi: a.
melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI
Eksklusif; b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI
Eksklusif dalam skala kabupaten/kota; c. memberikan pelatihan teknis konseling
menyusui dalam skala kabupaten/kota; d. menyediakan tenaga konselor menyusui
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala
kabupaten/kota; e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, satuan pen didikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota; f.
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program pemberian ASI
Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota; g.
mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang -undangan; dan h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala
kabupaten/kota.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud meneliti bagaimana
Pemerintah Kota Banjarmasin khususnya dinas k esehatan mengimplementasikan
kebijakan ASI Eksklusif yang telah digariskan oleh pemerintah. Oleh karena itu,
untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi implementas i kebijakan tersebut
dilaksanakan , maka sangat penting dilihat dari tingkat pelayanan kesehatan
terkecil yaitu puskesmas . Puskesmas merupakan sebagai salah satu ujung tombak
dari kegiatan kesehatan masyarakat yang diprogramkan oleh dinas k esehatan dan
bersentuhan langsung dengan masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu yang telah
melahirkan.
Puskesmas Alalak Tengah merupakan salah satu dari 26 puskesmas yang
berada di Kota Banjarmasin. Puskesmas ini melayani semua pelayanan kesehatan
masyarakat yang telah d itetapkan oleh pemerintah, termasuk juga pemeriksaan ibu
hamil dan telah melahirkan. Pada puskesmas ters ebut peneliti bermaksud untuk
mencari gambaran strategi implementasi kebijakan pemerintah tentang ASI
Eksklusif dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Kerana data pada
tahun 2016 menujukan bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan terdata
ada 176 orang, sedangkan target ibu menyusui berdasarkan program ASI
Eksklusif 76 orang, tetapi data tahun 2016 menunjukan bahwa ibu hamil yang
telah melahirkan dan melaksanakan ASI Eksklusif hanya 25 orang, hal inilah yang
menjadi permasalahan kenapa sampai terjadi implementasi dari program tersebut
sungguh rendah. Oleh karena itu peneliti menetapkan judul penelitian “ Analisis
Strategi Komunikasi Dalam Implementasi Kebijakan ASI Eksklusif Dan Tingkat
Pengetahuan Ibu Di Puskesmas Alalak Tengah Kota Banjarmasin”.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan agar penelitian memiliki arah
yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam p enulisan proposal
tesis, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Berdasarkan uraian
latar belakang masalah di atas maka perumusan masa lah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana strategi komunikasi dalam implementasi kebijakan
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Alalak Tengah Kota
Banjarmasin ?.
2. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif ?.
3. Bagaimana kendala -kendala dalam implementasi kebijakan pemberian
ASI eksklusif ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tuj uan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran strategi komunikasi dalam implementasi
kebijakan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberia n ASI
Eksklusif.
3. Untuk mengetahui kendala -kendala dalam implementasi keb ijakan
pemberian ASI eksklusif .
1.4. Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah men ambah khazanah
perkembangan ilmu strategi komunikasi khususnya mengenai ASI
Eksklusif.
b. Sebagai bahan referensi dalam perkembangan ilmu implementasi
kebijakan khususnya tentang ASI Eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kon tribusi kepada
Puskesmas Alalak Tengah , khususnya Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin, sehingga dapat dijadikan referensi untuk membuat
kebijakan selanjutnya sehubungan dengan implementasi kebijakan
ASI Eksklusif.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikut nya yang bermaksud
meneliti variable yang sama dan menambah khazanah keilmuan
tentang strategi komunikasi khususnya implementasi kebijakan ASI
Eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Dedi Darmawan dan Totok Wahyu Abadi (2012), judul penelitian:
Strategi Komunikasi Bidan Untuk Meningkatkan Partisipasi Ibu -Ibu
Menyusui Dalam Program ASI Eksklusif Di Jabon Sidoarjo. Hasil dari
penelitian ini adalah strategi komunikasi yang paling dominan digunakan
oleh bidan adalah m enggunakan komunikasi dua arah ( face to face )
dengan teknik pendekatan persuasif dan metode redudancy. Hambatan –
hambatan bidan terdiri dari hambatan internal dan eksternal. Hambatan
internal adalah keengganan menyusui karena takut bentuk payudara tidak
indah lagi, pemahaman masyarakat tentang masalah bayi sehat yang
menilai dari sisi fisik yang gemuk, ASI yang keluar adalah sedikit.
Sedangkan hambatan eksternal adalah bayi kurang puas kalau hanya
dengan ASI, alasan ibu yang bekerja, dan dari pihak keluarga terutama
orang tua si -ibu yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik.
2. Mina Yumei Santi (2014), judul penelitian: Implementasi Kebijakan
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Melalui Konseling oleh Bidan
Konselor. Hasil penelitian menemukan implementasi keb ijakan
pemberian ASI melalui konseling ASI di puskesmas belum berjalan
optimal, disposisi/ sikap bidan konselor ASI adalah menyetujui tugas
memberikan konseling ASI. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
disarankan menyusun SOP pelaksanaan konseling ASI dan pus kesmas
disarankan melaporkan kinerja bidan konselor ASI ke dinas kesehatan.
3. Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq (2010). Judul Penelitian: Kajian
Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif
Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Hasil kajian implementa si
menunjukkan masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia
dan masih kurang optimalnya fasilitasi IMD. Kebijakan ASI eksklusif
belum lengkap dan komprehensif, IMD belum masuk secara eksplisit
dalam kebijakan. Analisis kerangka kerja koalisi advoka si
mengonfirmasi lemahnya aspek sistem eksternal dan subsistem kebijakan
alam penyusunan kebijakan ASI eksklusif. Disarankan agar kebijakan
ASI eksklusif yang ada segera diperbarui supaya relevan dari segi
konten, konteks, proses dan aktor, harus memasukk an unsur IMD secara
eksplisit, dan harus disusun mencakup unsur sanksi dan reward serta
monitoring dan evaluasi sebagai upaya penguatan implementasi
kebijakan di masyarakat.
4. Widha Ayu Rima Merdhika, Mardji, dan Mazarina Devi (2014). Judul
Penelitian: Penga ruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan
Ibu tentang Asi Eksklusif Dan Sikap Ibu Menyusui Di Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap
ibu menyusui d alam pemberian ASI eksklusif. Selain itu diketahui pula
perbedaan pengetahuan dan sikap ibu menyusui tentang ASI eksklusif
antara ibu yang diberi penyuluhan dengan metode buku saku, ibu yang
diberi penyuluhan dengan metode simulasi, dan ibu yang diberi
penyuluhan tanpa diberi metode apapun.
5. Agus Sartono dan Hanik Utaminingrum (2012). Judul penelitian:
Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami
dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul
Kecamatan Telogosari Kota Sem arang. Hasil penelitian bahwatTiga
variable yang diteliti (pengetahun ibu, pendidikan ibu dan dukungan
suami) secara terpisah maupun bersamaan tidak berhubungan dengan
praktek pemberian ASI eksklusif. Praktek pemberian ASI eksklusif lebih
ditentukan oleh k einginan pribadi ibu dan keberhasilan manajemen
laktasi pada saat pertolongan persalinan di institusi pelayanan kesehatan,
yang sangat diwarnai oleh komitmen petugas kesehatan (penolong
persalinan) terhadap program peningkatan ASI Eksklusif.
6. Dwi Sarbini da n Listyani Hidayati (2008). Judul penelitian: Hubungan
Antara Tingkat Pendapatan Keluarga Dan Pendidikan Ibu Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta.
Hasil penelitian tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga
dan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Ngoresan Kecamatan Jebres Kotamadia Surakarta.
b. Landasan Teori
i. Definisi Komunikasi
Murphy (1957:5) mengatakan bahwa komunikasi adalah seluruh proses
yang diperlukan untuk mencapai pikiran -pikiran yang dimaksud oleh orang lain.
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995: 295) mendefinisikan “ komunikasi sebagai the
process by which people attempt to share meaning via the transmission of
symbolic messages ”. (Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusa ha
untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan
simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang tersedia) .
Sedangkan Hovland, Janis dan Kolley seperti d ikutip Forsdale (1981)
berpendapat bawha k omunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pendapat
ini memandang komunikasi sebagai suatu proses. William J. seller (1988)
Komunika si adalah proses dengan mana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan,
diterima, dan diberi arti. Fred luthan (dalam Rue & Beyers 1977:282)
Mengemukakan komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi yang
biasanya mempunyai makna tertentu.
Proses ko munikasi terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu:
a. Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator
dalam organisasi bisa karyawan dan bisa juga pimpinan
b. Penyandian (encordi ng)
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam
isyaratisyarat atau symbol -simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses
penyandian ini dilakukan oleh pengirim .
c. Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada
penerima. Sebag ian besar pesan dalam bentuk kata, baik berupa
ucapan maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku nonverbal
dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti
gerakan tubuh, raut muka dan lain sebagainya .
d. Saluran
Saluran atau sering juga disebu t dengan media adalah alat dengan
mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran
merupakan jalan yang dilalui informasi secara fisik.
e. Penerima
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim.
Penerima melakukan proses penafsiran atas i nformasi yang diterima
dari pengirim .
f. Penafsiran
Penafsiran (decording) adalah proses menerjemahkan (menguraikan
sandi -sandi) pesan dari pengirim. Sebagian besar proses decording
dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima .
g. Umpan balik
Umpa n balik (feedback) pada dasarnya merupakan tanggapan
penerima atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan balik
hanya terjadi pada komunikasi dua arah. Umpan balik yang diterima
komunikator dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan
apakah pes an telah diterima dan menghasilkan tanggapan sesuai
dengan yang diinginkan atau apakah meaning pesan yang
diinterpretasi oleh komunikan sesuai dengan meaning pesan yang
dimaksudkan oleh komunikator.
Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman
suatu pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media
komunikasi merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses
pengiriman pesan. Media komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan
atau menyalurkan pesan itu dapat berupa:
a. Media Tulisan; Berupa surat, telegram, papan pengumuman,
majalah, surat kabar dan lain -lain.
b. Media Visual; berbentuk gambar, grafik, foto dan sejenisnya .
c. Media Audio; berupa suara seperti telepon, radio dan sejenisnya.
d. Media Audio Visual; berupa kombinasi gambar dan suara,
contohnya televisi dan film .
ii. Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tuju an. Tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta ja lan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikianlah pula strategi komunikasi m erupakan paduan dan perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencap ai suatu tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi h arus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan d alam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu -waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
Strat egi komunikasi merupakan pen entu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi
secara efektif. Dengan demikian, s trategi komunikasi, baik secara makro
(plammed multi -media strategi) maupun secara mikro (single communication
medium strategi) mempunya i fungsi ganda (Effen dy, 2000: 300) yaitu : a).
Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran un tuk memperole h hasil optimal , b).
Menjembatani “ cultural gap ” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan
merusak nilai -nilai budaya.
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi
harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan
pengala man yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikas i yang sudah
diket engahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai
baiknya untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang
dikemukakan oleh Horald D.Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk meneran gkan
kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?” komponen komunikasi yang ber kolerasi
secara fungsional pada paradigma Lasswell itu merupakan jaw aban pertany aan
yang diajukan antara lain:
1. Who (Komunikator ) Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu
orang yang mengirim danmenjadi sumber informasi dalam segala situasi.
Penyampaian informasi yangdilakukan dapat secar a sengaja maupun
tidak sengaja.
2. Says What (Pesan )Komunikator menyampaikan pesan -pesan kepada
sasaran yang dituju. Pesanyaitu se suatu yang dikirimkan atau yang
disampaikan. Pesan yang disampaikan dapat secara langsung maupun
tidak langsung dan dapat bersifatverbal maupun non verbal..
3. In Whi ch Channel (Media yang digunakan ) dalam menyampaikan
pesanpesannya, komunikator harus menggunakanmedia komunikasi yang
sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapunmedia adalah sarana yang
digunakan untuk menyalurkan pesan -pesan yangdisampaikan oleh
komunik ator kepada komunikan.
4. To Whom ( Komunikan )Komunikan merupakan individu atau kelompok
tertentu yang merupakansasaran pengiriman seseorang yang dalam
proses komunikasi ini sebagaipenerima pesan, Dalam hal ini
komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya
sehingga nantinya diharapkan mend apatkan hasil yang maksimal dari
pesan yang disampaikan.
5. With What Effect (Efek ) Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi
komunikasiketika ia atau merekamenerima pesan dari komunikator.
Sehingga efekda pat dikatakan sebagaiakibat dari proses
komunikasi.Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi
didefinisikan sebagai“proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komuni kan melalui suatumedia yang m enimbulkan efek”.
(Effendy, 1991: 68)
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu perancangan Planing dan
manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah
media. Strategi komunikasi dalam membuat perancangan Kampanye tentang
manfaat asi eksklusif bagi bayi dan manfaat menyusui deng an asi eksklusif bagi
seorang ibu dengan memberikan informasi yang mudah di ingat oleh khalayak
sasaran.
Strategi komunikasi dalam perancangan Kampanye tentang manfaat asi
eksklusif bagi seorang bayi dan manfaat menyusui dengan asi eksklusif bagi ibu.
Pesan yang ingin di sampaikan kepada khalayak sasaran mudah mengerti dan
diterima dengan baik oleh khalayak sasaran, strategi komunikasi yang dilakukan
dalam perancangan Kampanye tentang manfaat asi eksklusif bagi seorang bayi
dan manfaat menyusui dengan asi eksklusif bagi seorang ibu bersifat informatif
(menginformasikan) dan persuasif (mengajak) serta didukung oleh visual,
tipografi, warna serta elemen -elemen grafis lainnya yang memperkuat informasi
dan kesan yang disajikan pada media. Sehingga khalayak sasa ran mudah
memahami pesan yang disampaikan di dalam media informasi tersebut dan
mengunakan bahasa yang sederhana, singkat dan jelas.
1. Tujuan Komunikasi
Perancangan kampanye t entang manfaat ASI eksklusif bagi seorang bayi
dan manfaat menyusui dengan ASI eksklusif bagi seorang ibu bertujuan :
a. Memberikan informasi kepada seorang ibu tentang manfaat asi
eksklusif bagi seorang bayi dan manfaat menyusui asi eksklusif bagi
seorang ibu.
b. Mematahkan mitos – mitos tentang asi eklsklusif yang menjadi
hambatan seoran g ibu untuk memberikan asi eksklusif kepada
bayinya. 3.
c. Agar seorang ibu lebih bertanggung jawab untuk melaksanakan
pemberian asi eksklusif karena memberikan asi eksklusif pada bayinya
merupakan ungkapan kasih sayang yang sangat dalam seorang ibu
kepada bay inya, memberikan hak seorang bayi mendapatkan asi
eksklusif, serta awal mula hidup sehat, awal mula menciptakan ge nerasi
bangsa yang berkualitas.
2. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi khalayak m emiliki kekuatan penangkal yang
bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan
kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak h anya dirangsang oleh hanya satu
pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang be rsamaan. Artinya
terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan -pesan lain yang datang dari sumber
(komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya.
Dengan demikian pesan yang diharapkan menim bulkan efek atau perubahan
pada khalayak bukanlah satu -satunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu di antara
semua kekuatan pengaruh yang bekerja dalam proses komunika si, untuk mencapai
efektivitas. Jadi efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam
keseluruhan proses komunkasi. Justru itu, maka pesan sebagai satu -satunya yang
memiliki oleh komunika tor harus mampu men gunguli semua kekuatan yang ada
untuk menciptakan efektivitas. kekuatan pesan ini, dapat didukung oleh metoda
penyajian, media dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri.
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan
yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi
komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama
memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah
pertama yang diperlukan i alah mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian
berdasarkan pengenalan dan komunikator yang dip ilih, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penamg kal yang
dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untu k mengalahk an kekuatan pengaruh
dari pesan -pesan lain yang berasal dari sumber (komunikator) lain. Cara ini
merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.
3. Menyusun P esan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi, i alah menyusun pesan, y aitu menetukan tema dan materi.
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak d ari pesan tersebut, ialah mampu
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah ma mpu membangkitkan
perhatian. Perhatian adalah pengamanan yang terp usat. Denga n demikian awal
dari suatu efektivitas dalam komunikasi, ialah ban gkitnya perhatian dari khalayak
terhadap pesan – pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedure
atau from Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian
(Attenti on) untuk selanjutnya menggerak kan seseorang atau orang banyak
melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan. Selain AA
procedure dikenal juga rumus klasik AIDDA sebagai adoption process , yaitu
Attention, Interst, Desire, Decision dan Action . Artinya dimulai dengan
membangkitkan perhatian (Attention) , kemudian menumbuhkan minat dan
kepentingan ( Interest ), sehingga khalayak memiliki hasrat (Desire) untuk
menerima pesan yang dirangsangkan oleh ko munikator, dan akhirnya diambil
keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action) . Jadi
proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang
tidak menarik perhatian, tidak ak an menciptakan efektivitas.
Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat -syarat untuk
berhasilnya pesan tersebut (Arifin, 1994: 68) sebagai berikut :
a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
b. Pesan haruslah menggunakan tanda -tanda yang didasarkan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua
pengertian itu bertemu.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara -cara untuk mencapai kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuha n
yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat
digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.
Hal lain yang menyangkut menarik perhatian khalayak, Wilbur Schramm
selanjutnya mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya
diperoleh) dan Contrast (kontras) kedua h al ini adalah menyangkut dengan
penggunaan tanda -tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan
medium. (Arifin, 1994: 69). Availability, berarti isi pesan itu mudah diper oleh
sebab dalam persoalan yang sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu
yang tidak terlalu banyak meminta energi atau tenaga , sedangka Contrast , berarti
pesan itu, dalam hal men ggunakan tanda -tanda dan medium memiliki perbedaan
yang t ajam dengan keadaan sekitarnya.
5. Mene tapkan Teknik
Dalam dunia komunikasi pada teknik pe nyampaian atau mempengaruhi itu
dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan m eurut bentuk
isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih la njut, bahwa yang petama, semata mata
melihat kom unikasi itu dari segi pelaksanaan nya dengan melepaskan
perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu m elihat komunikasi itu dari
segibentuk pernyataan atau bentuk pesan dan mak sud yang dikandung. Oleh
karena itu yang pertama menurut cara pelaksanaa nya, dapat diwujudkan dalam
duabentuk, yaitu redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua
menurut bentuk isinya dikenal teknik -teknik : infor matif, pe rsuasif, edukatif,
dankoersif. (Arifin, 1994:73 )
a. Redundancy (Repetition) Redundancy atau retiti on, adalah cara
mem pengaruhi khalayak dengan jalan mengulang -ngulang pesan kepada
khalayak. Dengan teknikini sekalian banyak manfaat yang dapat di tarik
darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan itu, karana justru ber kontra s dengan pesan yang
tidak diulang -ulang , sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
b. Canalizing Canalizing adalah memahami dan mene liti pengaruh
kelompok tarhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya
komuni kasi ini, maka haruslah dimulai dari meme nuhi nilai -nilai dan
standard kelompok dan masyarakat dan secara berangsur -angsur
merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal
inikemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara
perlahan -lahan38 dipecahkan, sehingga ang gota-anggot a kelompok itu
sudahtidak memiliki lagi hubungan yang ketat. Dengan demikian
penagruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali.
Dalam kead aan demikian itulah pesan -pesan akan mudak diterima oleh
komunikan.
c. Teknik Informatif adalah suatu bent uk isi pesan, yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan me mberikan penerangan.
Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa
sesungguhnya, di atas fakta -fakta dan data -data yang benar serta
pendapat -pendapa t yang benar pula. Atau seperti ditulis ol eh Jawoto
(Arifin, 1994 : 74) :
1) Memberikan informasi tentang fakta semata -mata, juga fakta
bersi fatkontropersial.
2) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.
Teknik informatif ini, lebih ditujuk an pada penggunaan akal
pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa
keterangan, penerangan, berita dan sebagainya.
b. Persuasif berarti, mempengaruhi denga n jalan membujuk. Dalam hal
ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama
perasaannya. Perlu diketahui, bahwa sit uasi mudah terkena sugesti
ditentukan oleh : kecakapan untuk mengsugestikan atau menyarankan
sesuatu kepada komunikan ( suggestivitas ), dan mereka itu sendiri
diliputi oleh keadaa n mudah untuk menerima pengaruh (suggestibilitas ).
Jadi d i pihak menugesti khal ayak, dan menciptakan situasi39 bagaimana
khalayak itu supaya mudah terkena suge sti, adalah proses ke talsebagai
hasil penerimaan yang tidak kritis dan di realisasikan dalam perbuatan
kepercayaan atau cita -cita yang dipengaruhi orang lain.
c. Teknik Edukatif , sebagai salah satu usaha m empengaruhi khalayak dari
suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diw ujudkan dalam
bentuk pesan yang akan berisi: pendapat -pendapat, fakta -fakta, dan
pengalaman -pengalaman. Mendidik berarti memberikan sesuatu ide
kepada khala yak apa sesungguhnya, di atas fakta -fakta, pendapat dan
pengalama n yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenaran ,
dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah
tingkah laku m anusia ke arah yang diinginkan.
d. Koersif berarti mempengar uhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik
koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan -peraturan,
perintah -perintah dan intimidasi -intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang
lebih lancer biasanya dibelakangnya berdiri sua tu kekuatan yang cukup
tangguh.
6. Penggunaan Media
Penggunaan medium sebagai alat pen yalur ide, dalam rangka merebut
pengaruh khalayak adalah suatu hal yang m erupakan keharusan, sebab media
dapat menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat
penyalur, juga mempuny ai fun gsi sosial yang kompleks.
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin
dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti m enyesuaikan keadaan dan kondisi
khalayak, maka dengan sendirinya dalam pengg unaan media pun, harus demikian
pula. Just ru itu selain kita harus berfikir dalam jali nan faktor -faktor komunikasi
sendiri juga harus dalam hubungannya dengan s ituasi sosial -psikologis, harus
diperhitungkan pula. Hal ini karena masing -masing medium tersebut mempunyai
kemampuan dan kelemahan -kelema han tersendiri sebagai alat.
iii. Tujuan Dari Strategi Komunikasi
R Wayne Pace, Brent. D. Petersen dan M. Dallas Burnett dalam bukunya
“Theniquet for Effective Communication” menyatakan bahwa tujuan sentral dari
strategi komunikasi adalah :
a. To secure under standing: komunikan mengerti pesan yang
disampaikan.
b. To establishes acceptance: pembinaan kepada penerima setelah pesan
c. dimengerti dan diterima.
d. To motivation action: memotivasi kegiatan organisasi.
Beberapa penulis Stainer, Barry, Freeman dan Roe ring, Bryson, dalam
Stoner (1989:78) berkeyakinan bahwa strategi dapat membantu suatu organisasi
dalam:
a. Berpikir strategis dan mengembangkan strategi yang efektif.
b. Memperjelas arah masa depan.
c. Menciptakan prioritas.
d. Membuat keputusan sekarang d engan mengingat konsekuensi masa
e. depan.
f. Mengembangkan landasan yang koheren dan kokoh bagi pembuatan
g. keputusan.
h. Menggunakan keleluasaan yang maksimum dalam bidang -bidang
yang
i. berada dibawah kontrol organisasi.
j. Membuat keputusan yang melin tasi tingkat dan fungsi.
k. Memecahkan masalah organisasi.
l. Menangani keadaan yang berubah dengan cepat secara efektif.
m. Membangun kerja kelompok dan keahlian.
Strategi komunikasi banyak menentukan keberhasilan dalam kegiatan
komunikasi. Dalam menyusun strategi komunikasi seorang pemimpin harus
memahami fungsi strategi komunikasi baik secara makro maupun mikro. Dengan
pendekatan makro berarti organisasi dipandang struktur global yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Sedangkan dengan pendekatan mikro l ebih memfokuskan
kepada komunikasi dalam unit dan sub unit pada suatu organisasi. Komunikasi
yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok,
komunikasi untuk memberi orientasi dan latihan, komunikasi untuk menjaga
iklim, komunik asi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi
untuk mengetahui rasa kepuasan dalam bekerja (Muhammad, 2008: 75 -76).
iv. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Air Susu I bu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu
(Estiwidani, 2014). ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena mengandung
berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi (Hani, 2014).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan atau minuman
tambahan lain pada bayi berumur 0 -6 bulan. B ayi tidak diberikan apapun kecuali
makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi yang
baik dari ASI (Yuliarti, 2010). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara Ibu melalui proses menyusui (Khasanah,2011). WHO dan
UNICEF merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan
sebagai beriku t (Dewi & Sunarsih, 2011).
1) Inisiasi menyusu dini (IMD) selama 1 jam pertama setelah bayi lahir
2) ASI eksklusif diberikan pada bayi yaitu hanya ASI saja yang di berikan
tanpa makanan atau minuman tambahan
3) ASI diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi
4) ASI diberikan tidak menggunakan botol maupun dot.
ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi mulai masa ke hamilan
payudara sudah mengalami perubahan untuk mem produksi ASI. Makanan –
makanan yang diramu menggunakan teknolo gi modern tidak bisa menandingi
keunggulan ASI karena ASI m empunyai nilai gizi yang tinggi dibandingkan
dengan makanan buatan manusia ataupun s usu yang berasal dari hewan sapi,
kerbau atau kambing .
Menurut Departemen Kesehatan (2014) ada 3 jenis ASI, yaitu:
1) Kolostrum adalah cairan kental yang berwarna kekuning -kuningan,
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Kolostrum
mengandung protein tinggi yang berfungsi untuk daya tubuh dan rendah
lemak dan laktosa. Volume kolostrum 150 -300 ml/24 jam (Roesli,
2007).
2) ASI Transisi adalah ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur
yang di produksi pada hari ke -4 sampai dengan hari ke -10 masa laktasi
(Bahiyatun, 2009). Susu transisi ini terdapat immun oglobulin, protein
dan laktosa dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum tetapi
konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi, vitamin larut lemak
berkurang, vitamin larut air meningkat. Berwarna lebih putih dari
kolostrum.
3) ASI Matur adalah su su yang keluar setelah hari ke -10. Berwarna putih
kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan -isapan pertama
(foremilk) mengandung lebih rendah lemak tapi tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. ASI yang keluar pada isapan -isapan terakhir
(hindmi lk) mengandung lemak dan karbohidrat yang tinggi.
ASI memiliki komposisi sebagai berikut :
1) Karbohidrat, ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada susu
formula yaitu 6.5 -7 gram%. Karbohidrat utama yang terdapat dalam
ASI adalah laktosa yang akan diub ah menjadi galaktosa. Galaktosa
membetuk galaktolipid yang berperan penting dalam perkembangan
otak bayi (Bahiyatun, 2009).
2) Lemak, Lemak yang terdapat dalam ASI terdiri dari trigliserida,
fosfolipid, kolesterol dan asam lemak esensial. Pada kolostrum
konse ntrasi kolesterol sangat tinggi yang penting dalam proses
pembentukan myelin. Myelin adalah zat yang mengelilingi sel saraf
otak dan akson yang berfungsi melindungi dari rangsangan yang
merusak. Lemak pada ASI mudah diserap oleh bayi karena adanya
enzim li pase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida
(Purwanti, 2014).
3) Asam lemak esensial arachidonic acid (AA) dan docosahexanoid acid
(DHA) Kandungan AA dan DHA adalah asam lemak tak jenuh yang
mempunyai rantai panjang (polyunsaturated fatty acid) yang diperlukan
bayi untuk pembentukan sel -sel otak yang optimal (Yuliarti, 2010).
Otak bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan DHA lebih
tinggi dari pada bayi yang mendapat susu formula. AA dan DHA
berfungsi dalam proses penerimaan rangsang dan penghan taran listrik
di sel -sel saraf.
4) Protein dan asam amino , Asam amino berperan dalam perkembangan
otak yaitu taurin, tirosin dan triptofan. Taurin adalah asam amino bebas
yang jumlahnya sangat besar di jaringan saraf, jaringan otak yang
sedang berkembang dan saraf mata. Taurin berperan sebagai
neurotransmitter, mengatur aktivitas sel saraf, menstabilkan dinding sel
saraf dan antioksidan (Yuliarti, 2010). Noradrenalin dan dopamine
dibentuk oleh tirosin sedangkan serotonin dan melatonin adalah
neurotransmitter y ang dibentuk triptofan. Noradrenalin berfungsi
mengatur pola tidur -bangun, memori dan proses belajar. Dopamin
berfungsi untuk mengontrol gerakan, respon emosi, persepsi sakit dan
senang, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Serotonin untuk
mengontro l nafsu makan, pola tidur, memori dan proses belajar.
5) Mineral , ASI mempunyai kandungan mineral yang konstan selama
laktasi. Fa dan Ca tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organic yang
ada dalam ASI yaitu kalsium, kalium dan natrium. Kalsium berfungsi
dalam pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf
dan pembekuan darah. Kadar kalsium dalam ASI. lebih rendah
dibandingkan dengan susu formula tapi lebih mudah diserap
dibandingkan susu formula.
6) Vitamin , Vitamin lengkap terdapat dalam ASI. V itamin A yang terdapat
dalam ASI yaitu 280 IU sedangkan dalam kolostrum dua kali lipat dari
itu. Vitamin D pada bayi 2/3 dari kadar vitamin D ibu yang bisa
didapatkan melalui plasenta dan sedikit dalam ASI. Vitamin K
berfungsi sebagai faktor pembekuan dara h. Vitamin E berfungsi untuk
pembentukan sel darah merah. Kadar vitamin K dalam ASI sangat
sedikit sehingga ketika bayi baru lahir diberikan vitamin K dalam
bentuk suntikan atau oral untuk mengurangi resiko perdarahan
(Purwanti, 2014).
7) Air, ASI mengandung 88% air sehingga ASI yang diminum bayi
selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi. ASI
dengan kandungan air yang tinggi keluar pada hari ketiga atau keempat
(Yuliarti, 2010).
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
ASI mempunyai banyak manfaat bagi bayi , yang belum banyak diketahui
masyarakat diantaranya adalah:
1) Mengandung komposisi yang tepat , ASI se bagai bahan makanan yan g
baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup
kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bula n
pertama (Kristiyansari , 2009).
2) ASI me ningkatkan kecerdasan bagi bayi . Lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel -sel
otak sehingga jar ingan otak bayi yang mendapat ASI Eksklusif a kan
tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel -sel
saraf otak (Kristiyansari, 2009).
3) Mengandung zat protektif Bayi yang mendapat ASI lebih jarang
menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI
(Sunardi, 2008).
4) Lactobasillus bifidus Laktob asillus bifidus berfungsi mengubah laktosa
menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan
saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
9 Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengand ung faktor ini
(Sunardi, 2008).
5) Lacto ferin adalah protein yang berikatan dengan besi. Dengan
mengikat zat besi, maka Lactoferin bermanfaat menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu staphylococus, E.coli, dan
Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya bakteri t ersebut, lactoferin dapat pula
menghambat pertumbuhan jamur Candida (Suradi, 2004).
6) Lizozim Lizozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakterisidal) dan anti inflamasi, bekerja bersama peroksida dan
askorbat untuk menyerang bakteri E.coli dan sebagian keluarga
salmonella . Keaktifan lizozim ASI beberapa kali lebih tinggi
dibanding susu sapi. Keunikan lizozim lainnya adalah bila faktor
protektif lainnya adalah sesuai tahap lanjut ASI, maka lizozim
justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah ke lahiran. Hal ini
merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai
mendapatkan makanan padat dan lizozim merupkan faktor protektif
terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare
pada periode ini (Suradi, 2004).
7) Komponen C3 dan C 4 Kedua komponen ini, w alaupun kadar dalam
ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilatik dan kemotaktik yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI
(Suradi, 2004).
8) Faktor antistreptococus Dalam ASI terdapat faktor antistreptococ us
yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman streptococus
(Suradi, 2004).
9) Antibodi Secara elektroforetik, kromatografik dan radio immunoassay
terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobin
yaitu IgA sekretorik (SigA), I gE, IgM, dan IgG. Dari semua
imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi
dalam ASI dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena
tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan
membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri
patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus. Dalam tinja
bayi yang mendapat ASI terdapat bakteri E.coli dalam konsentrasi
yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut
juga rendah. Di dalam ASI selain antibodi terdapat E.coli juga
pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi,
Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio dan
campak. Antibodi terdapat rotavirus tinggi dalam kolostrum yang
kemudian turun pada minggu pertama dan bert ahan sampai umur 2
tahun. Dalam ASI juga didapatkan antigen terhadap Helicobacter
jejuni penyabab diare. Kad arnya dalam kolostum tinggi dan menurun
pada usia 1 bu lan dan kemudian menetap selama menyusui
(Sunardi, 2008).
10) Imunitas selule r ASI yang mengandung sel -sel. Sebagian besar (90%)
sel tersebut berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan
memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lizozim
dan lactoferin . Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka
leukosit pada kolost rum kira -kira 5000/ml setara dengan angka
leukosit darah tepi tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi,
karena hampir semuanya berupa polimorfonuklear dan
mononuklear . Dengan meningkatnya volume ASI angka leukosit
menurun menjadi 2000/ml. Walaupun dem ikian kapasitas anti
bakterinya sama sepanjang stadi um laktasi. Konsentrasi faktor –
faktor anti infeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SisA, lactoferin,
lizozim dan sel seperti makrofag, neutrofil dan limfosit lebih tinggi
pada ASI prematur dibanding ASI ma tur. Perbedaan status gizi
pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi faktor anti in feksi dalam
ASI (Suradi, 2004).
11) Tidak menimbulkan alergi Pada b ayi baru lahir sistem IgE belum
sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem
ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
Pemberian protein asing yang ditunda samp ai umur 6 bulan akan
mengurangi kemungkinan alergi (Suradi, 2004).
12) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan Waktu menyusui
kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak.
Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar
dengan memberikan susu formula tetapi menyusui sendiri akan
memberikan efek psikologis yang besar. Den gan foto infra merah,
payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak
menyusui (Kristiyansari, 2009). Interaksi yang timbul waktu menyusui
antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan
aman ini penting untuk menimb ulkan dasar kepercayaan pada bayi
(basic sense of trust) yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain
(ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2004).
13) Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi
Insiden karies dentis pada bayi y ang mendapatkan susu
formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI karena
kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu
akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu
formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan me rusak gigi.
Kecuali itu ada anggapan bahwa k adar selenium yang tinggi dalam
ASI akan mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah
satu penyebab maloklusi rahang adalah lidah yang mendorong ke
depan akibat menyusu dengan botol dan dot (Sunardi, 2008 ).
14) Menyebabkan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapatkan ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik dan mengu rangi kemungkinan obesitas.
Ibu ibu yang diberipenyuluhan tentang ASI dan laktasi, tu runnya berat
badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu -ibu
yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu -ibu
tersebut segera memberikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi
menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga d ibuktikan bermanfaat
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit (Suradi, 2004).
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
1) Aspek kesehatan i bu isapan bayi pada payuda ra akan merangsang
terbentuknya oksitosin oleh kelenjar h ipofis is. Oksitosin membantu
involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu menyusui le bih re ndah dibanding yang tidak menyusui
(Kristiyansari, 200 9).
2) Aspek keluarga berencana menyusui secara mur ni Eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan. Ditemukan rata -rata ibu y ang menyusui adalah
24 bulan sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang
mempe rtahankan laktasi bekerja untuk menekan hormon ovulasi
sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering
hamil kecuali menjadi beban sendiri juga merupakan risiko
tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko
kesakitan da n kematian akibat p ersalinan (Suryoprajogo,
2009).
3) Aspek psikologis keuntungan menyusui b ukan hanya bermanfaat bagi bayi
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia ( Suradi, 2004).
c. Manfaat ASI Bagi Keluarga
1) Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena
bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga me ngurangi
biaya berobat (Sunardi, 2008).
2) Aspek psikologis Kebahagiaan keluarga bertamba h karena kelahiran
lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga (Suradi, 2004).
3) Aspek kemudahan Menyusui sangat pra ktis kar ena dapat diberikan
dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak re pot untuk menyiapkan air
masak, botol dan dot yang harus selalu dibersihkan, orang tidak perlu
minta perto longan orang lain (Arif, 2009).
d. Manfaat ASI Bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi , misalnya
diare, otitis media dan infeksi saluran pernafasan akut bagi an
bawah (Kristiyansari, 2009).
2) Mengurangi subsidi kesehatan Subs idi untuk rumah sakit berkurang
karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi,
mengurangi komplikasi pers alinan dan infek si nosokomial, serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan sakit. Anak yang
diberi ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibanding anak yan g
mendap at susu formula (Suradi, 2004).
3) Menghemat de visa untuk membeli susu formula ASI dapat dianggap
sebagai ke kayaan nasional. Jika semua ibu menyusui Eksklusif selama
6 bulan berapa banyak devisa yang dapat dihemat oleh negara yang
sebelumnya dipaka i untuk memb eli susu formula (Sunar, 2009).
4) Meningkatk an kualitas sumber daya manusia Anak yang mendapat
ASI dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
5) Mengurangi polusi Untuk pembuatan dan distribus i susu formula
diperlukan bahan bakar minyak. Selain itu juga k aleng serta karton
kema san susu juga menyebabkan pencemaran lingkungan
(Sunar di, 2009).
6) Alasan Pemberian ASI Eksklusif ASI diberikan kepad a bayi karena
mengandung banyak manfaat dan kelebihan antara lain menurunkan
resiko penyakit infeksi misalnya : diare, i nfeksi sa luran nafas dan
infeksi telinga. D i samping itu ASI juga bisa mencegah penyakit non
infeksi misalnya alergi, obesitas, kurang gizi, asma dan eksem. ASI
dapat pula meningkat kan kecerdasan anak.
Faktor -faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusi f yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses mengembangkan semua aspek kepribadian
manusia yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.
Semakin rendah pendidikan ibu maka semakin rendah kemampuan
dasar ibu dalam berfikir untuk mengambil keputu san khususnya dalam
pemberian susu formula atau ASI Eksklusif pada bayi usia 0 -6 bulan
(Widiyanto dkk, 2012).
2) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh ibu dari hasil
pendidikan informal seperti penyuluhan – penyuluhan, brosur, dan
pemberian informasi dari tenaga kesehatan ketika kunjungan
posyandu (Widiyanto dkk, 2012). Pengetahuan ibu tentang ASI juga
mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI, hal ini dapat
memberikan pengaruh positif maupun negatif dalam pemberian ASI
eksklusif (Roesli, 2012). Pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI
eksklusif akan menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif
karena ibu tidak mempunyai motivasi untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayinya (Astuti, 2013).
3) Pendapatan Keluarga dan Pekerjaan
Ting kat pendapatan keluarga yang tinggi cenderung tidak memberikan
ASI eksklusif melainkan susu formula. Ibu yang mempunyai
penghasilan rendah lebih mungkin untuk memberikan ASI eksklusif
(Sriningsih, 2011). Tingginya jumlah pekerja wanita diberbagai sektor
pekerjaan mengakibatkan semakin banyak ibu yang harus
meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan ketika habis masa cuti
bersalin Ibu yang kembali bekerja penuh sebelum bayi berusia enam
bulam menyebabkan pemberian ASI eksklusif terhambat ditambah
dengan ke adan fisik dan mental ibu yang lelah karena bekerja akan
mengakibatkan produksi ASI tidak lancar (Astuti, 2013). Memberikan
ASI secara langsung bagi ibu yang bekerja tidak memungkinkan
karena tidak adanya waktu atau tempat khusus untuk menyusui atau
memera h ASI (Margawati & Josefa, 2011).
4) Usia
Ibu yang melahirkan saat berusia lebih dari 30 tahun secara fisiologis
mengalami laktogenesis yang tertunda daripada ibu yang berusia
kurang dari 30 tahun. Ibu yang mengalami laktogenesis tertunda
sering kehilangan rasa percaya diri untuk menyusui dan sering
menyatakan ASI tidak cukup untuk bayi sehingga bayi sering
diberikan makanan tambahan (Felix, 2013).
5) Jumlah anak
Jumlah anak yang banyak membuat kebiasaan ibu untuk menyusui
semakin tinggi tetapi kualitas dan fr ekuensi pemberian ASI berkurang
(Merdekawati, dkk. 2006). Ibu multipara lebih sering untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena lebih menguasai
teknik menyusui selain itu secara fisiologis ibu multipara memiliki
onset laktogenesis II yang lebih c epat yang cenderung menjalani
persalinan lebih singkat dan penggunaan obat analgesik yang sedikit
daripada ibu primipara sehingga laktogenesis lebih cepat terjadi. Ibu
multipara yang melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) memproduksi
ASI lebih banyak darip ada ibu primipara yang juga melakukan IMD
(Felix, 2013).
6) Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan suami dan keluarga terdekat sangat mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif. Suami dan keluarga harus memberikan
dukungan moral seperti memberikan pujian, memberikan kata –kata
semangat kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Suami tidak boleh mengkritik bentuk tubuh istri agar istri tidak merasa
risih atau minder dengan bentuk tubuhnya atau bentuk payudaranya
sehingga kemauan istri memberikan ASI ekskl usif tidak berkurang
karena kritikan yang disampaikan suami (Abidjulu dkk, 2015)
Dukungan suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan
atau kegagalan menyusui. Masih banyak suami yang berpendapat
salah, para suami ini berpendapat bahwa menyusui ada lah urusan ibu
dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang
pasif saja, sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam keberhasilan menyusui karena suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli,2005).
Menurut Haryono & Setianingsih (Malau, 2010), dukungan ini didapat
oleh ibu dari dua pihak, yaitu keluarga dan tenaga kesehatan.Tetapi
pengaruh dukungan yang paling besar adalah dukungan keluarga
terlebih dari suami.Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti
dan orang yang paling dekat dengan ibu.Namun pada kenyataannya,
dukungan suami dalam praktek pemberian ASI masih minim, salah
satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana suami
berperan sebagai pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya
diurusi oleh istri.
Pada dasarnya dukungan suami sangat berarti dalam menghadapi
tekanan ibu dalam menjalani proses menyusui. Dukungan suami dan
keluarga membuat ibu merasa tenang sehin gga memperlancar
produksi ASI. Jadi, agar proses menyusui lancar, diperlukan
breastfeeding father yaitu ayah membantu ibu agar bisa menyusui
dengan nyaman sehingga ASI yang dihasilkan maksimal (Nur
Khasanah, 2011). Dukungan yang diberikan suami akan
mempen garuhi kondisi psikologis ibu yang akan berdampak terhadap
keberhasilan menyusui.
Suami merupakan faktor pendukung pada kegiatan yang bersifat
emosional dan psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui.Sekitar
80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh
keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa
pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan
memperlancar produksi ASI (Ramadhani & Hadi, 2010).
Di Australia, praktek pemberian ASI eksklusif terbukti 1,5 kali lebi h
berhasil apabila didukung oleh suami. Angka keberhasilan menyusui
bayi sampai 6 bulan meningkat pada kelompok studi yang mengikut
sertakan ayah dan ibu dalam konseling menyusui dibanding
kelompok studi yang hanya diikuti oleh ibu (Ramadhani & Hadi,
2010). Studi di daerah urban Jakarta dan Kabupaten Pidie Jaya, Aceh,
membuktikan dukungan suami berhubungan dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami membuat ibu berpeluang
5,1 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif daripada yang
tidak didukung suami (Ramadhani & Hadi, 2010).
Februhartanty (2008) juga mengungkapkan bahwa keterlibatan suami
dalam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan anak
saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi praktek
pemberian ASI eksklusif. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Mira, et al (2012) di wilayah kerja Puskesmas Rakit
Kulim Kabupaten Indragiri Hulu. Pada penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa rendahnya dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif bisa disebabk an karena suami yang sibuk bekerja sehingga
menyarankan ibu untuk memberikan susu formula pada bayi 0 -6
bulan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
presentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah
54,3%. Dari presentase yang ada, ternyata
jumlah ibu yang menyusui ASI secara eksklusif masih kurang karena
masih banyak kendala yang dihadapi dalam praktek pemberian ASI
eksklusif yakni urangnya dukungan dari lingkungan dan praktisi
kesehatan, kurangnya pengetahuan ibu, pemberian makanan dan
minuman terlalu dini, serta maraknya promosi susu formula untuk
bayi (Harnowo, 2012) .
7) Psikologis ibu
Ibu yang merasakan cemas, stress dan tidak percaya diri akan
mengurangi atau menghilangkan sekresi susu karena akan
mempengaruhi produksi h ormon yang berperan dalam proses
menyusui (Margawati & Josefa, 2011).
8) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan berperan sangat penting untuk mendukung ibu tetap
menyusui tidak hanya dengan memberikan obat atau menyarankan
makanan tertentu, tetapi juga harus men jelaskan kepada ibu -ibu
bahwa dengan rangsangan isapan bayi yang terus menerus akan
memicu produksi ASI semakin banyak (Margawati & Josefa, 2011).
Petugas kesehatan yang membantu saat persalinan mempunyai peran
yang sangat dominan pada 30 menit pertama set elah bayi lahir
sehingga seharusnya ibu difasilitasi untuk segera memeluk bayinya
yang diharapkan interaksi bayi dan ibu segera terjadi. Pemberian ASI
segera atau IMD akan membuat ibu semakin percaya diri untuk
memberikan ASI eksklusif (Oktora, 2013).
e. Mitos ASI
Menurut Khasanah (2011) Salah satu kendala ibu menyusui adalah
kepercayaan pada mitos, padahal mitos tida k dapat dipercaya kebenarannya.
Berikut ini ada mitos yang sering menghantui para ibu menyusui :
a. ASI hari pertama harus dibuang ASI hari pertama justru tidak boleh
dibuang karena ASI yang keluar pada hari pertama disebut Kolostr um
yang mengandung protein yang kadarnya tin ggi terutama kandungan zat
daya tahan tubuh. Jadi, jika Kolostrum yang berwarna jernih kekuningan
ini dibuang bayi kurang mendap atkan zat -zat yang melindungi dari infeksi.
b. ASI belum banyak pada hari pertama sehingga perlu ditambah cairan atau
makanan lain.
c. Setiap kali hendak menyusui saat pagi ( setelah bangun tidur), semburan
pertama ASI harus dibuang karena dia nggap basi.
d. ASI semb uran pertama harus dibuang s etelah berpergian keluar rumah.
e. Banyak istira hat bisa menambah produksi ASI.
f. ASI yang se perti warna santan lebih bagus.
g. ASI membuat bayi obesitas.
h. Susui bayi pada masing -masing payudara selama 15-30 menit secara
bergantian.
i. ASI bisa merusak kulit bayi.
v. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, telah diatur banyak hal tentang
implementasi ASI Eksklusif. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan
untuk: a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak
dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya; b. memberikan perlindungan kepada ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan c. meningkatkan peran dan
dukungan Keluarga , masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap
pemberian ASI Eksklusif.
Informasi dan edukasi telah diatur dalam PP tersebut, seperti untuk
mencapai pemanfaat an pemberian ASI Eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan
dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan
edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi yang
bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sa mpai dengan periode pemberian
ASI Eksklusif selesai. Informasi dan edukasi ASI Eksklusif sebagaimana
dimaksud paling sedikit mengenai: a. keuntungan dan keunggulan pemberian ASI;
b. gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui; c. akibat negatif dari
pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan d. kesulitan
untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI.
Bahkan tempat kerja dan sarana umum wajib menyediakan tempat untuk
memberikan ASI seperti yang dijelaskan pada PP tersebut. Pengurus tempat kerja
dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI
Eksklusif. Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus
menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai
dengan kondisi kemamp uan perusahaan. Tempat kerja dimaksud seperti
perusahaan, perkantoran milik pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta.
Sedangkan tempat sarana umum seperti : a. fasilitas pelayanan kesehatan; b. hotel
dan penginapan; c. tempat rekreasi; d. terminal angkuta n darat; e. stasiun kereta
api; f. bandar udara; g. pelabuhan laut; h. pusat -pusat perbelanjaan; i. gedung
olahraga; j. lokasi penampungan pengungsi; dan k. tempat sarana umum lainnya.
Lebih jauh pada PP tersebut dijelaskan bahwa penyelenggara tempat saran a
umum berupa fasilitas pelayanan kesehatan harus mendukung keberhasilan
program pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah
menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut:
1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasik an
kepada semua staf pelayanan kesehatan.
2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan
kebijakan menyusui tersebut.
3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui.
4. Membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (ena m puluh) menit
pertama persalinan.
5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui
meskipun ibu dipisah dari bayinya.
6. Memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi
medis.
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 2 4
(dua puluh empat) jam.
8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi.
9. Tidak memberi dot kepada Bayi
10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk
ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
2.2.4 Teori P engetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif adalah faktor yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang ( over behavior ) (Notoatmodjo, 2003) . Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif ada 6
tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan,
mendefinisikan, dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan se bagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang Obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya bisa
menggunakan prinsip -prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari
kasus yang diberikan.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen -komponen, tetapi ma sih di dalam struktur
organisasi. Kata kerja untuk kemampuan ini yaitu dapat membedakan,
mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan, dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi -formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap materi atau obyek.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), sebelum orang menghadapi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri ora ng tersebut terjadi proses yang
berurutan yakni:
a) Awereness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b) Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus.
c) Evaluation (menimbang -nimbang), baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Dalam proses seseorang mengetahui akan dipengaruhi oleh beberapa hal
atau faktor, menurut Sukmadinata (2003) faktor yang mempengaruhi digolongkan
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor Internal
1) Jasmani , Faktor jasmani dian taranya adalah kesehatan indera
seseorang.
2) Rohani , Faktor ro hani diantaranya adalah kesehatan psikis,
intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif
individu.
b) Faktor Eksternal
1) Pendidikan , Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
2) Paparan media massa , Melalui berbagai media, baik cetak
maupun ekle ktronik, berbagai informasi dapat diterima oleh
masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain -lain) akan
memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak pernah terpa par informasi media. Hal ini berarti
paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
3) Ekonomi, Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik
akan mudah tercukup i dibanding keluarga dengan status ekonomi
yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan
sekunder.
4) Hubungan sosial, Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam
kehidupan saling berinte raksi antara satu dengan yang lain.
Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar
terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk
menerima pesan menurut model komunikasi media.
5) Pengalaman , Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan –
kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi,
sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai
kegiatan -kegiatan tersebut, informasi tentang suatu hal dapat
diperoleh.
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu
sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan Ada
faktor yang mempengaruhi derajat keseh atan pada manusia yaitu genetik
(hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo, 2007) .
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:
a) Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang
terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.
b) Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendi dikan, dan sumber daya manusia.
c) Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat
perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami,
orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
Dari berbagai macam cara yang telah dig unakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
1) Cara tradisional (non ilmiah) ,
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum
ditem ukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis
dan logis. Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain:
a) Coba -coba dan salah, Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara in i
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan
dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan (otoritas), Prinsip dalam cara ini adalah orang lain
menerima pendapat yang diketem ukan oleh orang yang mempunyai
aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi, Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau merupakan suatu car a untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Un tuk menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis
dan logis.
d) Melalui jalan pikir, Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan
deduksi.
2) Cara modern (ilmiah)
Cara baru ata u modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian.
(Notoa tmodjo, 2005)
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber
pengetahuan dapat beru pa pemimpin -pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2005) .
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN ALUR PIKIR PENELITIAN
a. Kerangka Konseptual
Ada beberapa teori dan penelitian empiris yang digunakan dalam
penyusunan kerangka konseptual penelitian untuk membahas strategi penelitian
melalui paradigma yang dikemukakan oleh Horald D. Lasswell , yaitu Who, Says
What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Effendi, 1991:68). Hal ini
akan diuraikan secara kualitatif. Sedangkan untuk analisis kuantitatif untuk
melihat tingkat perbedaan pengetahuan ASI Eksklusif masyarakat berdasarkan
variabel tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Tingkat pendidikan dilihat
dari bagaimana ti ngkat kemampuan dalam pemahaman ASI Eksklusif berdasarkan
tingkat pendidikan. Sedangkan tingkat pendapatan dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan masyarakat untuk memperoleh akses dalam
pengetahuannya tentang ASI Eksklusif. Adapun alur pikir yang digunakan adalah
sebagai berikut :
b. Alur Pikir Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan model sequential dengan
bentuk sequential explanatory design (Cresswell, 2009, dalam Sugiyono,
2012:409) . Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan ketiga menggunakan
pendekatan kualitatif normatif , sedangkan untuk menjawab rumusan masalah
kedua menggunakan pendekatan kuanti tatif.
4.2. Spesifikasi Penelitian Implementasi
Kebijakan PP
Nomor 33 Tahun
2012 Strategi
Komunikasi
1. Komunikator
2. Pesan
3. Media
4. Komunikan
5. Efek Pemberian ASI
Eksklusif
Umur
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Pada penelitian ini bentuk penelitian menggunakan bentuk kualitatif
deskriptif yaitu memusatkan perhatian pada masalah -masalah atau fenomena –
fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat
aktual, kemudian menggambarkan fakta -fakta tentang masalah yang diselidiki
diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat (Hadari Nawawi (1990 :64), dan
juga bentuk evaluatif untuk melihat gambaran implementasi kebijakan yang telah
dilakukan.
4.3. Populasi dan Sam pel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil, ibu nifas, dan ibu
balita yang berkunjung ke Puskesmas Alalak Tengah , sedangkan jumlah sampel
ditentukan berdasarkan pendapat Diel dan Gay (1990) yaitu 30 orang. Teknik
pengambilan sampel berdasarka n non probability sampling dengan bentuk
purposive sampling .
4.4. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder untuk melihat gambaran
implementasi kebijakan ASI Eksklusif, dan juga data primer untuk mendapatkan
gambaran umur, tingkat pengetahu an, tingkat pendidikan, dan hubungannya
dengan ketiga faktor tersebut.
4.5. Metode Pengumpulan Data
4.5.1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada di
Puskesmas Alalak Tengah Kota Banjarmasin . Pengumpulan data primer
dilakukan dengan instrument yaitu berupa kuesioner .
4.5.2. Teknik Pengumpulan Data S ekunder
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dan bahan -bahan
kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan instrumen :
a. Wawancara dengan bentuk deep interview , informan dipilih
berdasarkan petugas kesehatan yang memegang program ASI Eksklusif
di Puskesmas Alalak Tengah.
b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku –
buku, karya ilmiah, pendapa t para ahli yang memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti.
c. Studi dokumenter, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan -catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta
sumber -sumber lain yang menyangkut masalah yang diteli ti dengan
instansi terkait.
4.6. Metode Penyajian Data
Hasil dari analisa data untuk rumusan masalah pertama dan ketiga akan
disajikan dalam bentuk deskriftif , bentuk uraian peristiwa atau uraian kasus.
Sedangkan untuk rumusan masalah kedua akan disajika n dalam bentuk tabel, juga
akan disajikan dalam bentuk deskriftif .
4.7. Analisa Data
Analisa data untuk rumusan masalah pertama dan ketiga digunakan analisa
normatif kualitatif, sedangkan rumusan masalah kedua menggunakan empiris
kuantitatif dengan bentuk frekuensi, crosstab, dan SWOT . Adapun teknik analisis
kualitatif yang digunakan adalah sebagai berikut.
Untuk rumusan masalah pertama menggunakan Model Miles dan
Huberman, dengan menggunakan tiga tingkatan analisis, yaitu.
1. Data Reduction (Data Reduksi), m ereduksi da ta, atau merangkum,
memilih hal -hal yang pokok, memfokuskan pada hal hal penting, dicari
tema dan polanya, dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
2. Data Display (Penyajian Data), h asil data yang telah di reduksi maka
langkah selanjutnya adalah display data dengan, menyajikan data dalam
bentuk teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification, Ini merupakah langkah terakhir
dalam analisa data yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi dari hasil
data display.
4.8. Jadwal Penelitian
No. Uraian Juni 2017 Juli 2017 Agt 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapan dan
pembuatan panduan
interview dan
kuesioner
2. Seminar Proposal
3. Interview dan
penyebaran kuesioner
4. Pengu mpulan data
5. Analisa data
6. Pembuatan laporan
7. Seminar Hasil
8. Perbaikan
9. Ujian Thesis
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Puskesmas Alalak Tengah
Puskesmas Alalak Tengah adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kota Banjarmasin yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilyah kerjanya, puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemam puan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal, dengan demikian
puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
Secara geografis Puskesmas Alalak Tengah terletak di Kecamatan
Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin yang memiliki luas wilayah kelurahan
Alalak Tengah 1,15 km² dan Kelurahan Alalak Utara 3,3 km² , dengan batas
wilayah :
1) Sebelah Utara : Sungai Barito dan Sungai Alalak
2) Sebelah Selatan : Kelurahan Alalak Selatan, Kelurahan Kuin Utara,
Kelurahan Pangeran
3) Sebelah Barat : Sungai Barito
4) Sebelah Timur : Kelurahan Sei. Miai
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Alalak Tengah tahun 2016
adala h 34.191 jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja puskesmas
sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2016
No.
Kelurahan
Jum lahPenduduk
Jumlah
(Jiwa) Laki -laki
(Jiwa) Perempuan
(Jiwa)
1. Kelurahan Alalak Tengah 4.915 4.835 9.750
2. Kelurahan Alalak Utara 12.306 12.135 24.441
Total 17.221 16.970 34.191
Sumber: Data Sekunder, 2017
Mata pencaharian penduduk di wilayah ke rja Puskesmas Alalak Tengah
cukup bevariasi, sebagian besar adalah Buruh. Hampir seluruh wilayah kerja
dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Sarana komunikasi yang ada
berupa telepon. waktu tempuh dari Kelurahan ke Puskesmas berkisar 5 menit
hingga 20 menit perjalanan darat/sungai. Sarana penididikan yang terdapat di
wilayah kerja puskermas tersebut adalah j umlah sarana sekolah Taman kanak –
kanak adalah 14 buah PAUD 2 buah, Sekolah Dasar 13 buah, Sekolah Menengah
Pertama 7 buah, Sekolah Menengah A tas 3 buah, serta pesantren sebanyak 2 buah
dan panti asuhan 3 buah.
Sarana fisik kesehatan dimiliki Puskesmas Alalak Tengah adalah Puskesmas
Induk 1 buah dan Puskesmas Pembantu 1 buah, Posyandu Balita sebanyak 15
buah, Posyandu Usila 3 buah, pos UKK 2 bua h, Ponsbindu 2 buah, dan Pokbang 3
buah. Sumber dana dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Alalak Tengah tahun
2016 berasal dari APBD , APBN , dan BPJS.
Keaadaan tenaga di Puskesmas Alalak Tengah pada tahun 2016, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2. Ketenagaan di Puskesmas Alalak Tengah
No. Jenis Ketenagaan/Profesi Status Kepegawaian Jumlah
(orang) PNS PTT Honor
1. Dokter Umum 1 2 0 3
2. Dokter Gigi 2 0 0 2
3. Sarjana Kesehatan/SKM 1 0 0 1
4. Apoteker 1 0 0 1
5. Tenaga Gizi
a. SPAG
b. D3 G izi
c. D4/S1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
6. Tenaga Keperawatan
a. SPK
b. D3 Perawat
c. D4/S1 Keperawatan
3
2
0
0
2
0
0
0
0
3
4
0
7. Tenaga Perawat gigi
a. SPRG
b. D3/S1 Perawat gigi
0
3
0
0
0
0
0
3
8. Asisten Apoteker
a. SMIF
b. D3/S1 Asisten
Apoteker
2
0
0
0
0
0
2
0
9. Tenaga Kebidanan
a. Kebidanan
b. D3 Kebidanan
c. D4/S1 Kebidanan
2
2
1
0
1
0
0
0
0
1
3
1
10. Tenaga Kesling
a. SPPH
b. D3 Kesling
c. D4/S1 Kesling
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
11. Tenaga Laboratorium
a. SMAK
b. D3 Analis
c. D4/S1 Analis
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
12. Prakarya 0 0 0 0
13. D III 1 1 0 2
14. D I 0 0 0 0
15. SMA 1 2 0 3
16. SMP 0 0 0 0
17. SD 0 0 0 0
Total 27 8 0 35
Sumber: Data Sekunder, 2017
Susunan organisasi Puskesmas Alalak Tengah adalah sebagai berikut :
1. Kepala Puskesmas : drg, Wahyu Mach yuni
2. Plh. Kepala Tata Usaha : H.Maswan Edi.S, AMK
3. Pengelola Program UKM : Rasidah, SKM
4. Pengelola Program UKP : dr. Loudfy Eka W
5. Pengelola Program Kesehatan Lansia dan Mata : Fitrian Nor
6. Pengelola Program Kesehatan Gigi dan Olahraga : Rusmawarni, AMKG
7. Pengelola Program Kesehatan Lingkungan & Kes. Kerja
: Marlian Noor, AMKL
8. Pengelola Program Kesehatan Kusta dan TB Paru
: Hj. Nurul Syamsiah
9. Pengelola Program PKPR : Latty Alvina, Amd.Keb
10. Pengelola Program Kesehatan Perkesmas / PHN
: Nurhidaya ti
11. Pengelola Program Kesehatan PSM : Ardansyah, AMG
12. Pengelola Pro gram Kesehatan Surveilan , Malaria, Jiwa, Diare
: Hj. Nurul Syamsiah
13. Pengelola Program Ke farmasian : Erwin S.Far.Apt
14. Pengelola Program KB : Rasidah, SKM
15. Pengelola Program ISPA, Anak : Sri Dwi Erlini, AMK
16. Pengelola Program Imunisasi : Uswatun Hasanah,AM.Keb
17. Pengelola Program Kesehatan Ibu, Koord . Bidan
: Rulya Ulfah, S.ST
18. Pengelola Program Gizi : Helda Riyanti, AMG
19. Pengelola Prog.DBD &Penanggulangan Bencana
: Yahdha Rindu, AMKL
20. Administrasi rekam medik : Ahmad Yani
21. Ketua Perencanaan : H. Maswan Edi.S
22. Bendahara / Pengelola Keuangan
a. Pengelola Keuangan APBD dan BOK : Eni Andriani, AM.Keb
b. Bendahara JKN : Yahdha Rindu, AM.Kl
23. Pengelola Barang : H. Maswan Edi S
24. Pengelola JKN : Erwin, S,Far.Apt
25. Puskesmas Pembantu (PUSTU) : Fitrian Nor
5.2. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Alalak Tengah
Sumber daya kesehatan adalah semua perangkat keras dan lunak yang
diperlukan sebagai penduk ung penyelenggara upaya kesehatan, seperti fasilitan,
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan pengolahan kesehatan.
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan menjadi sarana
kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan keseha tan seperti terlihat pada
uraian sebagai berikut :
Dalam melaksanakan program kesehatan di wilayah kerja diperlukan
dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Data ketersediaan sarana kesehatan yang ada di wilayah k erja
Puskesmas Alalak Tengah baik milik pemerintah maupun swasta disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.3. Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Tengah
Tahun 2016
No Jenis Sarana
Kesehatan KEPEMILIKAN Jumlah
Pemerintah BUMN/D Swasta TNI
/
POL
RI
1 Puskesmas 1 – – – 1
2 Puskesmas
Pembantu (Pustu) 1 – – – 1
3 Puskesmas
Keliling (Pusling) 1 – – – 1
4 Posyandu Balita 1 – – – 14
5 Posbindu 2 – – – 4
5 Posyandu Lansia 2 – – – 2
6 Klinik Bersalin – – 1 – 1
7 Balai Pengobatan – – 2 – 2
8 Apotek – – 2 – 2
9 Poskesdes – – – – –
10 Kelurahan Siaga – – – – –
11 Poliklinik – – – – –
12 Praktek Bidan – – 5 – 5
Sumber: Data Sekunder, 2017
Pada Tahun 2016 terdapat Posyandu balita sebanyak unit, yang terdiri dari
Posyandu Pratama sebanyak 2 unit, Posyandu Madya 11 unit, dan Posyandu
Mandiri sebanyak 1 unit. Dibentuk pula posyandu lansia 2 unit. Sedangkan untuk
Pos Bimbingan Terpadu sebanyak 2 unit. Selain itu terdapat Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) sebanyak 2 unit. Disamping sar ana pelayanan kesehatan yang sudah
diuraikan tersebut, didukung pula dengan adanya praktek dokter di balai
pengobatan, praktek bidan, rumah bersalin dan sarana lainnya berupa apotik.
Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,
tetapi juga dieselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi
ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di sektor pemerintah maupun
swasta perlu diketahui.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi
dan non profes i serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan, yang terlibat dan
bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan profesi adalah tenaga
kesehatan yang telah melalui pendidikan vokasi atau pendidikan akademis dan
profesi di bidang kesehatan. Sedangkan tenaga kesehatan non profesi adalah
tenaga kesehatan yang telah melalui pendidikan vokasi, pendidikan akademis
tanpa melalui pendidikan profesi dalam bidang kesehatan. Tenaga
pendukung/penunja ng kesehatan adalah setiap tenaga yang telah memiliki ijasah
pendidikan vokasi atau pendidikan akademis dan profesi pendidikan di luar
kesehatan dan mengabdikan dirinya di bidang kesehatan sesuai keahliannya serta
tenaga lainnya yang telah mengikuti pelati han di bidang kesehatan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
5.4. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Alalak Tengah Tahun 2016
No. Jenis Tenaga Jumlah
1. Dokter Umum 3
2. Dokter Gigi 1
3. Bidan 7
4. Perawat 6
5. Perawat gigi 2
6. Farmasi 3
7. Gizi 2
8. Analis 1
9. Kesling 2
Sumber: Data Sekunder, 2017
Pembiayaan Puskesmas Alalak melalui a nggaran kesehatan dalam APBD
Kota Banjarmasin dan alokasi anggaran kesehatan pemerinta h per -Kapita per –
Tahun 2016. APBD untuk Puskesmas Alalak Tengah Kota Banjarmasin tahun
2016 adalah sebesar :
1) Anggaran kesehatan dari APBD untuk Puskesmas Alalak Tengah Kota
Banjarmasin tahun 2016 adalah sebesar Rp. 139.046.124, –
2) Anggaran keseh atan dari APBN (BOK) untuk Puskesmas Alalak
Tengah Kota Banjarmasin tahun 2016 adalah sebesar Rp. 238.810.00
3) Anggaran kesehatan dari BPJS/JKN untuk Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin tahun 2016 adalah sebesar Rp. 711.696.792, –
4) Pengembali an retribusi untuk Puskesmas Alalak Tengah Banjarmasin
tahun 2016 adalah sebesar Rp. 22.600.000
5.3. Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan Memiliki Kompetensi
Kebidanan
Berbagai potensi masalah pada saat persalinan bisa dicegah a pabila para ibu
memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan. Untuk mengatasi hal itu
diperlukan upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan keterlibatan
masyarakat dalam menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia. Berikut
ini adalah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Alalak Tengah selama tahun 2016.
Tabel 5.5. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin Tahun 2016
No. Kelurahan Sasaran Target Capaian Persentase
1. Alalak Tengah 189 100% 176 93,1%
2. Alalak Utara 470 100% 325 68,8%
Sumber: Data Sekunder, 2017.
Berikut ini ada gambar grafik sebaran data persalinan yang terjadi di
Puskesmas Alalak Tengah.
Gambar 5.1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Alalak
Tengah Kota Banjarmasin Tahun 2016
Puskesmas Alalak juga memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenag a kesehatan. Asuhan masa
nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun
bayinya.
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga atau hari keenam,
minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam
proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali
pusat atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi
pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ibu.
Tabel 5.6. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas di Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin Tahun 2016
No. Kelurahan Sasaran Target Capaian Persentase
1. Alalak Tengah 189 100% 176 93,1%
2. Alalak Utara 470 100% 325 68,8 %
Sumber: Data Sekunder, 2017.
Berikut ini adalah gambar grafik sebaran data pelayanan ibu nifas di
Puskesmas Alalak Tengah:
Grafik 5.2. Cakupan pelayanan Kesehatan Ibu Nifas di Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin Tahun 2016
Puskesmas Alalak Tengah juga memberikan Makanan Pendamping ASI.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
sama satu sama lainnya saling berhubungan. Salah satu yang memegang peran
penting adalah nutrisi.
Pada bayi dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) pada
KMS/kartu Menuju Sehat, perbaikan nutrisi menjadi pengaruh besar untuk
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu upaya untuk
perbaikan nutrisinya adalah bantuan pemberian MP -ASI, terutama untuk keluarga
miskin.
Seluruh masyarakat di wilayah kerja Pukesmas Alalak Te ngah yang
diketahui memiliki anak BGM tercatat telah mendapatkan pengelolaan gizi
dengan pemberian MP -ASI. Berikut yang tertuang dalam tabel:
Tabel 5.7. Cakupan Pemberian MP -ASI di Puskesmas Alalak Tengah Kota
Banjarmasin Tahun 2016.
No. Kelurahan Kasus
BGM Target Kasus
yang
Ditangani Persentase
1. Alalak Tengah 19 100% 19 100%
2. Alalak Utara 26 100% 26 100%
Sumber: Data Sekunder, 2017.
Gambar berikut ini adalah data sebaran pemberian MP ASI di Puskesmas
Alalak Tengah.
Gambar 5.3. Cakupan Pemberian MP ASI di Puskesmas Alalak Tengah
Kota Banjarmasin Tahun 2016
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
tumbuh dan berkembang dengan baik. Manfaat memberi AS I bagi ibu adalah
dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi, mengurangi
pendarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dapat
menunda kelahiran berikutnya, mengurangi risiko kena kanker payudara dan lebih
praktis karena A SI lebih mudah diberikan pada saat bayi membutuhkan. ASI
Eksklusif diberikan pada bayi usia 0 -6 bulan. Karena pentingnya ASI Eksklusif
inilah maka ini menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Di Puskesmas Alalak T engah angka bayi yang mendapat
ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Capaian bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Puskesmas Alalak
Tengah Kota Banjarmasin Tahun 2016
No. Kelurahan Sasaran Capaian Persentase
1. Alalak Tengah 71 25 35,21 %
2. Alalak Utara 102 43 35,80 %
Sumber: Data Sekunder, 2017.
Berikut ini adalah gambar grafik sebaran data pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Alalak Tengah .
Gambar 5.4. Presentase Bayi Yang Mendapatkan ASI Ekslusif di Puskesmas
Alalak
Tengah Kota Banjarmasin Tahun 2016
5.4. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang sudah melahirkan dan atau
sedang menyusui, pada saat penelitian ini dilakukan responden sedang berkunjung
untuk pemeriksaan atau pengob atan di Puskesmas Alalak Tengah Kota
Banjarmasin. Jumlah responden adalah 30 orang yang memiliki karakteristik
berbeda baik umur, tingkat pendidikan, maupun tingkat pendapatan. Berikut ini
adalah penjelasan dari karakteristik responden tersebut berdasarkan kategorinya.
5.2.1 Umur Responden
Umur responden dalam penelitian ini sangat beragam, umur responden
paling muda adalah 22 tahun sedangkan yang tertua adalah 33 tahun. Berikut ini
adalah tabel gambaran umur responden.
Tabel 5.3. Umur Responden
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4. 22 – 24 Tahun
25 – 27 Tahun
28 – 30 Tahun
31 – 33 Tahun 8
14
7
1 26,7
46,7
23,3
3,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa responden paling banyak berumur 25 – 27
Tahun yaitu 14 orang (46,7%), sedangkan yang berumur antara 22 – 24 Tahun 8
orang (26,7%), 28 – 30 Tahun 7 orang (23,3%), dan yang berumur 31 – 33 Tahun
1 orang (3,3%).
5.2.2. Jumlah Anak
Jumlah anak yang dimiliki responden cukup beragam, jumlah anak paling
sedikit ad alah satu orang, sedangkan yang paling banyak adalah tiga orang.
Berikut ini adalah tabel gambaran jumlah anak yang dimiliki oleh responden.
Tabel 5.4. Jumlah Anak
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. 1 Anak
2 Anak
3 Anak 15
13
2 50,0
43,3
6,7
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bawah jumlah anak paling banyak dimiliki
responden adalah 1 anak yaitu 15 orang (50,0%), memiliki 2 anak ada 13 orang
(43,3%), dan memiliki 3 anak ada 2 orang (6,7%) .
5.2.3. Tingkat Pe ndidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki responden cukup beragam, pendidikan
yang paling rendah adalah lulusan SLTP/Sederajat, sedangkan yang paling tinggi
adalah tingkat pendidikan Strata 1 (S1). Berikut ini adalah tabel gambaran tingkat
pendidikan ressp onden.
Tabel 5.5. Tingkat Pendidikan
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Strata 1 (S1) 3
24
3 10,0
80,0
10,0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 3 menunjukan bahwa responden paling banyak berpendid ikan
SLTA/Sederajat yaitu 24 orang (80,0%), sedangkan yang berpendidikan
SLTP/Sederajat dan Strata 1 (S1), masing -masing 3 orang atau 10,0% dari total
responden.
5.2.4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan responden cukup beragam, dari pendapatan < Rp. 1.000.00 0
sampai dengan Rp. 2.600.000. Berikut ini adalah tabel gambaran sebaran tingkat
pendapatan responden.
Tabel 5.6. Tingkat Pendapatan
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. < Rp. 1.000.000
Rp. 1.100.000 – Rp. 2.500.000
> Rp. 2.600.000 6
23
1 20,0
76,7
3,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendapatan responden paling
banyak berada pada kisaran Rp. 1.100.000 sampai dengan Rp. 2.500.000, yaitu
berjumlah 23 orang (76,7%), sedangkan pendapatan < Rp. 1.0 00.000 ada 6 orang
(20,0%), serta pendapatan >Rp. 2.600.000 berjumlah 1 orang (3,3%).
5.5. Pengetahuan ASI Eksklusif
Pengetahuan ASI Eksklusif dari responden cukup beragam. Responden
ditanya tentang pengetahuannya dari pengertian ASI Eksklusif sampai den gan
media yang digunakan oleh puskesmas dalam mensosialisasikan ASI Eksklusif
tersebut. Berikut ini adalah hasil analisis pengetahuan responden terhadap ASI
Eksklusif.
Tabel 5.7. Mengetahui ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui 29
24
– 96,7
3,3
–
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Pada tanbel 5.7. terlihat bahwa responden banyak mengetahui tentang ASI
Eksklusif yaitu berjumlah 29 orang (96,7%), hanya satu orang yang kurang
meng erti tentang ASI Eksklusif (3,3%).
Tabel 5.8. Mengetahui Cara Pemberian ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui 28
2
– 93,3
6,7
–
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 5.8. me nunjukan bahwa responden mengetahui cara pemberian ASI
Eksklusif yaitu pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan tanpa memberikan
makanan dan minuman tambahan walaupun sedikit. Terdapat 28 orang (93,3%)
mengetahui cara pemberian ASI Ekslusif, hanya 2 orang (6,7%) yang kurang
mengerti.
Tabel 5.9. Manfaat ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2.
3. Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui 28
2
– 93,3
6,7
–
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa sebag ian besar responden mengetahui
manfaat ASI Eksklusif, yaitu 28 orang (93,3%), dan hanya 2 orang (6,7%) yang
kurang mengetahui manfaat ASI Eksklusif.
Tabel 5.10. Memberikan ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2. Memberikan ASI Eksklusi f
Tidak Memberikan ASI Eksklusif 29
1 96,7
3,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa hampir semua responden memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya, yaitu 29 orang (96,7%), dan hanya 1 orang (3,3)
yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, alasannya adalah karena
responden bekerja dan tidak bisa full memberikan ASI kepada bayinya.
Tabel 5.11. Dampak Positif ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1.
2. Mendapatkan Dampak Positif
Tidak Mendapatkan Dampak Positif 29
1 96,7
3,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel tersebut menunjukan bahwa hampir semua responden mendapatkan
dampak positif ASI Eksklusif yang diberikan kepada bayinya, yaitu 29 orang
(96,7%), dan hanya 1 orang (3,3%) yang t idak merasa mendapatkan dampak
positif dari ASI Eksklusif. Berikut ini adalah tabel persepsi responden terhadap
manfaat yang dirasakan setelah menggunakan ASI Eksklusif terhadap bayinya.
Tabel 5.12. Manfaat Yang Dirasakan Setelah Menggunakan ASI Eksklusif
No. Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Membantu perkembangan otak bayi agar menjadi bayi cerdas
Menghemat pengeluaran untuk susu balita, memberikan sumber gizi
yang cukup untuk balita
Memberikan asupan gizi untuk bayi dan upaya mencerdaskan tumbuh
kembang otak bayi
Membantu tumbuh kembang kecerdasan bayi, mencegah kanker payu
dara dari dini
Salah satu upaya untuk mencerdaskan bayi dengan memberikan
asupan gizi yang cukup untuk bayi
Membantu pertumbuhan dan gizi bayi serta tumbuh kembang
kecerdasan bayi
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Memenuhi nutris tumbuh kembang bayi dan untuk ibu mengurangi
resiko kanker payudara
Membantu memenuhi nutrisi balita, membantu ibu menyusui,
menjalin ikatan emosional dengan bayi
Membantu pemenuhan nutrisi balita, mengurangi resiko kanker
payudara
Anak menjadi tahan dari segala penyakit atau tidak mudah sakit,
manfaat bagi ibu adalah badan terasa lebih sehat dan cepat untuk
mengembalikan tubuh seperti semula
Membantu sistem imune tubuh balita agar tidak mudah sakit dan untuk
ibu bisa mengembalikan berat badan
Membantu proses perkembangan balita menguatkan sistem imune, dan
untuk ibu mengembalikan berat badan setelah melahirkan
Membantu ibu menyusui mengembalikan berat badan dan untuk balita
membantu pemenuhan gizi karena ASI mu dah di cerna
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 5.13. Petugas Sosialisasi ASI Eksklusif
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1. Dokter 1 3,3
2.
3. Bidan
Perawat 26
3 86,7
10,0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer, 2017
Petugas sosialisasi ASI Eksklusif menurut responden terbagi menjadi tiga
orang, yaitu dokter, bidang, dan perawat. Responden yang telah mendapatkan
penjelasan mengenai ASI Eksklusif dari dokter sebayak 1 orang (3,3%), dari
perawat 3 orang (10,0%), dan yang paling banyak mendapatkan informa si dari
bidan yaitu 26 orang (86,7%). Media yang digunakan untuk sosialisasi dari
Puskesmas Alalak Tengah adalah lebih banyak secara lisan kepada ibu hamil, hal
ini berdasarkan pendapat 26 orang responden (86,7%), dan dari program rujuk
balik 4 orang (13,3 %). Dari penjelasan yang diberikan oleh petugas puskesmas
tentang ASI Eksklusif, hanya 1 orang (3,3%) yang merasa penjelasannya kurang
dimengerti, tetapi 29 orang (96,7%) merasa mengerti akan manfaat dan cara
pemberian ASI Eksklusif.
5.6. Hubungan Karak teristik Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Eksklusif
Tingkat pengetahuan ibu hamil, ibu nifas, dan ibu balita dapat dilihat
berdasarkan umur, pendidikan, dan tingkat pendapatan. Berikut ini adalah
gambaran hubungan karakteristik dengan pengetahua n ASI Eksklusif.
a. Karakteristik Umur
Ibu yang melahirkan saat berusia lebih dari 30 tahun secara fisiologis
mengalami laktogenesis yang tertunda daripada ibu yang berusia kurang dari 30
tahun. Ibu yang mengalami laktogenesis tertunda sering kehilangan rasa percaya
diri untuk menyusui dan sering menyatakan ASI tidak cukup untuk bayi sehingga
bayi sering diberikan makanan tambahan (Felix, 2013).
Karakteristik umur dapat dibedakan berdasarkan pengetahuan ibu hamil, ibu
nifas, dan ibu balita terhadap ASI Eksklus if, cara pemberian ASI Eksklusif,
manfaat ASI Eksklusif, dan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya. Berikut ini
adalah gambaran karakteristik umur dengan tingkat pengetahuan responden
tentang ASI Eksklusif.
Tabel 5.14. Hubungan Umur Dengan Pengetahuan ASI Eksklusif
Keterangan Mengetahui ASI Eksklusif
Total Mengetahui Kurang
Mengetahui
Umur Responden 22 – 24 Tahun 7 1 8
25 – 27 Tahun 14 0 14
28 – 30 Tahun 7 0 7
31 – 33 Tahun 1 0 1
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Pada Ta bel 5.7. menunjukan bahwa hubungan antara umur dengan
pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif, 29 orang responden mengetahui
akan ASI Eksklusif, jumlah umur responden yang mengetahui hal tersebut lebih
banyak rentang umur 25 – 27 Tahun, yaitu 14 orang responden. Tetapi masih ada
responden yang tidak mengetahui tentang ASI Eksklusif, yaitu 1 orang dan dalam
rentang umur 22 – 24 Tahun.
Tabel 5.15. Hubungan Umur Dengan Cara Pemberian ASI Eksklusif
Keterangan Cara Pemberian ASI
Eksklusif Total
Mengetahui Kurang
Mengetahui
Umur Responde n 22 – 24 Tahun 7 1 8
25 – 27 Tahun 13 1 14
28 – 30 Tahun 7 0 7
31 – 33 Tahun 1 0 1
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel di atas menunjukan bahwa 28 orang responden memahami cara
pemberian ASI Eksklusif , tetapi masih ada responden yang tidak memahami cara
pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya, yaitu 2 orang dan berada pada rentang
umur 22 – 24 Tahun 1 orang dan 25 – 27 Tahun 1 orang.
Tabel 5.16. Hubungan Umur Responde n Dengan Pengetahuan Manfa at ASI
Eksklusif
Keterangan Manfaat ASI Eksklusif
Total Mengetahui Kurang
Mengetahui
Umur Responde 22 – 24 Tahun 7 1 8
25 – 27 Tahu n 13 1 14
28 – 30 Tahun 7 0 7
31 – 33 Tahun 1 0 1
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017
Tabel di atas menunjukan bahwa responden yang mengetahui manfaat ASI
Eksklusif berjumlah 28 orang, tetapi masih ada reponden yang tidak mengetahui
manfaatnya tersebut, yaitu berjumlah 2 orang. Responden tersebut tersebar di
rentang umur 22 – 24 Tahun 1 orang dan 2 5 – 27 Tahun 1 orang.
Tabel 5.17. Hubungan Umur Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Keterangan Memberikan ASI Eksklusif
Total Memberikan
ASI EKsklusif Tidak
Memberikan
ASI EKsklusif
Umur Responden 22 – 24 Tahun 7 1 8
25 – 27 Tahun 14 0 14
28 – 30 Tahun 7 0 7
31 – 33 Tahun 1 0 1
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017
Tabel tersebut menunjukan bahwa 29 orang responden memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya, hanya satu orang yang tidak memberikan ASI
Eksklusif , yaitu rentang umur 22 – 24 Tahun. Satu orang yang sebelumnya kurang
mengerti manfaat ASI Eksklusif tetapi dia telah memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya.
b. Karakteristik Jumlah Anak
Jumlah anak yang banyak membuat kebiasaan ibu untuk menyusui semakin
tinggi tetapi kualitas dan frekuensi pemberian ASI berkurang (Merdekawati, dkk.
2006). Ibu multipara lebih sering untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya karena lebih menguasai teknik menyusui selain itu secara fisiologis ibu
multipara memiliki onset laktogenesis II yang lebih cepat yang cenderung
menjalani persalinan lebih singkat dan penggunaan obat analgesik yang sedikit
daripada ibu primipara sehingga laktogenesis lebih cepat terjadi. Ibu multipara
yang melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) memproduksi ASI lebih banyak
daripada ibu primipara yang juga melakukan IMD (Felix, 2013). Karakteristik
jumlah anak dapat dibedakan dengan tingkat pengetahuan ibu akan ASI Eksklusif,
berikui ini adalah hasila analisisnya berdasarkan tabel pengetahuan.
Tabel 5 .18. Hubungan Jumlah Anak D engan Pengetahuan ASI Eksklusif
Keterangan Mengetahui ASI Eksklusif Total Mengetahui Kurang Mengetahui
Jumlah
Anak 1.00 14 1 15
2.00 13 0 13
3.00 2 0 2
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel tersebut menunjukan bahwa respond en yang mengetahui ASI
Eksklusif sebanyak 29 orang, hanya 1 orang yang tidak mengetahui tentang ASI
Eksklusif, responden tersebut hanya mempunyai 1 orang anak.
Tabel 5 .19. Hubungan Jumlah Anak Dengan Cara Pemberian ASI Eksklusif
Keterangan Cara Pemb erian ASI Eksklusif Total Mengetahui Kurang Mengetahui
Jumlah
Anak 1.00 14 1 15
2.00 12 1 13
3.00 2 0 2
Total 28 2 30
Sumber : Analisis Data Primer, 2017.
Tabel 5.19 menunjukan bahwa terdapat 28 orang responden yang
mengetahui cara pemberian ASI Eksklusif yang tersebar pada ibu yang memiliki
jumlah anak yang beragam , dan hanya 2 orang yang tidak mengetahui cara
pemberian ASI ter sebut, kedua responden tersebut masing masing mempunyai 1 –
2 anak.
Tabel 5.20. Hubungan Jumlah Anak Dengan Manfaat ASI Eksklusif
Keterangan Manfaat ASI Eksklusif Total Mengetahui Kurang Mengetahui
Jumlah
Anak 1.00 14 1 15
2.00 12 1 13
3.00 2 0 2
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 28 orang responden yang
mengetahui manfaat ASI Eksklusif yang tersebar pada ibu yang memiliki jumlah
anak 1 – 3 orang, dan hany a 2 orang yang tidak mengetahui manfaat ASI tersebut,
kedua responden tersebut memiliki anak 1 – 2 orang .
Tabel 5.21. Hubungan Jumlah Anak Dengan Pembe rian ASI Eksklusif
Keterangan Memberikan ASI Eksklusif
Total Memberikan ASI
EKsklusif Tidak Memberikan
ASI EKsklusif
Jumlah
Anak 1.00 14 1 15
2.00 13 0 13
3.00 2 0 2
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel 5.21. menunjukan ba hwa terdapat 29 orang responden yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dan responden tersebut tersebar
disemua kepemilikan anak dari 1 – 3 orang, dan hanya 1 orang yang tidak
memberikan ASI Eksklusif, responden tersebut hanya mempunyai 1 orang anak .
c. Karakteristik Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses mengembangkan semua aspek kepribadian
manusia yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Semakin
rendah pendidikan ibu maka semakin rendah kemampuan dasar ibu dalam berfikir
untuk mengambil keputusan khususnya dalam pemberian susu formula atau ASI
Eksklusif pada bayi usia 0 -6 bulan (Widiyanto dkk, 2012).
Karakteristik pendidikan dapat dibedakan berdasarkan pengetahuan ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu balita terhadap ASI Eksklusif, cara pemberian ASI
Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, dan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.
Berikut ini adalah gambaran karakteristik pendidikan denga n tingkat pengetahuan
responden tentang ASI Eksklusif.
Tabel 5.22. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan ASI
Eksklusif
Keterangan Mengetahui ASI Eksklusif
Total Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendidikan SLTP 3 0 3
SLTA 23 1 24
S1 3 0 3
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel tersebut menunjukan bahwa responden yang mengetahui ASI
Eksklusif sebanyak 29 orang, hanya 1 orang yang tidak mengetahui tentang ASI
Eksklusif, responden tersebut berpendidikan SLTA/Sederajat.
Tabel 5.23. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Cara Pemberian ASI
Eksklusif
Keterangan Cara Pemberian ASI Eksklusif
Total Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendidikan SLTP 3 0 3
SLTA 22 2 24
S1 3 0 3
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel 5.23 menunjukan bahwa terdapat 28 orang responden yang
mengetahui cara pember ian ASI Eksklusif yang tersebar disemua tingkat
pendidikan, dan hanya 2 orang yang tidak mengetahui cara pemberian ASI
tersebut, kedua responden tersebut berpendidikan SLTA/Sederajat.
Tabel 5.24 . Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manfaat ASI
Eksklusif
Keterangan Manfaat ASI Eksklusif
Total Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendidikan SLTP 3 0 3
SLTA 22 2 24
S1 3 0 3
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 28 orang responden yang
menget ahui manfaat ASI Eksklusif yang tersebar disemua tingkat pendidikan, dan
hany a 2 orang yang tidak mengetahui manfaat ASI tersebut, kedua responden
tersebut berpendidikan SLTA/Sederajat.
Tabel 5.25. Hubunngan Tingkat Pendidikan Dengan Pemberian ASI
Eksklu sif
Keterangan Memberikan ASI Eksklusif
Total Memberikan
ASI Eksklusif Tidak
Memberikan ASI
Eksklusif
Tingkat Pendidikan SLTP 3 0 3
SLTA 23 1 24
S1 3 0 3
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel 5.25. menunjukan bahwa terda pat 29 orang responden yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dan responden tersebut tersebar
disemua tingkat pendidikan, dan hanya 1 orang yang tidak memberikan ASI
Eksklusif, responden tersebut berpendidikan SLTA/Sederajat.
d. Karakteristik Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi cenderung tidak memberikan ASI
eksklusif melainkan susu formula. Ibu yang mempunyai penghasilan rendah lebih
mungkin untuk memberikan ASI eksklusif (Sriningsih, 2011).
Karakteristik tingkat pendapatan dibedakan berdasarkan pengetahuan ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu balita terhadap ASI Eksklusif, cara pemberian ASI
Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, dan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.
Berikut ini adalah gambaran karakteristik tingkat pendapatan deng an tingkat
pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
Tabel 5.26. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Pengetahuan ASI Eksklusif
Keterangan Mengetahui ASI
Eksklusif Total
Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendapatan < 1.000.000 5 1 6
1.100.00 0 –
2.500.000 23 0 23
> 2.600.000 1 0 1
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Tabel di atas menunjukan bahwa responden lebih banyak mengetahui
tentang ASI Eksklusif, dan tesebar disemua tingkat pendapatan, tetapi terdapat 1
orang yang tida k mengetahui tentang ASI Eksklusif, yaitu yang mempunyai
tingkat pendapatan Rp. <1.000.000.
Tabel 5.27. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Cara Pemberian ASI
Eksklusif
Keterangan Cara Pemberian ASI
Eksklusif Total
Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendapatan < 1.000.000 5 1 6
1.100.000 –
2.500.000 22 1 23
> 2.600.000 1 0 1
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Pada Tabel 5.27. terlihat bahwa terdapat 2 orang yang tidak mengetahui
cara pemberian ASI Eksklusif, re sponden tersebut memiliki tingkat pendapatan
Rp. <1.000.000 ada 1 orang, dan Rp. 1.100.000 – 2.500.000 juga 1 orang.
Sedangkan responden lainnya yang mengetahui cara pemberian ASI Eksklusif
sebanyak 28 orang tersebar diantara tingkat pendapatan
Rp. <1.000.000 – >2.600.000.
Tabel 5.2 8. Tingkat Pendapatan Dengan Manfaat ASI Eksklusif
Keterangan Manfaat ASI Eksklusif
Total
Mengetahui Kurang
Mengetahui
Tingkat Pendapatan < 1.000.000 5 1 6
1.100.0 00 –
2.500.000 22 1 23
> 2.600.000 1 0 1
Total 28 2 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Pengetahuan responden tentang manfaat ASI Eksklusif yang terdapat pada
Tabel 5.28. tersebut menunjukan bahwa 28 responden mengetahui akan
manfaatnya, mereka ter sebar disemua tingkatan pendapatan. Sedangkan 2 orang
yang tidak mengetahui manfaat ASI Eksklusif tersebar diantara pendapatan Rp.
<1.000.000, dan Rp. 1.100.000 dan Rp. 2.500.000.
Tabel 5.29. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Keterangan Memberikan ASI Eksklusif
Total Memberikan
ASI
EKsklusif Tidak
Memberikan
ASI EKsklusif
Tingkat Pendapatan < 1.000.000 5 1 6
1.100.000 –
2.500.000 23 0 23
> 2.600.000 1 0 1
Total 29 1 30
Sumber: Analisis Data Primer, 2017.
Berdasarkan t abel di atas bahwa sebagian besar responden memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya, responden tersebut tersebar disemua tingkatan
pendapatan, tetapi masih ada 1 orang responden yang tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya, responden tersebut mempuya i pendapatan perbulan
Rp. <1.000.000.
Berdasarkan tabel -tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
mengetahui akan manfaat ASI Eksklusif sehingga mereka melakukan untuk
tumbuh kembang bayi, khususnya imune (daya tahan) dan perkembangan otak.
Selain membawa dampak kepada bayi ASI Eksklusif juga membawa manfaat bagi
ibunya, seperti yang telah dirasakan oleh responden bahwa dengan memberikan
ASI Eksklusif mereka merasa sehat, bisa cepat mengembalikan berat badan dan
bentuk badan kekondisi semula, d an mudah mendeteksi kanker payudara, dan
alasan yang klasik adalah dapat menghemat pengeluaran dalam pembelian susu
formula. Tetapi hanya satu orang yang ditidak melakukannya dengan alasan
bekerja sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif secara penuh. Alasan ini
tentu tidak mendasar dan tidak bisa diterima secara teoritis, karena ibu yang
menyusui selama air susunya tidak bermasalah atau masih bisa keluar, maka bisa
ditampung dalam botol steril dan simpan dalam lemari pendingin (kulkas), dan
dapat digun akan untuk beberapa hari. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat ibu
hamil tidak mengerti penjelasan secara penuh dari pihak puskesmas, bagaimana
cara menyikapi permasalahan pemberian ASI Esklusif seperti ibu yang memiliki
pekerjaan yang mengharuskan merek a meninggalkan bayinya dirumah, padahal
petugas yang mensosialisasikan manfaat dan pemberian ASI Eksklusif telah
mengajarkannya.
Masih ada ibu hamil, ibu nifas, ibu balita yang belum mengetahui cara
penyimpanan ASI di Puskesmas Alalak Tengah, padahal sanga t penting bagi ibu –
ibu yang berada diperkotaan dan bekerja untuk bisa menyimpan ASI, konselur
yang andal diperlukan untuk itu. Pada dasarnya penyimpanan ASI sangat mudah.
Air susu yang dikeluarkan harus diperlakukan dengan hati -hati, seperti makanan
segar lainnya. Air susu paling baik disimpan dalam wadah makanan khusus
dengan porsi ukuran menyusui. Air susu harus didinginkan, baik dalam lemari es
atau dalam pendingin dengan es batu, segera setelah dikeluarkan. (Varney, 2007).
Menurut Suradi, (2004) ASI yan g dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa
saat. Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan.
a. Diudara terbuka/ bebas : 6 -8 jam
b. Dilemari es (40 C) : 24 jam
c. Dilemari pendingin/ beku ( – 180 C) : 6 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena
kualitasnya akan menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tidak cukup didiamkan
beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula
direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.
Sehubun gan dengan masih adanya ibu pekerja yang tidak memberikan ASI
Eksklusif, maka perlu dibuat sebuah kebijakan.
a. Peningkatan Pemberian ASI dilaksanakan sebagai upaya peningkatan
kualitas SDM yang merupakan bagian integral dari pembangunan
Nasional, khususnya d alam peningkatan kualitas hidup.
b. Peningkatan Pemberian ASI (PP -ASI) dilaksanakan secara lintas sektor
dan terpadu dengan melibatkan Peran Serta Masyarakat khususnya
masyarakat pekerja.
c. PP-ASI menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan keluarga
untuk mendukung ibu hamil dan ibu menyusui dalam melaksanakan
tugas sesuai kodratnya.
d. Membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi sampai
dengan usia 6 bulan.
e. PP-ASI dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di setiap
tempat kerja.
Kebijak an itu akan tercapai bila ada strategi yang memadai seperti:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk
mening -katkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.
b. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi
pemerintah y ang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM
dalam program pemberian ASI di tempat kerja dan meningkatkan
produktivitas
kerja
c. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di
tempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui
penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang
merupakan
d. standar interna -sional.
e. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP -ASI bagi ibu yang
menyusui di tempat kerja dengan :
o Menyediakan sarana ruang memerah ASI
o Menyediakan perlengkapan unt uk memerah dan menyimpan ASI.
o Menyediakan materi penyuluhan ASI
o Memberikan penyuluhan.
Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja
wanita perlu melalui pembinaan dan duku ngan penuh dari pihak pengusaha,
melalui langkah langkah.
1) Mengembangkan KIE
Meningkatkan penyuluhan dan promosi dengan mengembangkan KIE
yang spesifik melalui metode dan media yang sesuai dengan sasaran,
antara lain : seminar/lokakarya, pelatihan, kampanye, siaran melalui
media elektronik, media cetak, dll.
2) Mengger akkan pengusaha
Advokasi dan sosialisasi kepada dunia usaha agar memberikan
dukungan kepada pekerja wanita yang menyusui bayinya dengan
memberikan izin untuk memerah susunya serta menyediakan ruang
khusus untuk memeras ASI yang dilengkapi dengan tempat
penyimpanan ASI sementara (ASI dalam lemari es dapat bertahan
selama 2 x 24 jam, sedangkan diluar lemari es bertahan sampai 6 -8
jam).
3) Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan integrasi
Koordinasi dilakukan secara lintas sektoral melalui kegiatan dalam tim
baik di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota
5) Mengembangkan dan membina Tempat Penitipan Anak (TPA).
6) Memantapkan Pemantauan dan Evaluasi
Diperlukan s istem pencatatan dan pelaporan secara berkala untuk menilai
keberhasilan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita baik dari segi
pelaksanaan maupun dampaknya pada peningkatan produktivitas kerja,
peningkatan status kesehatan dan gizi ibu maupun bayinya.
Kebijakan dan strategi ASI Eksklusif tersebut bisa mengalami kegagalan.
Kegagalan menyusui sebenarnya terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai
seputar menyusui, praktik yang kurang tepat sering dilakukannya sehingga yang
pada akhirnya menyebabkan kegagalan menyusui. Menurut Hegar (2008)
penyebab berkurangnya ASI adalah :
a. Faktor Menyusui
1) Tidak melakukan inisiasi dini.
2) Menjadwal pemberian ASI.
3) Memberi minum bayi sebelum ASI keluar dengan botol atau dot.
4) Kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat munyusui.
5) Tidak mengkosongkan salah satu payudara saat menyusui.
b. Faktor Psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.
Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI Eksklusif.
c. Faktor Fisik Ibu
Pada ibu yang sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat
kontraseps i lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil
lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis
payudara dapat mengurangi produksi ASI.
d. Faktor Bayi
Ada beberapa sumber kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi
sakit, prematur dan bayi dengan kelainan bawaan.
Bila dianalisis secara mendalam terhadap ASI Eksklusif dengan pendekatan
agama, maka Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya, hal ini telah dijelaskan dalam Al Quran Surah Al
Baqarah Ayat 233:
۞َ َٱنُۡ َٰنِد َٰث ٌََ رۡضِعۡه َأ َۡن َٰد ٌ هََّح ُۡن ٍۡهَِك امِه ٍۡهَِِۖنِم هَۡأ ر اد َأ نٌَ خِمََّ ٱنرَّض اع ت َََ ع ه ىَٱنۡم ُۡن ُدََِن ً َۥَرِزۡق ٍ هَََّ كِسُۡ ح ٍ هََّ
بَِٱنۡم عۡر َفِ َََل َح ك هَّف َو فۡسٌَإَِلَََّ سۡع ٍ ا ََل َح ض آرَََّ َٰنِد ة َُۢبُِ ن دٌِ اَ َ ََل ََم ُۡن ُدَٞنًَّ َۥَبُِ ن دِيَِۦ َََ ع ه ىَٱنُۡ ارِدََِمِثۡم َذ َٰنِك ََۗف إِنَۡ
أ ر اد اَفِص اَلاَع هَح ر اضَٖمِّىٍۡ م اََ ح ش اَ رَٖف َل َج ى اح َع ه ٍٍِۡم اَََۗ إِنَۡأ ر دحُّمَۡأ نَح سۡخ رۡضِع ُٓاَْأ َۡن ََٰد ك مَۡف َل َج ى اح َع ه ٍۡك مَۡإِذ اَ
س هَّمۡخ مَمََّآََء اح ٍۡخ مَبَِٱنۡم عۡر َفََََِۗ َٱحَّق ُاََْٱّللَّ َََ َٱعۡه م ُٓاََْأ نََّٱّللَّ ََبِم اَح عۡم ه ُن َب صٍِرَٞ ٢٢٣ََ
Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak -anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah membe ri
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabi la keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan
Dalam Surah Luqman Ayat 14 juga dijelaskan tentang ASI Eksklusif
َ َ صٍَّۡى اَٱۡلِۡوس َٰه ََبُِ َٰنِد ًٌَِۡح م ه خًۡ َأ مًُّ َ ۥََ ٌۡىااَع ه ىَََٰ ٌۡهََٖ فِص ََٰ ه ً َۥَفًَِع ام ٍۡهَِأ نَِ ٱشۡك رََۡنًََِ نُِ َٰنِد ٌۡك َإِن ًََّ ٱنۡم صٍِر ََ١٤ََ
Artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu –
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah –
tambah, dan menyapihnya dal am dua tahun. Bersyukurlah kepada -Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada -Kulah kembalimu.
َ َ صٍَّۡى اَٱۡلِۡوس َٰه ََبُِ َٰنِد ًٌَِۡإِحۡس َٰىااَِۖح م ه خًۡ َأ مًُّ َ ۥَك رٌۡٗاََ َ ض ع خًۡ َك رٌۡٗاََِۖ ح مۡه ً َ ۥََ فِص َٰه ً َۥَث ه َٰث ُن َش ٍۡراا َح خَّىََٰٓ إِذ اَب ه غ َأ ش دَّي َۥَ
َ ب ه غ َأ رۡب عٍِه َس ى تَٗق ال َر بَِّأ َۡزِعۡىًَِٓأ نَۡأ شۡك ر َوِعۡم خ ك ََ ٱنَّخًََِٓأ وۡع مۡج َع ه ًَََّ ع ه ىَََٰ َٰنِد يَََّ أ نَۡأ عۡم م َص َٰهِحٗاَح رۡض ىًَٰ َ
َ أ صۡهِحَۡنًَِفًَِذ رٌَِّّخًَِِٓۖإِوًَِّح بۡج َإِن ٍۡك ََ إِوًَِّمِه َٱ نۡم سۡهِمٍِه ََ١٤ََ
Artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, s ehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau r idhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang -orang yang berserah diri"
Penyapihan adalah proses memperkenalkan bayi manusia dengan sumber
pangan dan perlahan -lahan menghentikan pemberian air susu ibu (proses
menyusui). Dari sejumlah nash yang ada di atas, jumhur ulama menyimpulkan
bahwa dua tahun adalah jangka waktu yang Allah tentukan untuk menyusui dan
kemudian disapih. Sementara menurut Ibnu Ab bas, masa dua tahun untuk
menyusui diperuntukkan bagi bayi yang lahir pada usia kandungan enam bulan.
Sementara, jika lahir dalam usia kandungan lebih dari enam bulan, jangka waktu
untuk menyusui otomatis berkurang dari dua tahun. Hal ini didasarkan pada d alil
surat Al -Ahqaf ayat 15 bahwa masa mengandung dan menyusui selama 30 bulan.
Penetapan Al Qur‟an bahwa bayi boleh disapih setelah dua tahun disusui
adalah untuk menghindari konflik dan perselisihan antara orang tua (suami isteri).
Namun, meski syariat m enetapkan dua tahun, bayi boleh disapih meski masa
penyusuannya belum mencapai dua tahun jika memang ada alasan yang
dibenarkan serta dengan kesepakatan dan keridaan suami isteri (Al -Baqarah: 233).
Tentunya hal tersebut tidak boleh sampai membahayakan kond isi bayi.
Kebijakan pemerintah untuk menghimbau agar para ibu -ibu kembali
menyusui anaknya secara eksklusif sampai anak usia 6 (enam) bulan merupakan
bagian dari syariat Islam. Setelah usia lebih dari 6 (enam) bulan, anak harus sudah
mulai dilatih untuk me nerima makanan padat. Mengapa harus mulai dilatih
makanan padat, bukankah ASI itu kandungannya luar biasa dasyat kelebihannya
disbanding makanan buatan? Karena, setelah usia 6 (enam) bulan itu, anak akan
mulai tumbuh giginya dan mulai pula melakukan tahap belajar duduk, lalu berdiri,
lalu berjalan. Keempat aktifitas ini, memerlukan tulang yang kuat, energy yang
tepat, tenaga yang besar dan koordinasi kerja organ -organ tubuh yang seimbang.
Selain kebutuhan akan makanan padat untuk membantu tugas -tugas
perke mbangannya, bayi diatas usia 6 bulan juga harus mulai dilatih untuk
mengunyah. Kegiatan mengunyah ini, akan mengantarkannya kepada pembiasaan
gerakan otot -otot mulutnya. Dengan otot -otot mulut yang terlatih ini, maka dia
akan mengalami kemudahan untuk bela jar berbicara. Sedangkan cita rasa yang
dihantarkan oleh makanan -makanan tersebut akan mendorong sel -sel indra
pengecapnya untuk mulai mempelajari perbedaan antara makanan satu dengan
makanan lain dan mulai membaginya dalam kategori -kategori yang disusun r api
dalam otaknya. Dengan kata lain, dia mulai memberdayakan otaknya agar mulai
bekerja untuk berpikir dimulai dari sebuah pemikiran yang sederhana.
5.7. Strategi Komunikasi Dalam Kebijakan Implementasi Kebijakan ASI
Eksklusif
Strategi komunikas i yang digunakan oleh Puskesmas Alalak Tengah dalam
mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam pengguaan ASI Eksklusif bagi
bayi, dapat dibedakan berdasarkan lima faktor indikator komunikasi, yaitu
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek dari pe san yang disampaikan.
Berikut ini adalah hasil wawancara kepada petugas puskesmas yaitu Ibu Helda
Riyanti, MMG. Sebagai Ahli Gizi, dan Ibu Manal sebagai Bidan Puskesmas
Alalak Tengah tentang strategi komunikasi dalam mensosialisasikan ASI
Eksklusif yang di lakukan oleh puskesmasnya. Hasil wawancara dianalisis
berdasarkan indikator dapat dilihat pada data berikut ini:
5.4.1. Komunikator
Petugas yang menjadi juru sosialisasi berjumlah 4 kompetensi petugas, yaitu
Dokter, Bidan, Konselor ASI, dan Petugas Gizi. Tidak semua pegawai puskesmas
dapat menjadi petugas sosialisasi ASI Eksklusif, untuk menjadi petugas sosialisasi
ASI Eksklusif harus pernah mengikuti pelatihan Konselor ASI dari Dinas
Kesehatan mengenai ASI Eksklusif. Tetapi pada kenyataannya petugas di
Puskesmas Alalak Tengah belum pernah mengikuti pelatihan tersebut.
Pengetahuan petugas dalam mensosialisasikan berdasarkan dari ilmu yang didapat
dalam pendidikan, buku, internet, maupun brosur.
5.4.2. Pesan
Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi tersebut dengan cara memberikan
pemahan mengenai manfaat ASI Eksklusif, bahwa ibu menyusui memberikan asi
kepada bayi selama 6 (enam) bulan tanpa ada tambahan makanan pendamping
kecuali mengkonsumsi obat, obat pun hasrus di konsumsi langsung oleh bayi
bukan di kons umsi ibu, serta cara menyimpan, sampai cara memerah ASI yang
benar. Pesan secara verbal dan non verbal dibuat atau dikonsep oleh dinas terkait,
pihak Puskesmas hanya memberikan penjelasan sesuai isi pesan. Selain itu
berdialog dengan ibu hamil sebelum mela hirkan yang datang ke puskesmas, dan
kelas untuk ibu hamil dan ibu menyusui 2 (dua) kali per bulan yang didanai oleh
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), JKN, dan APBD.
5.4.3. Media
Media yang digunakan dalam sosialisasi ASI Eksklusif terdapat berbagai
bentuk, yaitu pesan disampaikan secara verbal atau pesan secara lisan, dan non
verbal seperti famplet / brosur ASI Eksklusif, lembar balik dari ibu hamil/
menyusui (Laporan). Tidak ada kegiatan petugas untuk sosialisasi dari rumah ke
rumah ibu hamil, hanya pe rtemuan di puskesmas dan di posyandu. Frekuensi
penyampaian ASI Eksklusif di Posyandu 18 kali setiap bulan. Sosialisasi ASI
Eksklusif 16 Kali pertemuan dalam 1 bulan, dan menggunakan famplet diberikan
kepada ibu hamil dan ibu menyusui lalu kemudian sambil dijelaskan sesuai
dengan isi famplet yang diterima .
5.4.4. Komunikan
Komunikan yang menjadi sasaran sosialisasi ASI Eksklusif adalah ibu
hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas, pada masa kehamilan mereka sudah di edukasi
mengenai ASI Eksklusif. Selain itu. Set iap kali ibu hamil dan ibu menyusui
datang ke puskesmas untuk konsoultasi juga diberikan sosialisasi. Puskesmas
Alalak Tengah melakukan sosialisasi ASI Eksklusif di tempat minimal 4 (empat)
kali pertemuan per bulan dan di luar puskesmas minimal 4 (empat) k ali pertemuan
per bulan, dan diselenggarakan ditiap kelurahan yang berbeda.
5.4.5. Efek Dari Pesan Yang Disampaikan
Efek pesan yang dirasakan adalah respon dari komunikan sangat positif,
selama mengikuti edukasi tentang ASI Eksklusif sangat antusias dan me reka
sangat mengerti akan dampak positif dari ASI Eksklusif dan disamping hal
tersebut mereka juga berpendapat effisiensi dana yang di keluarkan saat
menggukan ASI Eksklusif dan menggunakan Susu Formula. Dari internet
puskesmas dampak positifnya adalah pen ingkatan hasil pencapaian program ASI
Eksklusif di Puskesmas Alalak Tengah.
5.8. Kendala Dalam Implementasi Kebijakan ASI Eksklusif
Kendala pada saat sekarang ini adalah kendala dari faktor eksternal, hal ini
dirasakan oleh Puskesmas Alalak Tengah sangat mengganggu, kendala terbut
adalah iklan susu formula yang sangat ramai di televisi dan di iming -imingi
dengan harga murah dan kualitas terjamin, sedangkan iklan atau sosialisasi ASI
Eksklusif sangat jarang di televisi swasta nasional, yang ada hanya di te levisi
lokal. Seperti yang kita ketahui media elektronik sangat mudah diakses dan
mempengaruhi masyarakat, sehingga membuat masyarakat tertarik untuk
mencoba susu formula yang dianggap bisa menyehatkan dan membuat
pertumbuhan otak lebih baik.
Hambatan yan g lain adalah dalam internal puskesmas sendiri, yaitu masih
ada ada petugas belum terlatih atau belum mengikuti pelatihan Konselor ASI
Eksklusif khususnya di Puskesmas Alalak Tengah, hal ini akan mempengaruhi
kinerja puskesmas dalam mengimplementasikan keb ijakan pemerintah dalam
mensosialisasikan ASI Eksklusif.
Bukan hanya faktor sosialisasi tetapi terdapat faktor lain yaitu faktor internal
yang memberikan kontribusi dalam kegagalan pelaksanaan ASI Eksklusif, yaitu:
a) Produksi ASI kurang
b) Ibu kurang memahami t ata laksana laktasi yang benar
c) Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
d) Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air
gula/dekstrosa, susu formula pada hari -hari pertama kelahiran)
e) Kelainan ibu: puting ibu lecet, pu ting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis, dan abses
f) Ibu hamil lagi padahal masih menyusui
g) Ibu bekerja
h) Kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Berikut ini akan dibahas satu persatu kendala tersebut agar dapat dipahami
masalah dan tata la ksananya.
1) Produksi ASI kurang
Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya
yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin
sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan
produksi ASI makin bertambah bany ak. Ada dua hal yang dapat
diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
a) Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300
gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih
boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah
kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua
sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi
belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
b) Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam /
menyengat, dengan kekera pan kurang dari 6 kali per hari.
Hal yang dapat dilakukan untuk menolong ibu yang ASI nya kurang adalah
mencoba menemukan penyebab. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi
dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
a) Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak
melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI,
(3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum
ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, (4)
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5)
tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui .
Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau
perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari
puting ibu kemudian menghisapn ya setidaknya satu jam setengah
kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut
sebagai baby crawl.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui
paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand)
termasuk pada malam hari, min imal 8 kali per hari. Produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang
bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu
sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkal i bayi mudah
tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya
tetap menyusu dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi
agar bayi tetap mengisap.
Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada
payudara ibu tidak tepat dan sering menimbulkan masalah
“bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada bayi
sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi
ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu.
Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga
mempenga ruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik
dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi.
2) Faktor Psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu
yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umum nya
akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir,
ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam
mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam
meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3) Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil
kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu
menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan
kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil
yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti
kanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan
untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV meme rlukan
pendekatan khusus.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga
dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui
anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah
tersebut dengan cangkir kepada ba yinya.
Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk
menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi. Ibu harus
diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan
bila menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hany a sebagian kecil yang
masuk ke dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit
laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses
laktasi. Walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan
memberikan efek samping, antara lain: oba t psikiatri, obat anti kejang,
beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti hamil), dan
golongan diuretika. Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu
dipikirkan pengaruh obat tertentu.
Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat
tersebut tidak dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara
dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke
klinik laktasi rumah sakit terdekat.
Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin,
cloxacilin, pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui.
Sedangkan obat anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida,
hipertensi, bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan
beberapa suplemen nutrisi ( yodium) bila memang diperlukan dapat
diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter.
4) Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi
sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.
2) Ibu kurang memahami tata laksana la ktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya
pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui),
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk
cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya
dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak
menggunaka n dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu
(bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami
tata laksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32
minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan
persiapan pemberian ASI eksklusif.
3) Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin
memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa
lama, produksi ASI akan berkurang, dan bay i akan malas menyusu dari
ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk
mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat
menggunakan alat yang disebut „suplementer‟.
Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan se bagai suplemen
kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi
ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik
atau breast feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi
tidak marah karena mendapat kan susu dari selang dan payudara ibu akan
terangsang kembali untuk memproduksi ASI.
4) Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air
madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini ti dak diperbolehkan karena
selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin
menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
5) Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting
luka, payudara bengkak, mastiti s dan abses.
a. Puting lecet / puting luka
Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui.
Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan
yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan
menarik puting, men ggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga
menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan
merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting.
Bagaimana mengatasinya?
Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu
dan pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur
(Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang
dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah
yang membuat lidah tidak dapat menjulu r keluar (tongue tie).
Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera
diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan.
Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan
hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk
menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik
sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu
mengistirahatkan payudara, tet api tetaplah menyusu on demand. Bila
diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan AS I perah diberikan
dengan cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat
diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI
yang diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada
waktu mandi, hindari penggunaan sabun , lotion , salep, atau
menggosok -gosok dengan handuk.
b. Payudara penuh dan/atau bengkak
Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak,
penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu -minggu pertama
setelah bayi lahir dimana proses menyu su masih belum mantap.
Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak.
Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat
ASI sudah mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi
ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ib u tidak merasa demam.
Yakinkan ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal yang normal dan
usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa
lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih
lunak.
Payudara bengkak (engorgement ), (1) payudara tampak merah,
mengkilat, dan sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada
pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI
tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan
menyusukan bayi segera sete lah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal,
dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan
keluarkan ASI.
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak?
Segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu
bayi/ibu d apat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi
melekat dengan baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui
on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap susuilah bayi
sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi
tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI
dengan cangkir.
Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah
dengan cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air
hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengk uk dan punggung,
mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara dan puting,
dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui kompres
payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu,
yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusu i kembali, dan rasa nyeri
akan berkurang.
c. Mastitis dan Abses
Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat
disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi
dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisi r diantara jaringan
payudara.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah,
bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua
atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau
saluran ASI tersumbat yang ti dak ditatalaksana dengan baik. Mastitis
dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus
dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang
rasa sakit .
Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas,
bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan
suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat,
ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres /
minum obat pengurang rasa sakit
6) Ibu hamil saat ma sih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga
biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi
seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih
merupakan makanan tunggal. Bila bayi berusia 6 -12 bulan, terus
menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama. Bila bayi
sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal,
yaitu (1) volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu
hamil, (2) puting akan lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa
ASI berubah ke arah kolostrum, (5) terjadi kontraksi rahim karena
hormon ibu hamil
7) Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupaka n alasan untuk menghentikan pemberian
ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung
ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi
harus ditinggal. Langkah -langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
Siapkan pengasuh ba yi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby
sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang
diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai
bekerja. ASI beku dapat d isimpan antara 1 -6 bulan, bergantung dari
jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat
disimpan lebih dari 3 bulan.
Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan
cangkir. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkin an bayi akan
menjadi “bingung puting”.
Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera
setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
Selama di kantor, perah ASI setiap 3 -4 jam dan disimpan di lemari es,
diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam
lemari es pendingin dapat bertahan selama 2×24 jam. ASI perah ini
akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang
diperah terdahulu diberikan lebih dahulu. ASI yang disimpan di lemari
es perlu dihan gatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan
merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak
boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah
sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
Apabila ASI yang diperah kemarin tida k mencukupi kebutuhan bayi
sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah
disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus
ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus
digunakan dalam 24 jam.
8) Kelainan bayi
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin
akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana
dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam
proses menyusui.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
a. Tingkat pengetahun ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Alalak Tengah
sebagian besar mengetahui akan manfaat dan cara pemberian ASI
Eksklusif sehingga mereka melakukannya untuk tumbuh kembang bayi,
khususnya imune (daya tahan) dan perkembangan otak. Selain membawa
dampak kepada bayi ASI Eksklusif juga membawa manfaat bagi ibunya,
seperti yang telah dirasakan bahwa dengan memberikan ASI Eksklusif
mereka merasa sehat, bisa cepat mengembalikan berat badan dan bentuk
badan kekondisi semula, dan mudah mendeteksi kanker p ayudara, dan
dapat menghemat pengeluaran dalam pembelian susu formula. Tetapi
hanya satu orang yang ditidak melakukannya dengan alasan bekerja
sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif secara penuh.
b. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Puskesmas Alal ak Tengah dibagi
berdasarkan 5 indikator yaitu 1) Komunikator, yang memiliki 4
kompetensi petugas, yaitu Dokter, Bidan, Konselor ASI, dan Petugas
Gizi. 2). Pesan, pesan yang disampaikan dalam sosialisasi tersebut
dengan cara memberikan pemahan mengenai man faat ASI Eksklusif,
bahwa ibu menyusui memberikan asi kepada bayi selama 6 (enam) bulan
tanpa ada tambahan makanan pendamping Pesan secara verbal dan non
verbal dibuat atau dikonsep oleh dinas terkait. 3). Media, media yang
digunakan secara verbal atau pes an secara lisan, dan non verbal seperti
famplet / brosur ASI Eksklusif, lembar balik dari ibu hamil/ menyusui
(Laporan). 4). Komunikan, komunikan yang menjadi sasaran sosialisasi
ASI Eksklusif adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas, 5). Efek,
efek pesan yang dirasakan adalah respon dari komunikan sangat positif,
selama mengikuti edukasi tentang ASI Eksklusif sangat antusias dan
mereka sangat mengerti akan dampak positif dari ASI Eksklusif dan
disamping hal tersebut mereka juga berpendapat effisiensi dana yang di
keluarkan saat menggukan ASI Eksklusif .
c. Kendala pada saat sekarang ini adalah kendala dari faktor eksternal, yaitu
iklan susu formula yang sangat ramai di televisi dan di iming -imingi
dengan harga murah dan kualitas terjamin, sedangkan iklan atau
sosialisasi ASI Eksklusif sangat jarang di televisi swasta nasional.
Hambatan yang lain adalah dalam internal puskesmas sendiri, yaitu
masih ada ada petugas belum terlatih atau belum mengikuti pelatihan
Konselor ASI Eksklusif khususnya di Puskesmas A lalak Tengah, hal ini
akan mempengaruhi kinerja puskesmas dalam mengimplementasikan
kebijakan pemerintah dalam mensosialisasikan ASI Eksklusif.
6.2. Saran
Puskesmas Alalak Tengah diharapkan dapat meningkatkan sumber daya
manusianya, khususnya petugas yang bertugas untuk mensosialisasikan ASI
Eksklusif, karena masih ada yang belum mendapatkan pelatihan kompetensi
tersebut sehingga belum menjadi konselor yang optimal, hal ini dapat berdampak
pada kinerja puskesmas dan keberhasilan program ASI Eksklusif.
DAFT AR PUSTAKA
Agus Sartono dan Hanik Utaminingrum. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan
Ibu dan Dukungan Suami dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif di
Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal
Gizi Universitas Muhammadiyah Sema rang November 2012, Volume 1,
Nomor 1.
Arif, N. 2009. Panduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi) .
Yogyakarta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar. 2009. Kualitas Pelayanan Kesehatan . Nuha Med ika. Yogyakarta.
Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas .
Bandung : CV. ARMICO
Ayyana Saryono, A. S. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan . Yogyakarta:
Nuha Medika.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei de mografi dan
kesehatan Indonesia 2002 -2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik;2003
Budiyanto, MAK. 2002. Dasar -Dasar Ilmu Gizi . Malang. UMM Press.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan
Dengan Lembaga Swadaya Masyarakat . Pusat Prom osi Kesehatan, Jakarta.
Bhattacharya, 1988, A. Mangement Account‟s Role in SWOT Analysis, Journal
Management Accounting, Volume 66, London. Kotler, Philip, 1987.
Depkes, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006. Departemen Kesehatan
Republik Indon esia, Jakarta.
Depkes, RI, 2005. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Pusat Kesehatan Kerja,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, RI, 1997. Petunjuk Pelaksanaan ASI Ekskl usif Bagi Petugas Kesehatan
Puskesmas. Direktorat Jendral Binkesmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dedi Darmawan dan Totok Wahyu Abadi. Strategi Komunikasi Bidan Untuk
Meningkatkan Partisipasi Ibu -Ibu Me nyusui Dalam Program ASI
Eksklusif Di Jabon Sidoarjo. Jurnal KANAL, Vol. 1, No. 1, September 2012,
Hal. 1 -101.
Dwi Sarbini dan Listyani Hidayati. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan
Keluarga Dan Pendidikan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Kecamatan Jeb res Kotamadya Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979 –
7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 115 -122
Effendy, Onong, Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi .
Bandung : PT citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong, Uchjana. 2004. Dinamika Komunikasi . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Nigel Piercy & William Giles, 1989.
Singh, B. (2010). Knowledge, Attitude and Practice of Breast Feeding – A Jurnal
Ilmiah , p.50.
Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung Sahid Sumarno, 1991.
Kristiyansari, W. 2009. ASI Menyusui & Sadari . Yogyakarta: Nuha Medika
Mikail, B., dan Asep C. 2012. 5 Penyebab Rendahnya Pemberian ASI
Eksklusif.Kompas (Koran online). Diakses 14 Januari 2013
dihttp://health.kompas.com/read/2012/06/08/17055699/5.Penyebab.Rendah
nya.Pemberian.ASI.Eksklusif Newfoundland labrador. 2007.
Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan . Jakarta. EGC.
Mina Yumei Santi. Implementasi Kebijakan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
Melalui Konseling oleh Bidan Konselor. Kesmas, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Keseha tan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Prasetyo S. Pekan Air Susu Ibu (ASI) Sedunia Campur Tangan Suami, Hasilkan
ASI Lebih Banyak. Jakarta: Sinar Harapan; 2003 [edisi 2003].
Roesli, Utami. 2000. Buku Pintar ASI Eksklusif . Yogyakar ta. Diva Press.
Roesli, Utami. 2007. Mengenal ASI Eksklusif . Jakarta. Trubus Agriwidya.
Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusui Dini . Jakarta. Trubus Agriwidya.
Roesli, U. 2005. ASI eksklusif . Jakarta: Trubus Agriwidya Rosita, S. 2008. ASI
Untuk Kecer dasan Bayi. Yogyakarta:
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Ekslusif , Trubus Agriwidya, Jakarta.
_________. 2005. Mengenal ASI Ekslusif Seri 1 . PT.Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
________ 2007. Air Susu Ibu (ASI), Anugerah Tuhan yang Tersia -siaka n:
Informasi Terpilih untuk Para Insan Pers. Depkes RI, Jakarta.
________ 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda ,
Jakarta.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN
2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. (2001), Faktor -faktor Pemberian ASI.
Hubungan Antara Pola P emberian ASI dengan Faktor Sosial Ekonomi,
Demografi, dan Perawatan Kesehatan. [internet] dari:
http://www.twmpo.co.id/ [akses tanggal 14 Januari 2012]
Sri Purwanti, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. EGC.
Sarbini, Dwi. (2008). Hubu ngan Antara Tingkat Pendapatan Keluarga dan
Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Jebres
Kotamadya Surakarta. Jurnal Kesehatan, 1 (2), 115 -122.
Setyawati, I. (2009). Pentingnya Motivasi dan Persepsi Pimpinan Terhadap
Perilaku Pemberi an ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Jakarta : Alfa Beta. Sunardi. (2008).
Ayah, Beri Aku ASI . Aqwamedika : Solo
Susilaningsih. (2013). Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Bayi 0 -6 Bulan di
Wilayah Puskesmas Samigal uh II Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Reproduksi , 4, 81 -89.
Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air
Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Jurnal
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 1, JUNI 2010: 17 -24.
Utami, R. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000.
Umar AS, Oche MO. (2013). Breastfeeding and Weaning Practices in An Urban
Slum, North Western Nigeria. International Journal of Tropical Disease &
Health , 3 (2), 114 -125.
Wawan. 2010. Perilaku d alam Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan .
Bandung, Rineka Cipta.
WHO, UNIKCEF, dan IDAI. Rekomendasi Pemberian Makan Bayi Pada
Situasi Darurat. Jakarta: WHO, UNIKCEF, dan IDAI; 2005.
Widha Ayu Rima Merdhika, Mardji, dan Mazarina Devi. Pengaruh Penyul uhan
Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Dan Sikap
Ibu Menyusui Di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Jurnal Teknologi
Dan Kejuruan, Vol. 37, No. 1, Pebruari 2014:65 72
Copyright Notice
© Licențiada.org respectă drepturile de proprietate intelectuală și așteaptă ca toți utilizatorii să facă același lucru. Dacă consideri că un conținut de pe site încalcă drepturile tale de autor, te rugăm să trimiți o notificare DMCA.
Acest articol: Memberi ASI adalah hak azasi ibu [600486] (ID: 600486)
Dacă considerați că acest conținut vă încalcă drepturile de autor, vă rugăm să depuneți o cerere pe pagina noastră Copyright Takedown.
