ANALISIS PENGARUH GEJALA STRES KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KINERJA KARYAWAN ASURANSI BUMIPUTERA DI KOTA MALANG PUBLIKASI ILMIAH UNTUK MEMENUHI… [600617]
1
ANALISIS PENGARUH GEJALA STRES KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KINERJA KARYAWAN
ASURANSI BUMIPUTERA DI KOTA MALANG
PUBLIKASI ILMIAH
UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR MAGISTER
Oleh :
Nita Ericia Ananta
0820206059
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
MINAT STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
2
ABSTRACT
Nita Ericia Ananta, Postgraduate Scholar Program, University Of Brawijaya Malang,
Januari 2011. The Analysis Of Work Stress Symptoms For Employee In Bumiputra
Insurance Company In Malang City For Their Productivity And Performance.
Supervisor: Noermijati, Co‐Supervisor: Muhammad Syamkhin
This research goal is to determine and analyze the effect between work stress
symptoms variables and productivity on performance in Bumiputra’s Insurance
company direct and indirect.
This research is using all of the company employee of insurance production
agency in Malang namely Bumiputera Insurance Branch Celaket and Bumiputera
Insurance Branch Kayutangan. From all of 69 questioner only 64 was able to being used
as analysis. The result is analyze by using path analysis.
The results of this study indicate that the symptoms of work stress affect
productivity. While the symptoms of work stress affect the performance. with the
founding of the coefficient value path from work stress symptoms towards productivity
and coefficient value path from work stress towards performance, the performance of
Bumiputra’s Insurance Company employee were significantly influence by the work
stress symptoms through its productivity. In this research the work stress symptoms are
low, the employee productivity are bad and the perfomance are high. This result was
caused by the valuation of performance was seen by it achievement, not why they do it
nor how they do it. While in this Company an employee, said to be productive not just by
its target achievement but by its basic principle for the wanted result.
Keyword : Work stress symptoms, Productivity, performance
3
ABSTRAK
Nita Ericia Ananta. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang, Januari 2011.
Analisis Pengaruh Gejala Stres Kerja Terhadap Produktivitas dan Kinerja Karyawan
Asuransi Bumiputera di Kota Malang. Ketua Pembimbing: Noermijati, Komisi
Pembimbing: Muhammad Syamkhin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara
langsung maupun tidak langsung antara variabel gejala stres kerja dan produktivitas
terhadap kinerja pada karyawan agen produksi Asuransi Bumiputera di Kota Malang.
Populasi penelitian adalah seluruh karyawan agen produksi Asuransi
Bumiputera di Kota Malang yaitu Asuransi Bumiputera Kantor Cabang Celaket dan
Asuransi Bumiputera Kantor Cabang Kayutangan. Dari 69 kuisioner yang disebar ke
responden diperoleh 64 kuisioner yang
bisa digunakan untuk analisis. Hasil yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis jalur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gejala stres kerja berpengaruh terhadap
produktivitas. Sedangkan gejala stres kerja berpengaruh terhadap kinerja. Dengan
menggunakan analisis jalur maka kinerja karyawan agen produksi Asuransi Bumiputera
di Kota Malang dipengaruhi oleh variabel gejala stres kerja melalui produktivitas. Dalam
penelitian ini Gejala stres rendah, produktivitas karyawan jelek dan kinerja karyawan
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada umumnya penilaian kinerja dilihat dari hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut, bukan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya. Sedangkan pada Agen Produksi Asuransi Bumiputera di Kota Malang,
seseorang dikatakan produktif bukan hanya dilihat dari pencapaian target dan realisasi
dari karyawan agen produksi saja, namun lebih dipertimbangkan mengenai prinsip
dasar yang dapat dijadikan acuan bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan
Kata Kunci : Gejala Stres Kerja, Produktivitas, Kinerja Karyawan
4
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Pada saat ini makin disadari arti
pentingnya manajemen sumberdaya
manusia dalam suatu
organisasi/perusahaan yaitu dalam
menjalankan roda suatu organisasi. Manajemen sumberdaya manusia
adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan kegiatan ‐
kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pelepasan sumberdaya manusia
agar tercapai tujuan individu, organisasi
dan masyarakat. Manusia merupakan
unsur terpenting dengan tidak
meninggalkan berbagai alat produksi
lainnya seperti modal, alat‐alat kerja,
bahan baku dan lain‐lain. Mengingat
bahwa sumberdaya manusia
mempunyai unsur yang penting maka
perlu kiranya mendapat perhatian
utama demi mencapai tujuan sasaran
organisasi/perusahaan. Terlebih lagi
pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat, membawa perubahan pula dalam
kehidupan manusia. Perubahan ‐
perubahan itu membawa akibat yaitu
tuntutan yang lebih tinggi terhadap
setiap individu untuk lebih
meningkatkan kinerja. Bagi individu
yang tidak dapat mengikuti perubahan
yang terjadi, maka individu tersebut
akan mengalami stres terutama bagi
individu yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang ada.
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly
(1996:339) mendefinisikan stres sebagai
suatu tanggapan penyesuaian,
diperantarai oleh perbedaan ‐perbedaan
individu dan/proses psikologis, yang
merupakan suatu konsekuensi dari
setiap tindakan dari luar (lingkungan),
situasi, atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan/atau fisik
berlebihan kepada seseorang. Stres
dapat menyebabkan seseorang merasa
tidak bahagia, menyendiri, mudah marah, dan seolah‐olah tidak lagi
memiliki penguasan atas dirinya (self
control ). Hal ini akan membawa kita
pada keadaan statis yang berdampak
negatif pada penurunan berbagai
tingkat produktivitas sehingga aspek‐
aspek kehidupan pun menjadi kacau.
Stres yang tidak diatasi dengan baik
biasanya berakibat pada
ketidakmampuan seorang berinteraksi
secara positif dengan lingkungannya,
baik dalam lingkungan pekerjaan
maupun di luarnya.
Dalam penerapannya setidaknya
lingkungan kerja yang ada pada
perusahaan perlu diciptakan sebaik
mungkin, lingkungan kerja yang baik
akan sangat mendukung aktivitas kerja
karyawan, karyawan merasa senang
dan nyaman dalam melaksanakan
tugas. Apabila lingkungan kerja tidak
menyenangkan maka karyawan tersebut
akan menghadapi berbagai gejala. Hal
ini seperti yang dikemukakan oleh
Gibson (1996:340) bahwa:
Reaksi pertahanan tiga fase yang
seseorang lakukan ketika stress sebagai
The General Adaption Sindrome /GAS
(Sindrom Penyesuaian Umum)
menyebutkan bahwa reaksi pertahanan
umum karena penyebab stres
berdampak pada berbagai bagian
badan, tanggapan menunjukkan pada
suatu rangsangan dari pertahanan yang
diciptakan untuk membantu badan
menyesuaikan pada menghadapi stres
dan sindrom menunjukkan bahwa
bagian reaksi yang bersifat individu
terjadi lebih kurang secara bersama.
Tiga fase berbeda tersebut alarm (sinyal), resistance (perlawanan) dan
exchantions (keletihan). Stres yang terjadi
5
pada karyawan dipicu oleh adanya
kondisi yang ada di lingkungan
perusahaan itu sendiri.
Menurut Gibson et al (1996)
menyatakan bahwa stres dapat sangat
membantu atau fungsional, serta
mempunyai dampak positif terhadap
kinerja, tetapi dapat juga berperan salah
atau bersifat disfungsional dan
berdampak negatif terhadap organisasi
secara keseluruhan. Hal ini tergantung
pada seberapa besar tingkat stres yang
dirasakan oleh karyawan. Tingkat stres
yang rendah sampai sedang dapat
bersifat fungsional atau mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan, karena dapat meningkatkan
daya dorong atau semangat, merupakan
rangsangan untuk bekerja keras, serta
menambah motivasi diri sehingga dapat
meningkatkan kinerja. Manajemen tidak
perlu mengambil tindakan untuk
mengurangi dan bahkan
menghilangkan jenis stres ini. Pada sisi
yang lain, tingkat stres yang tinggi atau
rendah tetapi berkepanjangan dapat
berdampak negatif, merusak, dan secara
potensial berbahaya. Pada tingkat ini,
stres akan mengganggu pelaksanaan
pekerjaan, karyawan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya,
sehingga tidak mampu untuk
mengambil keputusan ‐keputusan dan
perilakunya menjadi tidak teratur,
dampak selanjutnya adalah
menurunnya kinerja karyawan tersebut.
Dengan kondisi yang demikian, pada
akhirnya pencapaian tujuan organisasi
akan terganggu, seperti dinyatakan oleh
Steers (1985) bahwa tanpa kinerja yang
baik disemua tingkatan organisasi,
pencapaian tujuan dan keberhasilan
organisasi menjadi sesuatu yang sangat
sulit bahkan mustahil. Agar dampak
negatif yang timbul dapat dihindari,
maka perlu bagi organisasi atau
perusahaan untuk menyusun suatu
strategi dan langkah‐langkah dalam penanganan stres kerja, sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.
Fenomena di atas dapat terjadi
pada semua perusahaan, salah satunya
pada Asuransi Bumiputera Malang.
Pada beberapa tahun terakhir tuntutan
masyarakat terhadap pemberian
pelayanan terbaik (prima) kepada
masyarakat semakin meningkat.
Dengan demikian, kebutuhan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia menjadi prioritas
untuk mencapai kinerja karyawan yang
tinggi sehingga dapat menjawab
tuntutan tersebut.
Berbagai kondisi di tempat kerja
dapat menjadi penyebab timbulnya stres
kerja karyawan, antara lain adalah
kebosanan karena rutinitas tugas
karyawan tersebut. Selain itu, beratnya
beban kerja yang dirasakan karyawan
dapat juga menjadi sebab timbulnya
stres kerja pada karyawan. Salah satu
karyawan yang merasakan hal tersebut
adalah karyawan agen produksi
Asuransi Bumiputera di Kota Malang,
karena setiap karyawan dituntut untuk
mendapatkan nasabah sebanyak ‐
banyaknya guna menjadi nasabah pada
Asuransi Bumiputera di Kota Malang,
sehingga karyawan merasa tertekan
dengan kondisi tersebut. Tuntutan
untuk segera menyelesaikan pekerjaan
dengan batas waktu yang singkat
dengan adanya pengontrolan yang ketat
dari atasan sehingga menimbulkan
kebebasannya merasa terancam.
Asuransi Bumiputera Malang
merupakan salah satu asuransi di kota
Malang, mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai perlindungan. Salah satu
agendanya adalah memberikan
pelayanan sebaik‐baiknya kepada
nasabah serta menginformasikan (to
inform ) tentang produk yang dihasilkan
perusahaan dan menyakinkan para
pembeli dalam pasar sasaran suatu
perusahaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, para karyawan diharapkan
6
memiliki kinerja yang tinggi. Oleh
karena itu, berbagai tindakan agar
karyawan memiliki kinerja yang tinggi
perlu dilakukan, antara lain dengan
memperhatikan segala kebutuhan
karyawan termasuk masalah stres kerja
yang mungkin timbul dalam asuransi
tersebut. Oleh karena itu, peneliti disini
ingin melakukan suatu penelitian
mengenai tingkat stres kerja pada
karyawan khususnya pada Asuransi
Bumiputera di Kota Malang.
Berdasarkan pada latar belakang
yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh
gejala stres kerja terhadap produktivitas
kerja karyawan agen produksi,
Mengetahui dan menganalisis pengaruh
gejala stres kerja terhadap kinerja
karyawan agen produksi. Mengetahui
dan menganalisis pengaruh tidak
langsung gejala stres kerja terhadap
kinerja karyawan melalui produktivitas
kerja karyawan agen produksi dan
Mengetahui dan menganalisis pengaruh
produktivitas kerja terhadap kinerja
karyawan agen produksi.
Penelitian ini akan
menggunakan tiga variabel yaitu gejala
stres kerja sebagai variabel bebas,
produktivitas kerja sebagai variabel
intervening dan kinerja karyawan
sebagai variabel terikat. Jika pada
penelitian Shahu (2008), Novitasari
(2007) dan Azizah (2007) variabel
independent nya adalah sumber‐sumber
stres kerja sedangkan pada penelitian ini
variabel independent adalah job stres
(gejala stres kerja) (Hariandja, 2005)
yang terdiri terdiri dari gejala fisik
dengan indikator Gangguan nafas, sakit
kepala yang tidak beralasan dan adanya
gangguan pencernaan, gejala psikologis
dengan indikator mudah tersinggung
atau sensitif, kehilangan semangat atau
daya kreativitas, gelisah dan gejala
keperilakuan dengan indikator tingkat
absensi yang tinggi dan sulit berbicara. Variabel produktivitas kerja
diukur dengan menggunakan
perbandingan target dan realisasi
perolehan jumlah nasabah yang
dilakukan oleh karyawan agen
produksi.
Variabel kinerja karyawan diukur
dengan menggunakan indikator dari
Bernardin dan Russel (1993). Indikator
dari variabel kinerja adalah kuantitas
pekerjaan, kualitas pekerjaan dan
ketepatan waktu.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Stres
Stres merupakan satu situasi yang
mungkin dialami manusia pada
umumnya dan karyawan pada
khususnya di dalam sebuah organisasi
atau perusahaan. Stres menjadi masalah
yang penting karena situasi itu dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan
kinerja, sehingga perlu penanganan
dalam upaya mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan. Dalam banyak
kasus, hal itu bisa mempengaruhi
kinerja karyawan, sehingga harus
menjadi perhatian pihak perusahaan
terutama manajemen personalia. Ada
banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli mengenai stres diantara
adalah:
Menurut Hariandja (2005:303)
stres adalah situasi ketegangan/tekanan
emosional yang dialami seseorang yang
sedang menghadapi tuntutan yang
sangat besar, hambatan ‐hambatan, dan
adanya kesempatan yang sangat
penting yang dapat mempengaruhi
emosi, pikiran, dan kondisi fisik
seseorang.
Szilagyi dalam Gitosudarmo dan
Sudita (2000:50) mengemukakan stres
adalah pengalaman yang bersifat
internal yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis
dalam diri seseorang sebagai akibat dari
7
faktor lingkungan eksternal, organisasi
atau orang lain.
Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa stres merupakan
kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seseorang dimana ia
terpaksa memberikan tanggapan
melebihi kemampuan penyesuaian
dirinya terhadap suatu tuntutan
eksternal (lingkungan). Stres yang
terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya. Sebagai
hasilnya, pada diri para karyawan
berkembang berbagai macam gejala
stres yang dapat mengganggu
pelaksanaan kerja mereka.
Gejala stres
Gejala menurut Hariandja
(2005:306) adalah: “Penampakan dari
suatu sikap atau perasaan”.
Penampakan rasa senang bisa dalam
bentuk tertawa, ceria, dan girang, dan
penampakan rasa tidak senang bisa
dalam bentuk diam, murung, marah,
dan lain‐lain, atau dapat juga dikatakan
indikasi atau tanda‐tanda dalam
berbagai bentuk dari sesuatu yang
abstrak.
Berbagai gejala tersebut pada
umumnya menampakkan diri pada
berbagai perilaku yang tidak “normal”
seperti gugup, tegang, selalu cemas,
gangguan pencernaan, tekanan darah
tinggi (Siagian, 2002:300).
Menurut Hariandja (2005:306)
stres sebagai ketegangan atau tekanan
emosional yang dialami seseorang dan
abstrak gejalanya, oleh para ahli
dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Gejala fisik, yaitu perubahan ‐
perubahan yang terjadi pada
metabolisme organ tubuh seperti
denyut jantung yang meningkat,
tekanan darah yang meningkat,
sakit kepala, dan sakit perut yang bisa kita alami dan harus
diwaspadai.
b. Gejala psikologis, yaitu perubahan ‐
perubahan sikap yang terjadi
seperti ketegangan, kegelisahan,
ketidaktenangan, kebosanan, cepat
marah, dan lain‐lain.
c. Gejala keperilakuan, yaitu
perubahan ‐perubahan atau situasi
di mana produktivitas seseorang
menurun, absensi meningkat,
kebiasaan makan berubah,
merokok bertambah, banyak
minum‐minuman keras, tidak bisa
tidur, berbicara tidak tenang, dan
lain‐lain.
Dari uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa gejala‐gejala dari
stres kerja meliputi gejala fisik,
psikologis dan perilaku. Gejala fisik
yang dimaksud antara lain sakit kepala
(migran, vertigo), nyeri atau kaku di
punggung dan leher, meningkatnya
detak jantung, sering dan mudah
berkeringat, pingsan, mual, muntah,
rasa tersumbat di kerongkongan, dada
rasa panas atau nyeri. Gejala psikologis
meliputi gangguan emosional,
gangguan kognitif, kebosanan kerja,
ketidakpuasan kerja, pandangan putus
asa, depresi. Gejala perilaku di
antaranya yaitu menunda ‐nunda
pekerjaan, perubahan dalam prestasi,
kinerja dan produktivitas,
meningkatnya frekuensi absensi,
meningkatnya turn over karyawan,
perilaku makan yang tidak normal
(kebanyakan atau kekurangan),
agresivitas, menarik diri dari pergaulan
sosial, bicara cepat, dan kecenderungan
untuk bunuh diri.
Pengertian Produktivitas Kerja
Karyawan yang merasa puas
secara alamiah akan berusaha
meningkatkan hasil kerja mereka
(output ). Meningkatnya output kerja
merupakan istilah lain dari apa yang
disebut sebagai produktivitas kerja.
8
Menurut Hasibuan (2008:94)
produktivitas kerja dapat didefinisikan
sebagai perbandingan antara output
dengan input , dimana output‐nya harus
mempunyai nilai tambah dan teknik
pengerjaannya yang lebih baik.
Pendapat lain mengenai
pengertian produktivitas kerja
dikemukakan oleh Klingner &
Nanbaldian dalam Gomes (2001:160)
menyatakan bahwa produktivitas
merupakan fungsi perkalian dari usaha
pegawai (effort ), yang didukung dengan
motivasi yang tinggi, dengan
kemampuan pegawai (ability ), yang
diperoleh melalui latihan‐latihan.
Produktivitas yang meningkat, berarti
performansi yang baik, akan menjadi
feedback bagi usaha, atau motivasi
pekerja pada tahap berikutnya.
Mathis dalam Yuli (2005:204)
mendefinisikan produktivitas kerja
merupakan pengukuran dan kuantitas
dari pekerjaan dengan
mempertimbangkan dari seluruh biaya
dan hal‐hal yang terkait dan yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Menurut Sulistiyani dan Rosidah
(2003:199) produktivitas menyangkut
masalah hasil akhir, yakni seberapa
besar hasil akhir yang diperoleh di
dalam proses produksi. Dalam hal ini
tidak terlepas dengan efisiensi dan
efektivitas.
Sedangkan menurut Gomes
(2001:159) pengertian produktivitas
dikemukakan orang dengan
menunjukkan kepada rasio output
terhadap input. Inputs bisa mencakup
biaya produksi (production costrs ) dan
biaya peralatan (equipment costs).
Sedangkan outputs bisa terdiri dari
penjualan (sales), earnings (pendapatan),
market share , dan kerusakan (defects ).
Berdasarkan pengertian
produktivitas kerja di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa produktivitas
merupakan suatu perbandingan antara
target dan realisasi yang dicapai karyawan. Produktivitas kerja
merupakan gejala dari prestasi
karyawan, dimana jika karyawan
tersebut produktif, maka dapat
dikatakan bahwa karyawan tersebut
berprestasi. Dengan demikian
produktivitas kerja karyawan berkaitan
dengan produktivitas perusahaan secara
keseluruhan.
Pengertian Kinerja
Kinerja karyawan sangat
diharapkan oleh suatu perusahaan
dalam rangka merealisasikan tujuan‐
tujuan perusahaan, baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang. Kinerja
karyawan sebagai kemampuan
karyawan dalam melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya. Kinerja
dalam hal ini adalah membicarakan
hasil kerja yang telah dibuktikan oleh
seorang karyawan sesuai dengan tugas
dan tanggungjawabnya, sehingga disini
kita akan melihat hasil yang sudah
dibuktikan. Untuk lebih jelasnya akan
diberikan penjelasan beberapa pendapat
mengenai definisi kinerja. Menurut
Hariandja (2005:195) yang dimaksud
dengan kinerja adalah hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau perilaku
nyata yang ditampilkan sesuai dengan
perannya dalam organisasi. Sedangkan
menurut Wibowo (2007:2) kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi
pada ekonomi. Secara lebih jelas
Mangkunegara (2002:67)
mengemukakan bahwa istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau
actual performance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang). Pengertian kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
9
Tika (2008:121) mendefinisikan
kinerja sebagai hasil‐hasil fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu.
Pengertian kinerja atau prestasi
kerja menurut Hasibuan (2008) adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas‐tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu. Lebih lanjut,
ditegaskan bahwa prestasi kerja ini
merupakan gabungan dari tiga faktor
penting yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas dan peran tingkat motivasi
karyawan. Semakin tinggi ketiga faktor
diatas, maka semakin besarlah prestasi
kerja karyawan yang bersangkutan.
Hal senada dikemukakan Rivai et
al., (2005) bahwa kinerja adalah hasil
atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode
tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu
yang telah disepakati bersama.
Berdasar dari beberapa definisi di
atas, dapat dikatakan bahwa kinerja
merupakan kuantitas dan kualitas
pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh
karyawan sebagai hasil dari
kemampuan dan usaha. Sedangkan
kemampuan itu sendiri, dapat tercapai
bila seseorang mempunyai pengetahuan
tentang pekerjaan, ketrampilan
merencanakan, ketrampilan
mengorganisasi, serta kemampuan
dalam berhubungan antar pribadi, dan
kelompok. Atau dapat juga dikatakan
bahwa kinerja menunjukkan kepada
rasio output terhadap input . Output dalam hal ini berkaitan dengan hasil
akhir.
Pengukuran Kinerja
Ada beberapa syarat pengukuran
kinerja karyawan yang baik yaitu
apabila lebih reliabel, realitas,
representatif dan dapat diprediksikan
(As’ad 1991). Kemudian dikatakan juga
bahwa umum dipakai sebagai kriteria
ukuran kinerja karyawan, yaitu kualitas,
kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan
yang dipegang, absensi dan
keselamatan dalam menjalankan
pekerjaan.
Bernardin dan Russel (1993),
mengajukan enam kriteria primer yang
dapat digunakan untuk mengukur
kinerja, yaitu:
1. Quality , merupakan tingkat sejauh
mana proses atau hasil pelaksanaan
kegiatan mendekati kesempurnaan
atau mendekati tujuan yang
diharapkan.
2. Quantity , merupakan jumlah yang
dihasilkan, misalnya jumlah rupiah,
jumlah unit, jumlah siklus kegiatan
yang diselesaikan.
3. Timeliness , adalah tingkat sejauh
mana suatu kegiatan diselesaikan
pada waktu yang dikehendaki,
dengan memperhatikan kondisi
output lain serta waktu yang tersedia
untuk kegiatan lain.
4. Cost‐Effectiveness , adalah tingkat
sejauh mana penggunaan
sumberdaya organisasi (manusia,
keuangan, teknologi, material)
dimaksimalkan untuk mencapai
hasil tertinggi, atau pengurangan
kerugian dari setiap unit
penggunaan sumberdaya.
5. Need for supervision , merupakan
tingkat sejauh mana seorang pejabat
dapat melaksanakan suatu fungsi
pekerjaan tanpa memerlukan
pengawasan seorang supervisor
10
untuk mencegah tindakan yang
kurang diinginkan.
6. Interpersonal Impact , merupakan
tingkat sejauh mana karyawan atau
pegawai memelihara harga diri,
nama baik dan kerjasama di antara
rekan kerja dan bawahan.
Berdasarkan pendapat ‐pendapat
diatas, indikator kinerja organisasi atau
perusahaan yang digunakan adalah: (1)
kuantitas pekerjaan, (2) kualitas
pekerjaan, dan (3) ketepatan waktu.
1. Kuantitas pekerjaan
Kuantitas pekerjaan merupakan
jumlah atau banyaknya pekerjaan
yang dihasilkan karyawan.
2. Kualitas pekerjaan
Syarief (1987), kualitas pekerjaan
terdiri dari kehalusan, kebersihan,
dan ketelitian pekerjaan.
3. Ketepatan waktu
Dikatakan bahwa kinerja seorang
karyawan tinggi apabila
menyelesaikan tugas dengan cepat
dan tepat.
Dimensi kinerja mencakup semua
unsur yang akan dievaluasi dalam
pekerjaan masing‐masing karyawan
dalam suatu organisasi. Dimensi ini
mencakup berbagai kriteria yang sesuai
untuk digunakan dalam mengukur hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan.
Penetapan standar kinerja diperlukan
untuk mengetahui apakah kinerja
karyawan telah sesuai dengan sasaran
yang diharapkan, sekaligus melihat
besarnya penyimpangan dengan cara
membandingkan antara hasil pekerjaan
secara aktual dengan hasil yang
diharapkan.
Pengaruh Stres Terhadap Kinerja
Stres yang diderita seseorang
tidak dapat disangkal akan dapat
berpengaruh terhadap kinerja
seseorang. Stres sangat merusak kinerja.
Secara sederhana hal ini berarti bahwa
stres mempunyai potensi untuk
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres
tersebut.
Stres sebagai sebuah keadaan
yang dapat dialami setiap orang, dalam
hubungannya dengan pekerjaan bisa
tinggi atau rendah, dan dapat
berpengaruh pada berbagai macam
faktor. Salah satunya adalah dapat
berpengaruh terhadap kinerja.
Bagaimanakah pengaruhnya terhadap
kinerja? Apakah tingkat stres yang
tinggi secara total menurunkan kinerja
ataukah sebaliknya?
Berdasarkan hasil‐hasil penelitian,
stres kerja dalam tingkat sedang dapat
meningkatkan kinerja, tetapi stres
tingkat tinggi dan rendah dapat
menurunkan kinerja sebagaimana
digambarkan dalam gambar di bawah
ini:
Hubungan Stres dengan Kinerja
Gambar 2.2 Hubungan Stres
dengan kinerja
Sumber: Hariandja, 2005:307
Gambar di atas menunjukkan
ketika tingkat stres kerja sangat rendah,
prestasi kerja juga rendah. Ini bisa
disebabkan seseorang tidak menghadapi
banyak tekanan atau tantangan
sehingga orang tersebut kemungkinan
besar tidak melakukan usaha yang
tinggi untuk menghadapinya.
Selanjutnya, ketika tingkat stres
meningkat, yang berarti seseorang
mengalami banyak tuntutan dalam
pekerjaannya, tingkat usaha akan
ditingkatkan sehingga meningkatkan Prestasi
Kerja
Tingkat stres
11
prestasi kerja sampai titik tertentu di
mana seseorang masih mampu
mengatasinya. Tetapi, ketika tingkat
stres meningkat melebihi tingkat yang
dapat dikendalikan, prestasi kerja akan
menurun.
Akhirnya, bila stres menjadi
terlalu besar, prestasi kerja akan mulai
menurun, karena stres mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Karyawan
kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya, menjadi tidak
mampu untuk mengambil keputusan ‐
keputusan dan perilakunya menjadi
tidak teratur. Akibat paling ekstrim,
adalah prestasi kerja menjadi nol,
karena karyawan menjadi sakit atau
tidak kuat bekerja lagi, putus asa, keluar
atau “melarikan diri” dari pekerjaan,
dan mungkin diberhentikan (Handoko,
2001:202).
Gitosudarmo dan Sudita (2000:55)
mengemukakan bahwa stres dapat
mempunyai dampak positif dan negatif
terhadap prestasi kerja. Pada saat stres
rendah atau tidak ada stres, pekerja
pada umumnya bekerja pada tingkat
prestasi yang dicapainya pada saat itu.
Jadi tidak ada dorongan untuk
berprestasi lebih dari yang dilakukan
selama ini.
Beberapa hasil studi menemukan
bahwa stres pada tingkat rendah sampai
pada tingkat yang moderat
menunjukkan bahwa pekerja
termotivasi untuk memperbaiki tingkat
prestasi kerjanya. Dalam hal ini stres
pada tingkat tertentu bertindak sebagai
stimulus atau dorongan untuk
bertindak.
Ketika stres meningkat sampai
pada tingkat yang tinggi maka prestasi
menurun secara mencolok. Kondisi ini
terjadi karena orang akan lebih banyak
menggunakan tenaganya untuk
melawan stres daripada untuk
melakukan tugasnya.
C. KERANGKA PENELITIAN Kerangka konseptual yang
digunakan dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang rencana penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh stres kerja dan produktivitas
kerja terhadap kinerja karyawan agen
produksi Asuransi Bumiputera di Kota
Malang.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir dapat dibedakan
menjadi kerangka dasar teoritik dan
kerangka konsep penelitian, sebagai
berikut:
1. Kerangka Dasar Teoritik
Kerangka dasar teoritik dapat
dikemukakan berdasarkan hasil
penelitian terdahulu dan teori yang
telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu dan teori yang
telah dikemukakan, diketahui bahwa
pengaruh stres kerja dapat berbeda‐
beda antara satu karyawan dengan
karyawan yang lain. Stres yang dialami
bisa ringan atau berat, hal ini
disebabkan oleh kemampuan seseorang
dalam menghadapi stressor . Gejala‐
gejala ini menyangkut baik kesehatan
phisik maupun kesehatan mental.
Orang‐orang yang mengalami stres bisa
menjadi nervous dan merasakan
kekuatiran kronis. Maka dari itu
kerangka dasar teoritik dapat
digambarkan seperti gambar 1:
2. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian dapat
dikemukakan berdasarkan hasil
penelitian terdahulu dan teori yang
telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya.
Hipotesis Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri
dari variabel independen (job stres/stres
12
kerja), variabel intervening
(produktivitas kerja) dan variabel terikat
(kinerja karyawan). Pengukuran akan
Gambar 1 Kerangka Dasar Teoritik
Sumber: Suprihanto, Harsiwi, dan
Hadi (2003:65)
dilakukan terhadap indikator ‐indikator
dari setiap variabel. Masing‐masing
indikator akan dijabarkan dalam
beberapa item. Maka dapat ditentukan
model hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 3 Model Hipotesis
Sumber: Dikembangkan untuk
penelitian ini.
Keterangan
Pengaruh langsung
Pengaruh tidak langsung
:
1. H1 : Gejala stres kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap produktivitas kerja. 2. H2 : Gejala stres kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.
3. H3 : Gejala stres kerja
berpengaruh signifikan secara tidak
langsung terhadap kinerja karyawan
melalui produktivitas kerja.
4. H
4 : Produktivitas kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.
D. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Hal ini data
karena data yang digunakan dan
dianalisis dalam penelitian ini adalah
kualitatif yaitu berupa pendapat
responden yang menyatakan setuju atau
ketidaksetujuannya tentang sesuatu
yang kemudian diangkakan
(dikuantitatifkan).
Penelitian ini ingin memperoleh
gambaran tentang pengaruh stres kerja
dan kepuasan kerja terhadap kinerja Gejala Stres Kerja
(X) Produktivitas
Kerja(Z) Kinerja
Karyawan(Y) H4 H1
H2
H3JOB STRESS
GEJALA FISIK
GEJALA
PSIKOLOGIS
GEJALA
KEPERILAKUAN PRODUKTIVITAS
KERJA suatu
ketidakseimba
13
karyawan agen produksi Asuransi
Bumiputera di Kota Malang. Sesuai
dengan rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan hipotesis, maka jenis
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian
explanatory .
Penelitian ini dilakukan di
Asuransi Bumiputera di Kota Malang
pada bulan Desember 2010. Obyek
penelitian ini adalah karyawan Agen
Produksi Asuransi Bumiputera di Kota
Malang.
Dalam suatu penelitian selalu
terdapat populasi. Populasi merupakan
jumlah dari keseluruhan individu yang
karakteristiknya akan diduga. Seperti
yang dikemukakan oleh Nisfiannoor
(2009:5) populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan agen produksi
Asuransi Bumiputera di Kota Malang.
Adapun Asuransi Bumiputera yang ada
di Kota Malang adalah Asuransi
Bumiputera Kantor Cabang Celaket dan
Asuransi Bumiputera Kantor Cabang
Kayutangan. Berdasarkan data yang
didapatkan dari Asuransi Bumiputera
Kantor Cabang Celaket Malang, jumlah
seluruh karyawan bagian agen produksi
adalah sebanyak 27 karyawan dan pada
Kantor Cabang Kayutangan adalah
sebanyak 42 karyawan. Dalam hal ini
penelitian dilakukan pada seluruh
karyawan di kedua kantor cabang
tersebut, sehingga total sampel
penelitian adalah sebanyak 69 karyawan
Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan agen
produksi, hal ini didasarkan pada
pendapat Arikunto (2002) yang
menyatakan bahwa untuk sekedar
ancer‐ancer, maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar
dapat diambil antara 10%‐15%, atau
20%‐25% atau lebih. Mengingat jumlah
populasi hanya sebesar 69 responden, dan jumlah tersebut kurang dari 100,
maka keseluruhan populasi akan
dijadikan responden, sehingga
penelitian ini disebut juga sebagai
penelitian sensus. Hal ini seperti yang
dikemukakan Indriantoro dan Supomo
(2002:115) bahwa: “Peneliti dapat
meneliti seluruh elemen populasi
(disebut dengan sensus)”.
Sumber data yang digunakan
dalam penelitan ini adalah data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh dengan mengumpulkan
secara langsung dari responden atau
dapat dikatakan bahwa data primer
adalah data yang diperoleh secara
langsung tanpa melalui perantara.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung atau
melalui media perantara dan
merupakan data pendukung bagi
penelitian yang dilakukan.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini antara
lain adalah teknik kuesioner dan
dokumentasi.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan metode
pengumpulan data yang diperoleh
dengan cara menyebarkan sejumlah
pertanyaan kepada responden
terpilih guna mengetahui tanggapan
atau hal‐hal yang diketahuinya, yang
diantaranya berkenaan dengan
informasi yang relevan yang sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan
metode pengumpulan data yang
diperoleh dengan menyalin atau
mengkopi data tertulis dari obyek
penelitian.
Pengukuran
14
Dalam penelitian ini pengukuran yang
digunakan untuk mengukur tanggapan
responden adalah dengan
menggunakan skala Likert . Menurut
Jogianto (2004:66) skala likert (Likert
scale) digunakan untuk mengukur
respons subyek ke dalam 5 poin skala
dengan interval yang sama.
Analisis Data
Uji Instrumen Penelitian
Ada dua konsep yang digunakan
untuk menguji instrumen
penelitian
yaitu reliabilitas dan validitas. Hal ini
agar data yang diperoleh valid dan
reliabel sehingga kesimpulan yang
diperoleh nanti tidak bias.
1. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu dengan
mengikuti kaidah product moment (t)
yaitu uji validitas dengan metode ini
merupakan uji validitas item, dasar
kerjanya dengan komputerisasi korelasi
antar setiap item dengan skor total test
sebagai kriteria validasinya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa uji validitas ini
diperoleh dengan cara mengkorelasi
setiap skor item dengan total score item
variabel, kemudian hasil korelasi
dibandingkan dengan nilai kritis pada
taraf signifikan 0,05. Suatu instrumen
dikatakan valid apabila nilai hasil
korelasi lebih besar dari nilai r pada
tabel product moment pada taraf
signifikan 0,05.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas (kehandalan)
ditujukan untuk mengetahui
sejauhmana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya (reliabel). Suatu
pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan
terhadap kelompok subyek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama,
maksudnya ada toleransi terhadap
perbedaan ‐perbedaan kecil diantara
hasil beberapa kali pengukuran.
Analisis Data Diskriptif
Analisis ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik
responden yang diteliti serta masing‐
masing variabel dalam bentuk tabel
frekuensi dan angka prosentase.
Analisis Jalur (Path Analysis )
Analisis jalur adalah suatu bentuk
terapan dari analisis multi‐regresi.
Disini digunakan diagram jalur untuk
membantu konseptualisasi masalah atau
menguji hipotesis yang kompleks.
Dengan menggunakannya, dapat kita
hitung pengaruh langsung dan tak
langsung dari variabel bebas terhadap
suatu variabel terikat. Pengaruh ‐
pengaruh itu tercermin dalam apa yang
disebut sebagai koefisien jalur (path
coefficients ) yang sesungguhnya ialah
koefisien regresi yang telah dibakukan
(beta: β).
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Uji Hipotesis
1. Uji Analisis Jalur Pengaruh
Langsung (P1.1, P2.1, P2.3)
Hipotesis 1 (Jalur P1.1) : Gejala stres
berpengaruh signifikan secara langsung
terhadap Produktivitas Kerja.
Hasil analisis jalur
menunjukkan nilai signifikan dari
variabel Gejala Stres Kerja sebesar 0,000
dan nilai ini lebih kecil dibandingkan
dengan alpha 0,05 sebagai kriteria
keputusan, sehingga hipotesis tersebut
diterima atau dengan kata lain, variabel
Gejala Stres Kerja dinyatakan
mempunyai pengaruh terhadap
Produktivitas Kerja
Nilai Beta sebesar 0,705
menunjukkan tingkat pengaruh antara
Gejala Stres Kerja (X) dengan variabel
Produktivitas kerja (Z). Harga 0,705 X
merupakan koofisien regresi yang
15
menunjukkan bahwa setiap ada
penambahan 1 nilai/angka untuk gejala
stres kerja, maka akan ada kenaikan
produktivitas kerja sebsar 0,705.
2. Hipotesis 2 (Jalur P2.1) : Gejala Stres
Kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap Kinerja
Hasil perhitungan menunjukkan
nilai signifikansi Gejala Stres Kerja
sebesar 0,000 dan angka ini lebih kecil
dibandingkan dengan kriteria
keputusan Alpha sebesar 0,05, sehingga
hipotesis tersebut diterima atau dengan
kata lain, variabel Gejala Stres Kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap
Kinerja.
Gambar 4 : Model Analisis Jalur Hasil
Pengujian Hipotesis
Sumber: Data Primer diolah
(2010)
Tabel 1: Rekapitulasi Hasil Akhir
Pengujian Hipotesis
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Besarnya pengaruh antara Gejala
Stres Kerja (X) dengan variabel Kinerja
Karyawan (Y) adalah dengan cara
melihat Nilai Beta yakni sebesar ‐0,763.
Harga ‐0,763 X merupakan koefisien
regresi yang menunjukkan bahwa setiap
ada pengurangan 1 nilai/angka untuk gejala stres kerja, maka akan ada
penurunan Kinerja karyawan sebesar ‐
0,763.
3. Uji Analisis Jalur Pengaruh Tidak
Langsung (P3.1)
Hipotesis 3 (Jalur P3.1) : Gejala Stres
Kerja berpengaruh signifikan secara
tidak langsung terhadap Kinerja
Hasil pengujian hipotesis 1 di atas
menunjukkan bahwa variabel Gejala
Stres Kerja berpengaruh langsung
terhadap variabel Produktivitas Kerja
(P1.1 → Z) dan hasil pengujian hipotesis
4 menyatakan bahwa variabel
Produktivitas Kerja berpengaruh
langsung terhadap variabel Kinerja
(P
2.3), maka hipotesis ini diterima, atau
dengan kata lain, ada pengaruh
signifikan tidak langsung Gejala Stres
Kerja terhadap Kinerja.
Adapun untuk menghitung
pengaruh tidak langsung maka rumus
yang digunakan adalah: P3.1 = P1.1 x P2.3
atau 0,705 x ‐0,289 = ‐0,204, sehingga Hipotesis Jalur Pengaruh
Langsung Pengaruh Tak
Langsung Kesimpulan
H1 X → Z 0,705 ‐ Diterima
H2 X → Y ‐ 0,763 ‐ Diterima
H3 X → Z →Y ‐ ‐ 0,204 Diterima
H4 Z → Y ‐ 0,289 ‐ Diterima Gejala Stres Kerja (X) Produktivitas
Kerja Kinerja Karyawan
(Y) P1.1
p=0,000P2.3
p=0,011
P3.1 = P1.1x P2.3P2.1
p=0,000
16
pengaruh tidak langsung variabel Gejala
Stres Kerja terhadap variabel Kinerja
adalah sebesar ‐0,204.
Adapun pengaruh total variabel
Gejala Stres Kerja secara langsung dan
tidak langsung terhadap variabel
Kinerja adalah sebesar ‐0,289 + ‐0,204 = ‐
0,493.
4. Uji Hipotesis 4
Hipotesis 4 (Jalur P2.3) :Produktivitas
berpengaruh secara signifikan terhadap
Kinerja Karyawan
Nilai signifikansi variabel
Produktivitas sebesar 0,011 dan angka
ini lebih kecil dibanding kriteria
keputusan Alpha sebesar 0,05, sehingga
hipotesis diterima atau dengan kata lain,
variabel Produktivitas berpengaruh
secara signifikan terhadap Kinerja
Karyawan.
Besarnya pengaruh tersebut
adalah dengan cara melihat Nilai Beta
yakni sebesar ‐0,289. Nilai tersebut
menunjukkan tingkat pengaruh antara
Produktivitas (Z) terhadap Kinerja
Karyawan (Y). Nilai ‐0,289 merupakan
koefisien regresi yang menunjukkan
bahwa setiap ada pengurangan 1
nilai/angka untuk produktivitas, maka
akan ada penurunan kinerja karyawan
sebesar ‐0,289.
Pembahasan Penelitian
Pengaruh Gejala Stres Kerja terhadap
Produktivitas
Dari hasil pengujian hipotesis
terbukti bahwa variabel gejala stres
kerja memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap produktivitas.
Pengaruh positif mengindikasikan
bahwa gejala stres kerja pada Asuransi
Bumiputera di Kota Malang meningkat
sejalan dengan produktivitas
sebaliknya apabila gejala stres menurun
maka produktivitas juga akan menurun.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handoko (2001:202)
bahwa apabila karyawan tidak mengalami stres walaupun pada tingkat
yang rendah, tantangan ‐tantangan kerja
tidak ada sehingga prestasi kerja
cenderung rendah, karena tidak ada
usaha untuk menghadapi tantangan.
Sejalan dengan meningkatnya stres,
prestasi kerja karyawan cenderung naik
karena stres membantu karyawan untuk
mengerahkan segala kemampuan yang
dimilikinya dalam memenuhi berbagai
persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.
Dalam hal ini berarti dapat disimpulkan
apabila stres kerja mempunyai
pengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan.
Gejala stres yang meningkat akan
menyebabkan meningkatnya
produktivitas. Tuntutan profesionalitas
dari perusahaan yang semakin tinggi
dapat menimbulkan banyaknya
tekanan‐tekanan yang harus dihadapi
individu dalam lingkungan kerja.
Tuntutan untuk mendapatkan nasabah
baru yang ditargetkan dari Asuransi
Bumiputera dapat menyebabkan
karyawan merasa tertekan yang pada
akhirnya menjadi stres. Selain tekanan
yang berasal dari lingkungan kerja,
lingkungan perekonomian yang belum
stabil akibat badai krisis yang
berkepanjangan juga sangat potensial
menimbulkan tekanan. Tekanan yang
timbul dan berlangsung secara terus
menerus berpotensi menimbulkan
kecemasan. Dampak yang sangat
merugikan dari adanya gangguan
kecemasan yang sering dialami oleh
karyawan di perusahaan disebut stres.
Stres merupakan hasil reaksi emosi dan
fisik akibat kegagalan individu
beradaptasi pada lingkungan. Sejalan
dengan meningkatnya gejala stres kerja,
produktivitas cenderung naik, karena
gejala stres kerja tersebut membantu
karyawan untuk mengerahkan segala
sumber daya dalam memenuhi berbagai
persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.
Stres terhadap produktivitas dapat
berperan positif, hal ini sejalan dengan
17
pendapat Hariandja (2005:307) yang
menyatakan bahwa seseorang
mengalami banyak tuntutan dalam
pekerjaannya, tingkat usaha akan
ditingkatkan sehingga meningkatkan
prestasi kerja sampai titik tertentu di
mana seseorang masih mampu
mengatasinya.
Pengaruh Gejala Stres Kerja terhadap
Kinerja
Pengujian terhadap hipotesis II ini
menemukan bahwa gejala stres kerja
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja. Artinya bahwa
semakin tinggi gejala stres (gejala fisik,
gejala psikologis dan gejala
keperilakuan) akan menurunkan kinerja
dan sebaliknya semakin rendah gejala
stres maka akan dapat meningkatkan
kinerja. Pengaruh yang bersifat negatif
atau saling berkebalikan yang timbul
antara gejala stres dan kinerja sesuai
dengan penelitian ‐penelitian terdahulu
seperti yang diunkapkan Alfalailah
(2007) yang menemukan bahwa stres
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja..
Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa gejala stres
yang terlalu besar, dapat menyebabkan
kinerja karyawan akan menurun, karena
stres mengganggu pelaksanaan
pekerjaan di perusahaan yang
bersangkutan. Karyawan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya,
menjadi tidak mampu untuk mengambil
keputusan ‐keputusan dan perilakunya
menjadi tidak teratur. Akibat yang
ekstrim, adalah kinerja karyawan
tersebut menjadi nol, karena karyawan
menjadi sakit atau tidak kuat bekerja
lagi, putus asa, keluar dan bahkan
melarikan diri dari pekerjaan.
Pengaruh Gejala Stres Kerja dan
Produktivitas Terhadap Kinerja
Karyawan
Pengujian pada hipotesis III
menunjukkan bahwa gejala stres kerja dan produktivitas berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap kinerja.
Stres karyawan berada pada posisi
rendah, produktivitas karyawan berada
pada posisi yang buruk (produktivitas
karyawan jelek/rendah) dengan kata
lain bahwa target karyawan tidak
tercapai tetapi kinerja karyawan sudah
berada pada level tinggi.
Dalam realitanya di lapangan
seluruh karyawan bagian agen produksi
pada Asuransi Bumiputera di Kota
Malang dituntut (ditarget) untuk
memperoleh nasabah baru. Namun
perolehan nasabah baru tersebut tidak
semudah yang dibayangkan. Meskipun
tiap karyawan telah memberikan
penjelasan akan arti pentingnya
berasuransi, namun minat masyarakat
atau kesadaran masyarakat akan
asuransi masih cukup minim dengan
alasan mencari alternatif investasi yang
lain yang memberikan imbal hasil yang
menarik seperti bunga bank atau
deposito. Meskipun banyak perusahaan
asuransi yang berlomba ‐lomba untuk
membuat produk yang inovatif untuk
menarik masyarakat mencintai asuransi,
namun hal ini tidak memberikan
pengaruh yang berarti. Tetapi hal ini
tidak membuat karyawan tersebut
merasa tertekan atau terbebani
(sehingga stres masuk dalam kategori
rendah) karena mereka merasa sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk
memperkenalkan (mempresentasikan)
asuransi kepada tiap nasabahnya
sehingga hal inilah yang menyebabkan
stress karyawan agen produksi Asuransi
Bumiputera di Kota Malang berada
pada posisi rendah.
Mengingat setiap karyawan telah
berupaya optimal untuk menarik calon
nasabah baru meski perolehan (realisasi
pencapaian nasabah) tidak sesuai
dengan yang ditargetkan (produktivitas
rendah) namun hal ini sudah dianggap
sebagai penilaian yang positif oleh
pimpinan. Mengingat masih banyak
18
kriteria pengukur kinerja karyawan,
diantaranya adalah kejujuran, tingkat
ketelitian yang tinggi, disiplin tinggi,
tingkat absensi yang rendah, banyaknya
kegiatan yang terselesaikan secara tepat
waktu, memberikan pelayanan yang
baik kepada masing‐masing nasabah,
tanggungjawab, adanya perumusan
tujuan, terdapat kerjasama yang
harmonis, terjadi komunikasi dua arah,
tingkat kecakapan karyawan dalam
memberikan presentasi kepada setiap
nasabah dll, sehingga penilaian inilah
yang menunjukkan kinerja karyawan
agen produksi Asuransi Bumiputera di
Kota Malang sudah berada pada level
tinggi.
Kondisi ini bertolak belakang
(menolak) temuan Shahu (2008)
mengenai pengaruh stres kerja secara
tidak langsung terhadap kinerja
karyawan melalui produktivitas kerja,
dimana dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan apabila tingkat stres yang
tinggi berhubungan dengan kinerja
yang rendah sedangkan produktivitas
kerja yang tinggi menunjukkan kinerja
yang tinggi.
Pengaruh Produktivitas Terhadap
Kinerja Karyawan
Pengujian pada hipotesis IV
menunjukkan bahwa produktivitas
kerja berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Berarti, dengan adanya produktivitas
kerja, ternyata tidak mampu
memberikan stimulus untuk
meningkatkan kinerja. Apabila
penelitian ‐penelitian sebelumnya
mengenai produktivitas kerja dan
kinerja, umumnya berhubungan positif
(searah) yaitu apabila produktivitas
kerja meningkat akan mampu
meningkatkan kinerja atau seperti yang
disebutkan dalam teori mengenai
produktivitas kerja yang memberikan
dampak positif . Namun dalam
penelitian ini, bersifat negatif atau berbalik. Dalam penelitian yang
dikemukakan Parwanto dan
Wahyuddin (2003) bahwa: “Karyawan
yang profesional dapat diartikan
sebagai sebuah pandangan untuk selalu
perpikir, kerja keras, bekerja sepenuh
waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi,
dan penuh dedikasi demi untuk
keberhasilan pekerjaannya. Hubungan
produktivitas kerja dan kinerja menjadi
suatu sistem yang berlanjut”.
Dalam penelitian ini
menunjukkan apabila produktivitas
karyawan menurun tetapi kinerja
mengalami peningkatan. Produktivitas
mengalami penurunan mengingat
semua karyawan agen produksi tidak
ada yang dapat memenuhi ketentuan
untuk mendapatkan nasabah sesuai
dengan yang ditargetkan, karyawan
mendapatkan nasabah baru meski tidak
menunjukkan pertumbuhan yang
berarti, mengingat kesadaran
masyarakat Indonesia untuk ikut
program asuransi belum berkembang.
Meskipun para karyawan melakukan
pendekatan yang baik pada calon
nasabah baru, namun hal tersebut
belum mampu menarik masyarakat
untuk mencintai asuransi. Sedangkan
bagi perusahaan, hal ini sudah dianggap
baik. Dalam arti meski target tidak
sesuai dengan realisasi tetapi karyawan
sudah berusaha dengan itikad baik
untuk mengadakan pendekatan yang
berkualitas, meski hal itu tidak dapat
menarik calon nasabah baru. Terlebih
penilai kinerja tidak hanya dari
pencapaian target untuk memperoleh
nasabah saja, masih banyak kriteria lain
yang mendasari.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Gejala stres rendah, produktivitas
karyawan jelek dan kinerja karyawan
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada
umumnya penilaian kinerja dilihat dari
hasil yang dicapai dari pekerjaan
19
tersebut, tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana cara mengerjakannya
sedangkan pada Agen Produksi
Asuransi Bumiputera di Kota Malang,
seseorang dikatakan produktif bukan
hanya dilihat dari pencapaian target dan
realisasi dari karyawan agen produksi
saja (bukan hanya dari hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut). Namun
lebih dipertimbangkan mengenai
prinsip dasar yang dapat dijadikan
acuan bersama agar dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Prinsip dasar ini
menjadi pondasi yang kuat bagi kinerja
organisasi untuk mencapai tujuan.
Sebagai prinsip dasar dalam Asuransi
Bumiputera di Kota Malang adalah
menghargai kejujuran, memberikan
pelayanan yang baik kepada masing‐
masing nasabah, tanggung jawab,
kepuasan dalam bekerja, adanya
perumusan tujuan, terdapat kerjasama,
terjadi komunikasi dua arah,
a. Kejujuran
Kejujuran menampakkan diri dalam
komunikasi umpan balik yang jujur
kepada pimpinan maupun rekan
kerja. Kejujuran termasuk dalam
mengekspresikan pendapat,
menyampaikan fakta, memberikan
pertimbangan dan perasaan.
Kejujuran mempunyai beberapa
manfaat untuk menggali kebenaran
secara luas dan mendapat guna
memperoleh manfaat besar.
b. Pelayanan
Setiap aspek dalam proses kinerja
harus memberikan pelayanan
kepada setiap nasabah, karena
dengan memberikan pelayanan yang
baik akan menciptakan hubungan
yang baik dengan nasabah,
mengingat hal ini dapat menjaga
hubungan baik dalam waktu jangka
panjang dengan nasabah. Pimpinan
perusahaan menekankan agar tiap
karyawan dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada
nasabah ataupun calon nasabah mengingat apabila nasabah merasa
tidak puas terhadap suatu pelayanan
yang disediakan, maka pelayanan
tersebut dapat dipastikan tidak
efektif dan tidak efisien. Tingkat
kepuasan nasabah terhadap
pelayanan merupakan faktor yang
penting dalam mengembangkan
suatu sistem penyediaan pelayanan
yang tanggap terhadap kebutuhan
nasabah, meminimalkan biaya dan
waktu serta memaksimalkan
dampak pelayanan terhadap
populasi sasaran.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip
dasar yang harus dimiliki oleh
masing‐masing karyawan di
perusahaan. Dengan memahami dan
menerima tanggung jawab atas apa
yang dikerjakan dan tidak dikerjakan
untuk mencapai tujuan, karyawan
belajar tentang apa yang perlu
diperbaiki. Pengembangan kinerja
didasarkan pada anggapan bahwa
karyawan dapat memengaruhi hasil
dengan memperbaiki kecakapan
dalam kompetensi. Karyawan tidak
memerlukan izin untuk memperbaiki
kompetensi. Nasib karyawan berada
di tangan diri sendiri.
d. Kepuasan dalam bekerja
Prinsip bahwa bekerjasama untuk
mendapatkan kepuasan. Dengan
prinsip “kepuasan”, dalam
manajemen kinerja orang
mendapatkan kepuasan dari apa
yang dikerjakan. Apabila tidak
menerapkan prinsip “kepuasan”,
bekerja akan menjadi beban. Timbul
beban dalam diri karyawan, adanya
suatu perasaan bahwa kita harus
bekerja, kita tidak mempunyai
pilihan, dan pekerkaan kita harus
kita hargai sendiri.
e. Perumusan tujuan
Pimpinan perusahaan menyukai
karyawan yang merumuskan dan
mengklarifikasi tujuan organisasi.
20
Sesuai dengan jenjang organisasi
yang dimiliki, selanjutnya tujuan
yang hendak dirumuskan tersebut
dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di
tingkat yang lebih rendah, seperti
tujuan divisi, departemen, tim dan
individu. Hal tersebut perlu
dilakukan agar tujuan semua
tingkatan manajemen yang lebih
rendah memberikan kontribusi pada
pencapaian tujuan struktur di
atasnya secara berjenjang. Individu
member kontribusi tim, tim
memberikan kontribusi pada
departemen, departemen pada divisi
dan selanjutnya divisi memberikan
kontribusi pada organisasi.
f. Kerjasama
Pimpinan perusahaan memberikan
dukungan penuh pada karyawan
yang mau melakukan kerjasama
antara atasan dan bawahan daripada
menekankan pada control dan
melakukan paksaan. Apabila
karyawan melakukan pekerjaannya
dengan keterpaksaan, sebenarnya
mereka tidak memberikan dukungan
pada atasan. Apabila sebuah
pekerjaan dilakukan atas dasar
kesepakatan bersama, pekerja akan
menjadi lebih bertanggung jawab.
Manajemen kinerja bekerja atas dasar
kontrak kesepakatan antara atasan
dan bawahan. Dengan demikian,
bawahan menyadari dan
bertanggung jawab atas kontrak
kinerja yang sudah disetujuinya
sebagai standar kinerja. Sementara
itu, bagi atasan, kontrak kesepakatan
merupakan jaminan akan
tercapainya kinerja organisasi.
g. Komunikasi dua arah
Pimpinan perusahaan menyukai
karyawan yang mempunyai sifat
terbuka dan jujur serta mendorong
terjadinya komunikasi dua arah
antara atasan dan bawahan.
Komunikasi dua arah menunjukkan
adanya sikap keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak. Dengan
komunikasi dua arah, bawahan lebih
memahami apa yang diinginkan
atasan. Sebaliknya atasan lebih
memahami apa yang terjadi dan apa
yang diinginkan oleh bawahan.
Dengan demikian, dapat dihindari
terjadinya salah persepsi di antara
keduanya. Komunikasi membangun
saling pengertian bersama.
Komunikasi dua arah akan
menunbuhkan perasaan saling dapat
dipercaya dan berdampak pada
peningkatan perasaan
tanggungjawab. Pimpinan tidak ragu
memberikan delegasi tugas kepada
bawahan karena tahu bahwa
bawahannya bertanggung jawab.
Sementara itu, bawahan dengan
senang hati menerima delegasi tugas
karena percaya bahwa atasannya
menghargai kemampuannya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dalam beberapa hal
masih memiliki sejumlah keterbatasan.
Keterbatasan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Diupayakan untuk penggalian
informasi melalui pertanyaan
terbuka sehingga responden dapat
memberikan jawaban pada
pertanyaan tersebut yang hasil
jawabannya dapat digunakan
sebagai tambahan informasi untuk
kelengkapan pembahasan hasil
analisis serta implikasi penelitian.
2. Teknik pengambilan sampel
dengan cara sensus dapat
menghambat pengumpulan data
mengingat beberapa responden
tidak berada di tempat saat peneliti
melakukan research serta ada yang
sedang mengikuti pelatihan selama
beberapa minggu di Asuransi jiwa
Bersama Bumiputera di luar kota
dan hal ini tidak mungkin
diabaikan.
21
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka
penelitian mengenai pengaruh gejala
stres kerja dan produktivitas kerja
terhadap kinerja karyawan agen
produksi Asuransi Bumiputera di Kota
Malang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Peningkatan gejala stres kerja akan
dapat meningkatkan produktivitas
kerja pada karyawan agen
produksi Asuransi Bumiputera di
Kota Malang. sebaliknya apabila
gejala stres menurun maka
produktivitas juga akan menurun.
Hasil ini sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Handoko
(2001:202) bahwa apabila karyawan
tidak mengalami stres walaupun
pada tingkat yang rendah,
tantangan ‐tantangan kerja tidak
ada sehingga prestasi kerja
cenderung rendah, karena tidak
usaha untuk menghadapi
tantangan.
2. Semakin tinggi gejala stres kerja
(gejala fisik, gejala psikologis dan
gejala keperilakuan) akan
menurunkan kinerja karyawan
agen produksi Asuransi
Bumiputera di Kota Malang dan
sebaliknya semakin rendah gejala
stres maka akan dapat
meningkatkan kinerja. Hasil ini
didukung oleh Alfalailah (2007)
yang mengemukakan bahwa stres
berpengaruh berkebalikan dengan
kinerja.
3. Terdapat pengaruh yang tidak
langsung dari gejala stres kerja
terhadap kinerja karyawan melalui
produktivitas. Gejala stres kerja
karyawan berada pada posisi
rendah, produktivitas karyawan berada pada posisi yang buruk
(produktivitas karyawan
jelek/rendah) dengan kata lain
bahwa target karyawan tidak
tercapai tetapi kinerja karyawan
sudah berada pada level tinggi.
4. Produktivitas kerja ternyata tidak
mampu memberikan stimulus
untuk meningkatkan kinerja
karyawan agen produksi Asuransi.
Apabila penelitian ‐yang dilakukan
Parwanto dan Wahyuddin (2003)
mengenai produktivitas kerja dan
kinerja, umumnya berhubungan
positif (searah) yaitu apabila
produktivitas kerja meningkat akan
mampu meningkatkan kinerja atau
seperti yang disebutkan dalam teori
mengenai produktivitas kerja yang
memberikan dampak positif ,
namun dalam penelitian ini bersifat
negatif atau berbalik.
Saran‐saran
Hasil penelitian ini juga
merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Mengingat adanya pengaruh secara
langsung maupun tak langsung dari
gejala stres kerja, produktivitas
terhadap kinerja karyawan agen
produksi maka Asuransi Bumiputera
di Kota Malang perlu
memperhatikan hal‐hal yang
menjadi stressor (sumber stress)
karena dapat menimbulkan gejala
stres kerja yang bisa berdampak
negatif dan mempengaruhi
produktivitas dan kinerja dalam
jangka panjang. Oleh karena itu,
manajemen diri karyawan agen
produksi juga sangat diperlukan
agar setiap karyawan agen produksi
mampu menghadapi kondisi‐kondisi
gejala stres yang mengancam dan
menjadikan setiap potensi gejala
stres kerja sebagai suatu tantangan
yang dapat meningkatkan
produktivitas dan kinerja.
22
2. Pimpinan Asuransi Bumiputera di
Kota Malang diharapkan dapat
mempertahankan hubungan baik
diantara karyawannya agar terdapat
saling keterbukaan mengenai
munculnya gejala stres kerja yang
dapat menghambat pencapaian
poduktivitas dan kinerja. Bahkan
perlu juga dijadikan pertimbangan
mengenai faktor karakteristik
responden baik dari jenis kelamin,
usia, masa kerja, tingkat pendidikan
dan status perkawinan sebagai faktor
yang membedakan seseorang yang
satu dengan yang lain dalam
menghadapi munculnya gejala stres
kerja.
3. Bagi pengembangan penelitian
selanjutnya dengan topik yang sama,
perlu dilakukan pada ruang lingkup
yang lebih luas, karena penelitian ini
hanya berlaku pada karyawan agen
produksi saja. Dimungkinkan juga
dilakukan pada karyawan agen
debet dan agen pendidikan pada
Asuransi Bumiputera di Kota
Malang.
Demikian simpulan dan saran
yang penulis kemukakan dengan
harapan agar apa yang telah penulis
uraikan dapat membantu pihak
perusahaan dalam memberi masukan
berupa data empiris yang dapat
digunakan untuk memahami konsep
gejala stres dan produktivitas kerja
terhadap kinerja karyawan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik , Edisi Revisi V, Cetakan
Keduabelas, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Alfalailah. (2006). Analisis pengaruh
Stress peran terhadap kinerja dan
niat pindah agen asuransi . Tesis. MSDM. Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga. Surabaya
As’ad, Muhammad. 1991. Psikologi
Industri, Yogyakarta : Liberty.
Azizah. (2007). dengan mengambil judul
penelitian “Sumber Stres Kerja
dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pegawai (Studi Pada
Kantor Dinas Perhubungan dan
Pariwisata Kabupaten Malang)”.
Azwar, Saifuddin. (2007). Metode
Penelitian , Edisi Pertama,
Cetakan Kedelapan, Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bernaddin, H. J dan Russel, J. E. A
(1993). Human Resource
Management an Experiental
Approach . Singapore: Mc Graw‐
Hill, inc.
Frei RichardL., Racicot Bernadette,
Angela Travagline. (1998). The
Impact of Monorchronic and
Type
A Behavior Patterns on research
productivity and stress, Journal of
Managerial Psychology, vol 14
No. 5, MCB University Press
George Halkos and Dimitrios
Bousinakis. (2009). berjudul The
effect of stress and satisfaction on
productivity .
Gibson, James, John. M. Ivancevich, dan
James H. Donnelly. (1996).
Organisasi Perilaku Struktur
Proses ,
Jilid 1, Edisi Kedelapan,
Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
Gitosudarmo, Indriyo dan Sudita,
Nyoman, I. (2000). Perilaku
Keorganisasian , Edisi Pertama,
Cetakan Kedua, BPFE,
Yogyakarta.
23
Gomes, Faustino Cardoso. (2001).
Manajemen Sumber Daya
Manusia , Edisi Pertama, Cetakan
Kelima, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. (2000). Manajemen
Personalia dan Sumberdaya
Manusia , Edisi Kedua, Cetakan
Keempatbelas, BPFE, Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen
Personalia dan Sumberdaya
Manusia , Edisi Kedua, Cetakan
Kelimabelas, BPFE, Yogyakarta.
Hariandja, Marihot,
Tua, Efendi. (2005).
Manajemen Sumber Daya
Manusia , Cetakan Ketiga, PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Hasibuan, Malayu, S., P. (2008).
Manajemen Sumber Daya
Manusia , Edisi Revisi, Cetakan
Kesebelas, PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program
SPSS , Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Indriantoro Nur
dan Supomo Bambang.
(2002). Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen , Edisi Pertama,
Cetakan Kedua, BPFE,
Yogyakarta.
Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian
Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman ‐Pengalaman ,
Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Kongkiti Phusavat dan Watcharapon
Photaranon. (2006). dengan judul Productivity / Performance
Measurement Case Application At
The Government Pharamaceutical
Organization.
Kountor Ronny. (2004). Metode
Penelitian untuk Penulisan
Skripsi dan Tesis , Cetakan 2,
PPM, Jakarta Pusat.
Lopez (1982). A Test Of The If –
Consistency Theory Job
Performance Satisfaction
relationship, Academi Of
Management Journal.
Madhu Rathore and Vandana Kaushik.
(2009). dengan judul Stress Impact
on Industrial Area of Indian
Managers .
Mangkunegara, Prabu. Anwar. (2002).
Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan , PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Noermijati. (2010). Kajian Diskriptif
Tentang Kondisi Faktor Intrinsik
Dan Entrinsik Sera Kepuasan
Kerja Manajer Menengah –
Bawah. Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM) Vol 8 No. 1
Nisfiannoor, Muhammad. (2009).
Pendekatan Statistika Modern
untuk Ilmu Sosial ,
Penerbit
Salemba Humanika, Jakarta.
Parwanto dan Wahyuddin. (2003).
Pengaruh Faktor‐Faktor
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pusat Pendidikan
Komputer Akuntansi IMKA,
Surakarta, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Jurnal Pendidikan.
Rivai, Veithzal. (2005). Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk
24
Perusahaan Dari Teori ke
Praktik , Edisi Pertama, Cetakan
Kedua, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Sanusi, Anwar. (2003). Metodologi
Penelitian Praktis Untuk Ilmu
Sosial dan Ekonomi , Edisi
Pertama, Cetakan Pertama,
Buntara Media, Malang.
Shahu. (2008). dengan mengambil judul
“Effect of Job Stress and Job
Satisfaction on Performance : An
Empirical Study .
Siagian, Sondang P. (2002). Kiat
Meningkatkan Produktivitas
Kerja , Cetakan Pertama, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Singarimbun, Masri & Sofian, Effendi.
(Ed. 1995). Metode Penelitian
Survai , Cetakan Kedua, Edisi
Revisi.LP3S, Jakarta.
Solimun. (2002). Structural Equation
Modeling Lisrel dan Amos ,
Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya, Malang.
Steers, R. M. (1985). Efektivitas
Organisasi , Alih Bahasa
Madalena Jarmin. Jakarta,
Penerbit Erlangga.
Sulistiyani, Ambar Teguh, dan Rosidah.
(2003). Manajemen Sumber Daya
Manusia Konsep, Teori dan
Pengembangan dalam Konteks
Organisasi Publik , Edisi Pertama,
Cetakan Pertama, Penerbit Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Suprihanto, John, Agung M. Harsiwi,
dan Prakosa Hadi. (2003).
Perilaku Organisasional , Cetakan
Pertama, Penerbit YKPN,
Yogyakarta.
Tika, Pabundu. (2008). Budaya
Organisasi dan Peningkatan
Kinerja Perusahaan , Cetakan
Kedua, Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Tohardi, Ahmad. (2002). Pemahaman
Praktis Manajemen Sumber Daya
Manusia , Cetakan Pertama,
Penerbit Mandar Maju,
Bandung.\
Trang. (2004). meneliti tentang “Analisis
Pengaruh Stres dan Kompensasi
Terhadap Produktivitas Pada
Penyuluh Keluarga Berencana
di
BKB Kota Tomohon
Umar, Husein. (2008). Metode
Penelitian untuk Skripsi dan
Tesis Bisnis , Edisi Kedua,
Penerbit PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Usman Bashir dan Muhammad Ismail
Ramay. (2010). dengan judul
Impact of Stress on Employees Job
Performance A Study on Banking
Sector of Pakistan .
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja ,
Edisi Pertama, Penerbit PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Widayat. (2004). Metode Penelitian
Pemasaran (Aplikasi Software
SPSS) , Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, UMM Press, Malang.
Yuli, Sri Budi. (2005). Manajemen
Sumber Daya Manusia , Cetakan
Pertama, Penerbitan Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Copyright Notice
© Licențiada.org respectă drepturile de proprietate intelectuală și așteaptă ca toți utilizatorii să facă același lucru. Dacă consideri că un conținut de pe site încalcă drepturile tale de autor, te rugăm să trimiți o notificare DMCA.
Acest articol: ANALISIS PENGARUH GEJALA STRES KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KINERJA KARYAWAN ASURANSI BUMIPUTERA DI KOTA MALANG PUBLIKASI ILMIAH UNTUK MEMENUHI… [600617] (ID: 600617)
Dacă considerați că acest conținut vă încalcă drepturile de autor, vă rugăm să depuneți o cerere pe pagina noastră Copyright Takedown.
