Binder1 Modul Teguh [630029]

ii | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI

Sejarah Lokal Su nan Giri | iii Kata Pengantar
o

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmat -Nya modul pembelajaran sejarah berbasis sejarah lokal melalui
kajian situs makam Sunan Giri di SMA Negeri I Gresik pada kompetensi dasar 3.2
Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan -kerajaan besar Islam untuk menentukan faktor yang
berpengaruh pada kehidupan masyar akat Indonesia pada masa itu dan masa kini.
Modul ini disusun berdasarkan permasalahan yang terjadi terhadap kurang minat
belajar siswa terhadap sejarah lokal, maka diharapkan modul ini dapat mening –
katkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap pengeta huan sejarah lokal.
Modul ini dikembangkan sesuai dengan kurikulum 2013. Kompetensi inti yang
terkandung dalam modul ini yakni berkenaan dengan memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan peradaban terkait.
Modul ini dikembangkan dan disesuaikan dengan kompetensi dasar mau pun
komptensi inti yang berkenaan sengan ssosial, ekonomi dan budaya masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan -kerajaan besar Islam sehinga siswa diharapkan
mampu memahami dan menganalisis pengentahuan, teknologi, budaya, dan
humaniora dengan perdaban terka it.

Sidoarjo, Juli 2017

Penulis

iv | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI

Sejarah Lokal Su nan Giri | v Daftar Isi
o

PENGANTAR ………………………….. ………………………….. ………………………….. …… iii
DAFTAR ISI ………………………….. ………………………….. ………………………….. …… v
IDENTITAS MATA PELAJARAN ………………………….. ………………………….. ……….. vi
PANDUAN PEMBELAJARAN UNTUK GURU ………………………….. …………………… vii
RPP ………………………….. ………………………….. ………………………….. …………….. iv

ISI MODUL
A. Agama Islam Masuk Ke Jawa ………………………….. ………………………….. ……… 1
B. Silsilah Su nan Giri ………………………….. ………………………….. ………………….. 6
C. Sunan Giri Sebagai Wali Sanga ………………………….. ………………………….. …… 14
D. Sunan Giri Sebagai Raja di Giri Kedaton ………………………….. ……………………. 19
E. Keperbukalaan Sunan Giri ………………………….. ………………………….. …………. 26
F. Karakteristik kehidupan Masyarakat dan Kebudayaan Pada Masa
Pemerintahan Sunan Giri ………………………….. ………………………….. ……………. 44
G. Jasa-Jasa Sunan Giri Terhadap Penyebaran Islam di Indonesia . …………………….. 47
H. Daftar Gambar Keperbukalaan ………………………….. ………………………….. ……. 49
I. Evaluasi Modul ………………………….. ………………………….. ……………………….. 53

DAFTAR PUSTAKA ………………………….. ………………………….. ……………………… 56

vi | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Identitas Mata Pelajaran

Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : XI
Satuan Pendidikan : SMA
KOMPETENSI INTI 3 : Kompetensi inti yang terkandung dalam modul ini yakni
berkenaan dengan memahami, menerapkan, dan meng –
analisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan huma –
niora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
peradaban terkait
Kompetensi Dasar 3.2 : Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan -kerajaan besar Islam untuk menentukan faktor
yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia
pada masa itu dan masa kini.
Materi Pokok : (1) Agama Islam Masuk ke Jawa (2) Silsilah Sunan Giri
(3) Sunan Giri Sebagai Walisanga (4) Sunan Giri I Sebagai
Raja Giri Kedaton (5) Keperbuklaan Sunan Giri (6) Karak –
teristik Kehidupan Masyarakat dan Kebudayaan pa da
Masa pemerintahan Sunan Giri I (7) Jasa -Jasa Sunan Giri I
Terhadap Penyebaran Islam Di Indonesia.

Sejarah Lokal Su nan Giri | vii Panduan Pembelajaran untuk Guru
Panduan pembelajaran untuk guru dibagi menjadi tiga tahap. Tahap tersebut antara
lain: tahap pesiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pasca pelaksanaan
A. Tahap Persiapan Pembelajaraan
Guru perlu memperhatikan beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap
persiapan pembelajaran, antara lain: kompetensi yang akan dicapai, kerangka
isi, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
B. Tahap Pelaksanaan
C. Tahap Pasca Pelaksanaan
1. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator
1) Kompetensi inti berkenaan dengan pengetahuaan kelas XI (K13)
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, ken egaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
2) Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
3.1 Menganalisis sistem pemerinta –
han, sosial, ekonomi, dan kebu –
dayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan -kerajaan
besar Islam untuk menentukan
faktor yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat Indonesia
pada masa itu dan masa kini.
a. Menganlisis kehidup an sosial
dan budaya masarakat pada
masa Sunan Giri.
b. Menganalisis kehidupan
ekonomi masarakat pa da masa
kerajaan -kerajaan Islam.
c. Menganalisis faktor yang
mempengaruhi kehidupan
masarakat di sekitar situs
makam sunan giri pada masa itu
dan masa kini.

viii | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Gresik
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan -kerajaan besar Islam
Program : IPS
Jumlah Pertemuan : 1 Kali Pertemuan
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

1. Kompetensi Inti :
Dengan memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan peradaban terkait.
2. Kompetensi Dasar :
Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekono mi, dan kebudayaan masyara –
kat Indonesia pada masa kerajaan -kerajaan besar Islam untuk menentukan
faktor yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu
dan masa kini.
3. Indikator :
a. Menganlisis kehidupan sosial dan budaya masarakat pad a masa Sunan Giri.
b. Menganalisis kehidupan ekonomi masarakat pada masa kerajaan -kerajaan
Islam.
c. Menganalisis faktor yang mempengaruhi kehidupan masarakat di sekitar
situs makam sunan giri pada masa itu dan masa kini.
4. Tujuan Pembelajaran :
a. Siswa mampu menganlisis kehidupan sosial dan budaya masarakat pada
masa Sunan Giri dengan benar .

Sejarah Lokal Su nan Giri | ix b. Siswa mampu menganalisis kehidupan ekonomi masarakat pada masa
kerajaan -kerajaan Islam dengan benar.
c. Siswa mampu menganalisis faktor yang mempengaruhi kehidupan masar akat
di sekitar situs makam sunan giri pada masa itu dan masa kini dengan.
5. Materi Ajar :
Pada pertemuan kali ini akan menjelaskan tentang (1) Agama Islam Masuk ke
Jawa (2) Silsilah Sunan Giri (3) Sunan Giri Sebagai Walisanga (4) Sunan Giri I
Sebagai Raja Giri Kedaton (5) Keperbuklaan Sunan Giri (6) Karakteristik
Kehidupan Masyarakat dan Kebudayaan pada Masa pemerintahan Sunan Giri I
(7) Jasa -Jasa Sunan Gi ri I Terhadap Penyebaran Islam d i Indonesia.
6. Pendekatan dan Metode
a. Pendekatan mengunakan kooperatif
b. Metode PQ4R
7. Langkah -Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru melakukan pembukaan
dengan salam dan
menyiapkan perserta didik
secara psikis dan fisik.
2. Guru mengkomunikasikaan
tujuan pembelajaran dan
mengemukakan topik yang
akan di pelajari.
3. Guru menggali informasi
berupa pemahaman dan
pengetahuan siswa tentang
materi. 10 Menit
Kegiatan Inti 1. Siswa ditunjukkan media
gambar yang terkait dengan
Situs makam Sunan Giri.
2. Siswa dibagi dalam 6
kelompok yang
beranggotakan 5 – 6 anak.
3. Setiap kelompok
mendapatkan tugas 60 Menit

x | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI menganalisis:
– Sejarah dakwah Sunan Giri
– Peninggalan -peninggalan
sunan giri baik berupa situs
maupun ajaran -ajaran Sunan
Giri.
– Siswa mampu mengaitkan
kejadian masa lampau pada
zaman Sunan Giri dengan
kejadian masa sekarang.
4. Setiap siswa terlibat aktif
dalam diskusi kelompok.
5. Setiap siswa yang terga -bung
dalam kelompok mencatat
hasil diskusi.
6. Siswa menuangkan ide dan
gagasan baru terkait situs
makam Sunan Giri I.
7. Siswa melaporkan hasil diskusi
dari masing2 kelompok nya
dan kelompok lain
menanggapi.

Kegiatan Penutup 1. Klarifikasi/kesimpulan siswa
dibantu oleh guru
menyimpulkan materi situs
makam Sunan Giri I dan
hasil-hasil peninggalannya .
2. Evaluasi untuk mengukur
ketercapain tujuan
pembelajaran .
3. Siswa melakukan refleksi hasil
dari pembelajaran yang
sudah dilakukan .
4. Siswa membuat tugas
menyajikan peninggalan
Sunan Giri I .

Sejarah Lokal Su nan Giri | xi 8. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah Indonesia kelas XI IPS
 Modul Sunan Giri
 White board
 Power point
 Internet
9. Penilaian Hasil Belajar
a. Tes
1. Uraian
b. Non tes
1. Lembar pengamatan kerja klompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
Format Lembar Penilaian Diskusi (Kelompok)
No. Sikap/Aspek yang dinilai Nama
kelompok/
peserta didik Nilai
Kualitatif Nilai
Kuantitatif
Penilaian kelompok
1. Menyelesaikan tugas kelompok
dengan baik
2. Kerjasama kelompok (komunikasi)
3. Hasil tugas (relevansi dengan bahan)
4. Pembagian Job
5. Sistematisasi Pelaksanaan
Jumlah Nilai Kelompok
Format Lembar Penilaian Diskusi (Individu Peserta Didik)
No. Sikap/Aspek yang dinilai Nama
kelompok/
peserta didik Nilai
Kualitatif Nilai
Kuantitatif
Penilaian Individu Peserta didik
1. Berani mengemukakan pendapat
2. Berani menjawab pertanyaan
3. Inisiatif
4. Ketelitian
5. Jiwa kepemimpinan
6. Bermain peran
Jumlah Nilai Individu

xii | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Kriteria Penilaian
Kriteria
Indikator Nilai Kualitatif Nilai
Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang cukup 1
Lembar Keaktifan Dalam Diskusi
No Aspek yang dinilai Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
1. Bertanya (cara)
2. Menjawab pertanyaan
3. Kesesuaian dengan topik kajian
4. Cara menyampaikan pendapat
5. Antusiasme mengikuti
pembelajaran
Kriteria Penilaian :
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang 1

Mengetahui, Gresik, 12 Juli 2017
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran sejarah

…………………………… ……………………………………….

Sejarah Lokal Sunan Giri | 1 A. Agama Islam Masuk ke Jawa
Masuknya agama Islam adalah ketika agama Islam baru dikenal oleh bangsa
Indonesia yang dikenalkan oleh para niagawan muslim pada saat melakukan
transaksi niaga di Pasar. Seperti halnya dengan awal masuknya agama Hindhu dan
Budha, pada saat itu para penganut Hindhu dan Budha belum membangun
kekuasan politik. Sedangkan perkembangan agama Islam adalah pada saat umat
Islam telah membangun kekuasaan politik Islam atau Kesultanan (Mansur
Suryanegara, 2013:115)
Menurut Prof. Dr Ahwan Muka rrom terdapat perbedaan pendapat tentang waktu
awal masuknya Islam ke Nusantara, daerah asal serta pembawanya. Perbedaan
pendapat berkisar pada dua kubu pokok. Pendapat pertama mengatakan bahwa
Islam mulai masuk ke Nusantara atau Indonesia adalah pada awa l abad pertama
Hijriyah atau pada awal abad tujuh Masehi yang dibawa oleh para dai dari Arab.
Pendapat ini dikatakan oleh Dr. Hamka. Dr Tujimah, Van Leur, dan lain -lain.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa Islam masuk Nusantara atau Indonesia
pada akhir a bad-12 atau awal abad -13 yang dibawa oleh pedagang dari India,
Persia.Pendapat ini dikatakan oleh Prof.Snouck Hurgronye, Prof Husein
Dadjaningrat, dan lain -lain. Sedangkan untuk sarana Islamisasi setidaknya terdapat
lima sarana pokok, yaitu sarana perdagan gan, perkawinan, kesenian, politik
kekuasaan dan pendidikan (Ahwan Mukarrom,2014:60 -76).
Ahmad Mansur Suryanegara juga menilai masih belum ada kesamaan paham
mengenai masuk dan perkembangan agama Islam .Padahal kedua hal tersebut
berbeda jauh pengertiannya .Mengutip pendapatnya Prof. H. Mohammad Yamin
mengenai waktu masuk dan perkembangan agama Islam di Nusantara Indonesia.
Beliau menyatakan apabila diperhatikan bahwa Kesultanan Samudera Pasai didirikan
pada tahun 1275 M dan Kerajaan Hindhu Majapahit didirik an pada tahun 1294 M.
Terjadi selisih waktu 19 tahun, Kesultanan Sam udera Pasai lebih awal didirikan
daripada Kerajaan Hidhu Majapahit. Dengan demikian pendapat yang menyatakan
bahwa agama Islam baru masuk Nusantara sesudah keruntuhan Kerajaan Hindu
Majap ahit masih menjadi pertanyaan (Mansur Suryanegara, 2013:115).
Thomas Stamfford Raffles mengungkapkan bahwa referensi awal mengenai
kepercayaan pada agama Islam ini, terdapat dalam catatan sejarah Jawa yang
muncul pada abad ke -20 tahun Jawa (1250). Ketika a danya sebuah usaha untuk

2 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI mempengaruhi pangeran Sunda gagal.Usaha selanjutnya pada akhir abad empat
belas, beberapa misionaris menetap -kan dirinya dipropinsi bagian barat. Dalam
catatan sejarah Jawa dan tradisi umum di daerah, hal itu terjadi pada awal abad ke-
15 tahun Jawa atau sekitar 1475 M dimana kerajaan Hindhu Majapahit berkuasa
namun kemudian tergeser oleh agama Islam yang mengokohkan dirinya di negeri
ini. Ketika Portugis datang pertama kali ke Jawa pada tahun 1511 M, mereka
menemukan seorang raja Hi ndhu di Bantam yang mengatakan bahwa mereka
kehilangan hak atas propinsinya sebagai akibat muncul dan bertahtanya raja yang
menganut agama Islam. Tetapi dengan penge -cualian sejumlah kecil wilayah
dibagian dalam dan wilayah pegunungan, seluruh pulau tampak nya sudah
terpengaruh ajaran agama Islam sekitar abad -16, atau sekitar akhir periode
keberadaan Belanda di Batavia pada tahun 1620 ( Stamford Raffles,2014:1 -2)
Hal tersebut menandakan bahwasanya Islam memang datang ketika kekuasaan
Hindhu masih berkuasa di Nusantara, bukan ketika kerajaan Hindhu sudah
mengalami kehancuran.Meskipun pada awalnya dimungkinkan penyebaran agama
Islam melalui jalur perdagangan.Belum pada tahapan penyebaran agama Islam
melalui kekuasaan.Jawa dikenal oleh penduduk Eropa dengan nama Jawa atau Jawa
Besar, biasa disebut oleh penduduknya dengan nama Tana (tanah) Jawa atau Nusa
(pulau) Jawa, adalah bagian terbesar dari apa yang disebut para ahli geografi
sebagai Kepulauan Sunda. Pulau ini sering dianggap sebagai Kepulauan Malaya,
yang me mbentuk gugusan Kepulauan oriental, dan kemudian dikatakan sebagai
kepulauan Asiatik. Apa yang menyebabkan pulau ini dinamai dengan Jawa tidak
diketahui dengan pasti . Namun ada suatu cerita yang beredar bahwasanya para
pendatang pertama dari India menemuk an biji -bijian dengan nama Jawawut yang
telah dikenal oleh penduduk awal pada periode itu.Nama lain dari pulai ini
sebelumnya adalah Nusa Hara -hara atau Nusa Kendang yang berarti pulau yang
masih liar atau yang bertepian bukit ( Stamford Raffles,2014:352). Begitulah sekilas
mengenai penyebutan pulau Jawa. Belum ada referensi yang secara pasti mengenai
kebenaran penyebutan nama tersebut.
Kedatangan Agama Islam di Jawa dikuatkan dengan adanya makam Fatimah Binti
Maimun yang terletak di Leran Gresik.Pada abad k e-11 kekuasaan politik Islam di
Leran Gresik dibangun oleh Fatimah Binti Maimun yang wafat pada Rajab 475 H
atau Desember 1082 M. Pendirian kekuasaan politik Islam tersebut hampir
bersamaan waktunya dengan masa tahta kekuasaan politik Hindhu Kediri di bawa h

Sejarah Lokal Sunan Giri | 3 Raja Airlangga (1019 -1042 M), dan Raja Prabu (1113 -1157 M). Berdirinya kekuasaan
politik Islam Leran di Gresik, Jawa Timur, jauh sebelum kerajaan Hindhu Majapahit
dibangun di Trowulan Mojokerto, Jawa Timur,1294 M. Sementara oleh beberapa
kalangan sejaraw an nisan Fatimah binti Maimun tidak diakui karena nisannya
tunggal ( Mansur Suryanegara,2013:155).
Masuknya Islam di Jawa dilatar belakangi oleh jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan
penguasa Islam melalui perjuangan politik. Jatuhnya Malaka membuat Islam
semakin berkembang di Jawa dengan jalan perdagangan yang menghubungkan
Selat Malaka dan Jawa. Hubungan bilateral inilah yang menjadi kesempatan bagi
para saudagar muslim untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa yang dimulai
sebelum tahun 1511 M. Selain hu bungan tersebut, banyaknya orang Jawa yang
merantau ke Malaka baik sebagai prajurit maupun pedagang, pada akhirnya mereka
membentuk komunitas atau memiliki kawasan sendiri yang disebut Kampung Jawa.
Di wilayah ini biasanya para dai masuk dan mengajarkan ag ama Islam. Secara
otomotis ketika orang yang merantau tersebut pulang ke daerah asalnya, maka
mereka akan menyebarkan agama Islam diwilayahnya sendiri seperti Gresik dan
Tuban (Abu Su’ud,2003:122). Secara umum , masuknya Agama Islam ke wilayah
Nuasantara d ilakukan dengan jalan perdamaian. Hanya terdapat beberapa
penggunanan legitimasi seorang raja untuk mempengaruhi rakyatnya.
Padatnya lalu lintas perdagangan di pesisir Jawa yang sekarang dikenal dengan
pantura pada awal abad 15 -an memberikan pengaruh yang besar terhadap sosial
budaya penduduk Jawa. Pada saat itu daerah urban seperti Surabaya, Gresik, Tuban,
Jepara, Pekalongan, Cirebon dan Banten dikenal memiliki sosok masyarakat yang
plural. Berbeda dengan daerah Jawa sebagian Pedalaman yang cenderung tert utup
(Masroer,2004:26).
Penyebaran agama Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peranan tokoh yang
dikenal dengan sebutan wali. Istilah wali sanga masih menjadi kontroversi karena
tidak ada rujukan yang kuat mengenai arti istilah tersebut.Pendapat yang s empat
beredar adalah bahwa wali artinya orang yang dikasihi Allah, s ongo berarti sembilan
sehingga artinya menjadi para kekasih Allah yang berjumlah sembilan. Namun ada
juga yang mengaitkan makna “sana” dengan kediaman atau empat, artinya bahwa
mereka para pendakwah Islam di Jawa tersebut adalah para kekasih Allah yang
berdakwah dibeberapa daerah Jawa sesuai dengan tempatnya masing -masing. Dan
dikuatkan bahwa nama -nama para wali tersebut banyak terkait dengan daerah basic

4 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI dakwahnya.Seperti Sunan Ampel bertu gas di Ampel Denta Surabaya, Sunan Gresik
di Gresik, dan lain sebagainya (Ahwan Mukarrom,2014:198).
Wali adalah orang yang sangat cinta kepada Allah dan memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang agama Islam. Peranan Islamisasi di Jawa sangat terbantu deng an
adanya sembilan orang suci ini.Kegiatan mereka dalam mengislamkan raja atau
penguasa serta masyarakat Jawa, khususnya di wilayah pantai utara sering
dituturkan dengan menggunakan hikayat, sejarah dan tradisi lokal. Terdapat
sembilan orang yang menjadi b agian Walisongo, yaitu:
1. Sunan Ampel
2. Sunan Giri
3. Sunan Bonang
4. Sunan Gunung Jati
5. Sunan Muria
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Drajat
8. Sunan Kudus
9. Syekh Siti Jenar (Uka Tjandrasasmita,2009:28).
Ada pendapat lain mengenai sembilan wali tersebut, yaitu:
1. Sunan Maulana Mali k Ibrahim (Syekh Malik Maghribi)
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
4. Sunan Bonang
5. Sunan Gunung Jati
6. Sunan Muria
7. Sunan Kalijaga
8. Sunan Drajat
9. Sunan Kudus (Research Islam,1975:61).
Dari kedua pendapat diatas terlihat adanya perbedaan mengenai pengelompokan
wali. Pendapat yang pertama masuknya Syekh Siti Jenar dalam sembilan wali
tersebut, namun tidak adanya Syekh Malik Maghribi. Sedangkan pendapat yang
kedua sebaliknya, Syekh Malik Maghribi masuk dalam sembilan wali tersebut.
Apabila dilihat pendapat pertama lah yang vali d. Mengingat hidup Syekh Malik
Maghribi tidak semasa dengan para wali tersebut. Beliau meninggal pada tahun

Sejarah Lokal Sunan Giri | 5 1419 M. Namun beberapa penduduk Jawa tetap menganggapnya sebagai Wali
sanga karena beliau berkontribusi bagi penyebaran agama Islam di Jawa.
Agama I slam yang berkembang di Jawa terlihat hanya menekankan penampakan
dan pelaksanaan, tetapi hanya sedikit yang berakar dalam hati orang -orang Jawa.
Beberapa orang diantara mereka sangat antusias dan semua mendukung serta
merespons doktrin tersebut (Stamford Raffles,2014:354). Faktor pemicunya karena
jauh sebelum Islam masuk ke Jawa, masyarakatnya sudah menganut ajaran
animisme dan dinamisme. Kepercayaan masyarakat Jawa juga sudah dipengaruhi
oleh ajaran Hindhu Budha yang berasal dari India.
Pada dasarnya masy arakat Jawa sendiri memiliki karakteristik yang dapat menerima
suatu hal yang baru dengan terbuka. Mereka bisa menerima ajaran agama Islam
dengan baik. Namun mereka tidak bisa berevolusi untuk meninggalkan aturan, adat
istiadat dan kepercayaan agama lama. Mereka masih menjalankan beberapa
kebiasaan agama lama. Hal inilah yang menjadikan wali sanga sebagai pendakwah
agama Islam berusaha mengajarkan agama Islam dengan cara mengkompromikan
Islam dengan kepercayaan lama mereka. Cara ini dilakukan agar Islam bi sa diterima
dengan baik tanpa meninggalkan esensi ajaran agama Islam sendiri.
Sebagai elite masyarakat, para wali bukan hanya memiliki kapasitas dalam bidang
keagamaan atau ilmu keislaman saja, melainkan kapasitas yang mampu menyele –
saikan problema yang di hadapi oleh masyarakat Jawa khususnya pada masa
peralihan. Tugas wali sanga menurut Hasanu Simon untuk menyiarkan agama Islam
di tanah Jawa dengan mandat dari Sultan Muhammad I, penguasa ke lima Imperium
Turki Usmani (Ahwan Mukarrom,2014:98 -99).
Dalam memb ahas proses Islamisasi di Jawa, peran para wali Sanga selalu mendapat
perhatian yang ekstra. Hal ini disebabkan kareana pada umumnya apresiasi
terhadap orang -orang suci ini cukup besar sampai sekarang (Ahwan Mukarrom,
2014:98 -99). Bahkan menurut Raffles, s etiap daerah di Jawa memiliki ulama sendiri,
dan memiliki sebuah masjid atau bangunan yang difungsikan sebagai tempat
ibadah.Penganut Islam juga mendapatkan pelayanan utama dalam berbagai hal
yang terkait dengan pemecahan masalah, pernikahan, perceraian hi ngga perkara
wasiat.
Antusiasme masyarakat terhadap para wali juga terlihat sampai sekarang.Bisa dilihat
dengan maraknya praktik ziarah kubur. Hingga menjadikan ziarah kubur sebagai

6 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI bisnis wisata religi yang dikelola secara profesional. Masyarakat melakuka n ziarah
kubur bertujuan untuk mengingat kematian, meneladani perjuangan hidup para
wali hingga mempelajari sejarahnya.
B. Silsilah Sunan Giri
Pembahasan mengenai silsilah tidak bisa terlepas dengan sarana penyebaran agama
Islam melalui jalur perkawinan. Mela lui perkawinan inilah nantinya akan mencetak
generasi penerus keluarga muslim yang pada akhirnya akan menjadi perkumpulan
komunitas muslim. Islamisasi melalui pernikahan juga tidak memiliki resiko yang
cukup berarti, namun justru menguntungkan. Para saudag ar dan pendakwah agama
Islam yang melakukan perkawinan ini dikarenakan umunya mereka berasal dari
negeri yang jauh tidak membawa istri ketika mereka berdagang maupun
berdakwah.Padahal mereka melakukan kegiatan tersebut dalam jangka waktu yang
lama. Untuk i tulah sebagian dari mereka memperistri penduduk pribumi.
Penduduk pribumi yang notabene seorang bangsawan rela untuk menjodohkan
anaknya dengan saudagar. Dengan adanya perkawinan ini otomatis akan sama –
sama untung. Saudagar dan pendakwah agama Islam diuntu ngkan karena menikah
dengan bangsawan akan mengangkat derajatnya, sedangkan bangsawan akan
terangkat ekonominya dengan harta yang dimiliki saudagar dan terangkat
derajatnya karena ilmu yang dimiliki oleh pendakwah agama Islam.
Islamisasi melalui jalur perk awinan lebih intensif lagi apabila terjadi perkawinan
antara saudagar, ulama dengan anak -anak bangsawan setempat terutama raja -raja.
Kareana status mereka akan mempermudah Islam untuk berkembang di
masyarakat. Saluran Islamisasi melalui perkawinan juga di nilai lebih menguntungkan
karena status sosial ekonomi, terutama politik raja -raja, adipati -adipati, dan
bangsawan -bangsawan yang pada waktu itu turut mempercepat Islamisasi. Seperti
perkawinan Maulana Ishak yang datang ke Blambangan dan melakukan perkawin an
dengan putri raja negeri tersebut yang kemudian melahirkan Sunan Giri.
(Marwati&Nugroho,1984:190).
Maulana Ishak atau Maulana Alul Islam dari Pasai Malaka merupakan seorang
pandita ternama yang telah menyerahkan dirinya dalam usaha penyucian diri dan
mengakui kebesaran -Nya. Setelah mendengar bahwa di daerah Ampel ada seorang
raja yang sangat giat menyebarkan agama Islam. Ia pun pergi ke Ampel dan
membantu Sunan Makdum untuk menyebarkan ajaran agama. Suatu ketika

Sejarah Lokal Sunan Giri | 7 Maulana Ishak datang ke Blambangan untuk m engobati putri Raja, yaitu Dewi
Sekardadu.Dewi Sekardadu menderita penyakit yang sukar disembuhkan. Atas izin
Allah, setelah Maulana Ishak berdoa penyakit Dewi Sekardadu pun sembuh. Karena
raja Blambangan (Menak Sembuyu) sudah berjanji untuk menikahkan put rinya
dengan Maulana Ishak apabila putrinya sembuh, maka menikahlah keduanya. Dan
akhirnya mempunyai anak yang bernama Sunan Giri.
Sunan Giri atau Raden Paku adalah putera dari Imam Ishaq Makdum (Maulana
Ishak) bin Ibrahim Al -Ghozi (Ibrahim Asmoro) bin Jam alludin bin Ahmad bin
Abdullah bin Abdul Malik bin Alawi bin Muhammad Shahibul Mirdad bin Ali Kholi
Qosam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi nin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin
Isa Muhammad al Naqib bin Ali al Aridhi bin Ja’far as Shadiqbin Muhammad al
Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husain bin Imam Ali bin Husein bin Ali (Reseacrh
Islam,1975:101).
Menurut berbagai sumber Sunan Giri memiliki nama lain yaitu Raden Paku atau
Maulana Yaqin. Ia dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Maulana Ishaq dari
Pasai serta ibunya bernama Dewi Sekardadu yang merupakan putri Raja
Blambangan (Agus Sunyoto,2012:64). A.F Ali Erfan dalam bukunya yang berjudul
Sejarah Kehidupan Kanjeng Sunan Giri menyatakan bahwasanya Sunan Giri lahir di
Blambangan Jawa Timur pada tahun 13 65 Saka atau tahun 1443 Masehi. Masih
dalam buku yang sama, Ali Erfan juga menjelaskan mengenai silsilah Sunan Giri
hingga sampai pada Rasulullah. Silsilah tersebut sebagai berikut:
1. Rasulullah Saw
2. Siti Fatimah
3. Sayyid Khusen
4. Sayyid Zainal Abidin
5. Sayyid M. A l Baqir
6. Sayyid Ja’far Shadiq
7. Sayyid Muraidhij
8. Sayid Muchamal
9. Sayyid Isa
10. Sayyid Ahmad Al -Muhajir
11. Sayyid Ubaidillah
12. Sayyid Alwy
13. Sayyid Ali Chalil Qasam

8 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI NABI MUHAMMAD. SAW. Siti FatimahSayyid
KhusenSayyid Zainal
Abidin
Sayyid M. Al
BaqirSayyid Ja’far
ShadiqSayyid
MuraidhijSayid
MuchamalSayyid Isa
Sayyid
Ahmad Al –
MuhajirSayyid
UbaidillahSayyid AlwySayyid Ali
Chalil QasamSayyid
Shahibul
Marbat
Sayyid AlwySayyid Abdul
MalikSayyid
Abdullah
Syahin SyahSayyid
Ahmad Jalal
BasyahSayyid
Jumadil
Khusen
Syeh Ibrahim
Zainal Kubra
(Ibrahim As –
Samara)Syeh
Maulana
IshakSunan Giri14. Sayyid Shahibul Marbat
15. Sayyid Alwy
16. Sayyid Abdul Malik
17. Sayyid Abdullah Syahin Syah
18. Sayyid Ahmad Jalal Basya h
19. Sayyid Jumadil Khusen
20. Syeh Ibrahim Zainal Kubra (Ibrahim Asmara)
21. Syeh Maulana Ishak
22. Sunan Giri (Ali Erfan:26).

Sejarah Lokal Sunan Giri | 9 Sedangkan Umar Hasyim memiliki pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan
Giri. Dalam bukunya yang berjudul Sunan Giri, ia menyatakan si lsilah Sunan Giri
sebagai berikut:

Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari kedua pendapat tersebut, pendapat
yang pertama, untuk sampai pada Rasulullah Sunan Giri harus menempati urutan ke
dua puluh dua. Sedangkan pendapat yang kedua berada pada ur utan ke lima belas.
Menurut Umar Hasyim, apabila dilihat dari jalur ibunya, Sunan Giri memiliki silsilah
sebagai berikut:
1. Hayam Wuruk (Raja Majapahit)
2. Wirabhumi
3. Menak Sembuyu (Raja Blambangan)
4. Dewi Sekardadu
5. Raden Paku (Sunan Giri) NABI MUHAMMAD. SAW. Siti Fatimah Sayyid Khusen
Sayyid Zainal
AbidinSayyid Zainal
AlimSyeh Zainal
KubraSyeh Namuddin
Al-Kubra
Syeh Najmudil
KubraSyeh Sama’un Syeh Hasan Syeh Abdullah
Syeh Abdur
RahmanSyeh Maulana
Mahmudil
KubraSyeh Maulana
IshakSunan Giri
(Umar
Hasyim,1979:15).

10 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Sunan Giri memiliki empa t saudara yang beda ibu. Hasil pernikahan ayahnya
dengan puteri Kraksaan Besuki ketika meninggalkan Blambangan Jawa Timur.
Saudaranya tersebut, yaitu:
1. Ibrahim bin Ishak
2. Ruqayyah
3. Ratu Hamidah
4. Ratu Mas Dewi Halimah (Umar Hasyim,1979:105 -106).
Sejak dalam kan dungan Sunan Giri telah mendapatkan cobaan, yaitu ayahnya
mendapat pengusiran dari wilayah Blambangan ketika ibunya, yaitu Dewi
Sekardadu sedang hamil tua. Setelah Dewi Sekardadu melahirkanpun, kakeknya
yang tak lain adalah Menak Sembuyu tega menyuruh Dewi Sekardadu untuk
membuang anaknya. Kemudian Sunan Giri bayi diletakkan di dalam peti dan
dibuang ke laut. Hingga pada akhirnya ditemukan oleh Nyai Ageng Pinatih .
Menurut Thomas Stamford Raffles, Nyai Ageng Pinatih adalah seorang wanita yang
merupakan istr i dari seorang patih atau menteri dari negeri Kamboja. Menurut cerita
dia adalah seorang wanita penyihir yang kuat dan dibuang ke Jawa. Sesampainya di
Jawa, ia pergi menemui raja Majapahit dan memohon perlindungan kepadanya.
Sang raja pun merasa kasihan te rhadap wanita itu, apalagi dia adalah seorang
wanita yang telah lanjut usia serta tidak mempunyai anak. Sang raja kemudian
mengangkatnya sebagai kepala pelabuhan di Gresik, tempat yang telah dihuni
banyak orang dan mempunyai sebuah masjid. Sejak saat itu i a menjadi seorang
yang agamis, dermawan, dan dihormati, serta menjadi ibu angkat dari Sunan Giri.
Dia meninggal 45 tahun setelah meninggalnya Maulana Ibrahim, tidak lama
sebelum kehancuran Majapahit.
Dalam asuhan Nyai Ageng Pinatih, Sunan Giri memiliki nam a Joko Samudro. Ia
hidup layak dibawah naungan ibu asuhnya tersebut karena seorang janda yang kaya
raya dan penguasa pelabuhan Gresik. Setelah cukup umur, dia disekolahkan dan
berguru ilmu pada Raden Rahmat (Sunan Ampel) di Surabaya. Oleh Sunan Ampel ia
diberi gelar Raden Paku. Bersama Raden Makhdum Ibrahim, anak Sunan Ampel
maka Raden Paku diminta untuk meneruskan studi dan naik haji ke tanah suci.
Sebelum sampai disana dia juga diminta untuk berguru tentang ilmu agama di Pasai
atau Malaka. Dan disinilah d ia bertemu dengan Maulana Ishak ayah kandungnya.
(Ahwan Mukarrom,2014:149)

Sejarah Lokal Sunan Giri | 11 Sejak Sunan Giri mondok di Ampel Denta, Sunan Ampel sebenarnya sudah menaruh
simpati luar biasa pada Sunan Giri. Sehingga Sunan Giri mendapat perlakuan khusus
dan disebut dengan ana k emas.Sejak dini juga Sunan Ampel memiliki keinginan
untuk menikahkan putrinya yang bernama Dewi Murtasiyah dengan Sunan Giri.
Zaman dulu memang lazim pernikahan dengan perjodohan seperti yang dilakukan
Sunan Giri dengan Dewi Murtasiyah. Hal ini terjadi k arena adanya kedekatan antara
ibu asuh Sunan Giri yaituu Nyi Ageng Pinatih dengan Sunan Ampel. Selain itu masih
ada hubungan keluarga antara Sunan Ampel dan Sunan Maulana Ishak, karena
ternyata Sunan Ampel adalah adik kandung Sunan Mulana Ishak, yang notab ene
adalah ayah kandung Sunan Giri. Pernikahan Sunan Giri tergolong luar biasa karena
dalam sehari ia menikah dengan dua perempuan sekaligus. Pada saat itu beliau
masih seorang Raden Paku atau Raden Ainul Yaqin. Kisah pernikahan itu terjadi
pada hari Juma t , dan diperkirakan sekitar tahun 1398 Saka atau 1467 Masehi yang
dilaksanakan di Masjid Sunan Ampel. Pada pagi hari Sunan Giri diakad nikahkan
oleh Sunan Ampel dengan Dewi Murtasiyah binti Rahmatullah, dan sore setelah
salat Jumat dengan Dewi Wardah bint i Ki Ageng Bungkul (Muhlas,2004,35).
Pernikahan poligami yang dilakukan oleh seorang ulama pasti memiliki motivasi
.Motivasi tersebut dijadikan dasar dalam pernikahan mereka. Selain karena faktor
umur yang memang sudah siap secara mental dan fisik untuk me nikah, juga
diharapkan dari pernikahan tersebut dapat lahir penerus yang sebanyak -banyaknya
demi keberlangsungan agama Islam. Wanita -wanita yang dinikahi oleh Sunan Giri
juga merupakan seorang bangsawan yang pastinya dengan menikahinya akan
mengangkat dera jat Sunan Giri di kalangan masyarakat.
Dikisahkan oleh Muhlas dalam tulisannya mengenai Perikahan Sunan Giri bah –
wasanya kedua istri Sunan Giri pada masanya adalah seorang wanita primadona
yang diimpikan para lelaki bangsawan. Pernikahannya dengan Dewi Mur tasiyah
memang karena Sunan Giri dekat dengan Sunan Ampel. Sementara pernikahan
dengan istri keduanya yaitu Dewi Wardah awalnya dikarenakan mengikuti sayem –
bara yang tidak disengaja. Ketika Sunan Giri melewati rumah Ki Ageng Bungkul ia
melihat banyak kerum unan orang yang sedang melihat maupun mengikuti
sayembara untuk memetik buah delima dengan hadiaah dapat mempersunting
Dewi Wardah. Banyak yang mengikuti sayembara tersebut, namun tidak ada yang
berhasil untuk memetik buah delima tersebut dengan mudah kare na diyakini buah
delima tersebut mengandung mistis. Hingga akhirnya Sunan Giri yang berhasil

12 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI memetiknya, namun ia menjatuhkannya ke sungai. Sehingga terdapat sayembara
susulan siapa yang dapat menemukan buah delima tersebut diperbolehkan
memperistri Dewi W ardah.
Ternyata Sunan Giri secara tidak sengaja menemukan buah delima tersebut di Kali
Mas. Ditetapkanlah Sunan Giri yang akan dikawinkan dengan Dewi Wardah. Sesuai
dengan kesepakatan Sunan Ampel dengan Ki Ageng Bungkul , sebelum Sunan
Ampel dinikahkan den gan Dewi Wardah, maka Sunan Giri dinikahkan lebih dahulu
dengan Dewi Murtasiyah.
Dari pernikahan Raden Paku Sunan Giri, beliau memiliki keturunan sebagai berikut:
1. Susuhunan Tegal Wangi
2. Nyai Ageng Silo Luhur
3. Pangeran Sido Timur
4. Susuhunan Kidul
5. Nyai Ageng Ku kusan Kelanggonan
6. Zainal Abidin Susuhunan Dalem Wetan
7. Nyai Ageng Sawo
8. Susuhunan Kesalin
9. Pangeran Pasir Batang
10. Susuhunan Weruju (Reseacrh Islam,1975:109 -110)
Berikut ini dipaparkan beberapa keturunan anak Sunan Giri. Dikutip secara lengkap,
dari Lembaga Re search Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Susuhunan Tunggal Wangi memiliki anak tiga yaitu:
1. Nyai Ageng Mecah
2. Delima Gunung Werung
3. Nyai Agung Tumpang
Susuhunan Kidul memiliki 10 orang anak, yaitu:
1. Pangeran Ngurukan
2. Pangeran Keteq Giri
3. Nyai Ageng Wirojo Giri
4. Pangeran Merah Delima
5. Pangeran Kertosono
6. Pangeran Betoyo

Sejarah Lokal Sunan Giri | 13 7. Pangeran Wirosono
8. Nyai Ageng Kawisto
9. Pangeran Senopati
10. Pangeran Khotib Pajang Kalangunan.
Keturunan Zaenal Abidin Sunan Dalem Wetan adalah:
a. Dari isteri yang pertama, mempunyai seorang anak yaitu Rade n Fatechal
(Sunan Prapen)
b. Dari istri lain, anknya yaitu Susuhunan Sedo Margi
c. Dari istri yang lain pula ada tujuh, yaitu:
1. Nyai Ageng Ngulukan
2. Nyai Ageng Darukan
3. Pangeran Sido laut
4. Pngeran Deket lamongan
5. Pangeran Bungkul Suroboyo
6. Pangeran Mbulu
7. Nyai Ageng Wa ru
Anak Susuhan Kesalin ada 14, yaitu:
1. Ratu Ageng Permaisuri Sunan prapen
2. Pangeran Jelainingsih
3. Pangeran Berangsi Lamongan
4. Nyai Ageng Ketaq di Giri
5. Pangeran Wirosobo
6. Pangeran Kepik Gresik
7. Pangeran Weluh Giri
8. Pangeran Pekampuhan Sumenep
9. Nyai Ageng Barang la mongan
10. Pangeran Wuryadi Giri
11. Nyai Ageng Sunta Buya Tuban
12. Panembahan Dekah Lamongan
13. Nyai Ageng Modo Lamongan
Adapun anak -anak Nyai ageng Sawo ada empat, yaitu
1. Pangeran Jelade Nansih Giri
2. Pangeran Sawo Giri

14 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI 3. Pangeran Intal
4. Pangeran Mas Pepanden (Research Isla m,1975:110 -111).
C. Sunan Giri Sebagai Wali Sanga
Penyebaran agama Islam di Jawa pada masa -masa awal selalu dihubungkan dengan
wali sanga. Sebagai pelopor penyebar Islam di Jawa, para wali menghadapi
kenyataan kehidupan keagamaan dalam masyarakat.Adanya domin asi dari
kekuasaan Majapahit dan kerajaan sebelumnya yang banyak menganut agama
Hindhu Budha, menjadikan agama tersebut sebagai agama negara. Selain itu masih
hidupnya kepercayaan Jawa asli yaitu pemujaan pada roh dan leluhur nenek
moyang menjadikan masyar akat dalam kerancauan. Sehingga menyebabkan praktik
keagamaan tercampur adukkan dan cenderung berdasarkan kepentingan daripada
kebaktian (Moch Hudan,2004:40).
Sunan Giri sebagai wali sanga terkenal dengan pesantrennya yang memiliki
pengaruh hingga ke Maluk u. Orang -orang di daerah itu berguru kepada Sunan Giri,
bahkan beberapa kiai yang berasal dari Giri diundang ke Maluku untuk menjadi
guru agama. Mereka ada yang dijadikan khatib, modin, kadi dalam masyarakat
Maluku dibayar dengan upah cengkeh (Marwati & Nugroho,1984:192). Hal ini
menandakan bahwa sarana Islamisasi dengan menggunakan pendidikan yang
berbasis pondok pesantren ternyata cukup signifikan untuk memperluas pengaruh
Islam. Pondok pesantren yang diselenggarakan para guru agama, kiai maupun
ulama men jadi lembaga yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam.
Seorang yang belajar di pondok pesantren ketika nanti pulang ke tempat asalnya
pasti akan mengajarkan ilmunya pada masyarakat sekitarnya.
Raden Paku menuntut ilmu ke Ampel Denta sejak usia 1 2 tahun. Beliau
mendapatkan didikan dari gurunya bermacam -macam agama Islam, yaitu: Ilmu
Fiqh, Tafsir, Hadis serta Ilmu Nahwu, dan Sharaf. Sehingga beliau menjadi seorang
santri yang alim dan mahir dam segala lapangan, ilmu pengetahuan dan termashyur
dalam semua kalangan. Raden Paku telah menyelesaikan ngajinya dari Ampel pada
tahun 1384 Saka. Setelah Raden Paku mendapatkan ilmu pengetahuan yang
banyak, maka beliau disuruh kembali ke Tanah Jawa dan supaya mengurungkan
niatnya untuk naik haji ke Mekah, karen a tanah Jawa sangat memerlukan tenaganya
dalam penyiaran agama Islam (Reseacrh Islam, 1975: 115).

Sejarah Lokal Sunan Giri | 15 Sebagai pendidik, beliaupun menyiapkan diri untuk mengajarkan agama Islam
sebagai Wali, penyiar dan sekaligus pendidik Islam. Pribadinya yang cocok sebagai
pemimpin menempatkannya pada kemahiran dalam menyampaikan ajaran -ajaran
agam Islam kepada masyarakat sekitarnya. Ia menjadikan Gresik sebgai basis
dakwah Islamiyah dan pusat aktifitas intelektual.
Secara genealogis, dikatakan bahwa kekuasaan raden Paku (Su nan Giri) memiliki
legitimasi yang kuat dipulau Jawa. Dari jalur ibu, dia adalah keturunan raja Jawa
(Majapahit dan Singasari), sedangkan dari jalur ayah keturunan Rasulullah. Oleh
sebab itu, para sejarawan sepakat bahwa dengan adanya legitimasi genealogis
tersebut dakwah Sunan Giri dapat diterima secara cepat oleh masyarakat Jawa.
Apalagi terbukti bahwa dakwah Sunan Giri menggunakan cara pelestarian budaya
Majapahit yang Hindhu -Budha sentris. Salah satu wujud konkrit dakwah Sunan Giri
adalah menyandingkan konsep ketuhanan antara Islam yang baru datang ke Jawa
dengan konsep ketuhanan Hindhu Budha yang menjadi pedoman beragama
masyarakat dan kerajaan Majapahit (Ahwan Mukarrom,2014:150).
Giri sebagai pusat kegiatan intelektual keislaman (pesantren) ternyata j ustru
melampaui popularitas Ampel Denta, almamaternya yang didirikan oleh Raden
Rahmat (Sunan Ampel).Ini terbukti dengan banyaknya santri yang menimba ilmu ke
Giri dari berbagai penjuru Nusantara. Mulai dari Jawa, Sumatera, Maluku dan Juga
nusa Tenggara (A hwan Mukarrom,2014:151). Banyaknya santri yang datang dari
berbagai wilayah yang jauh membuat para santri tersebut harus menetap di
lingkungan sekitar pondok pesantren. Para santri setiap hari mendapat pelajaran
dari Sunan Giri. Dari situlah kemudian tumb uh menjadi pondok pesantran yang
mashyur.
Dalam hal penyampaian ajaran Islam, seperti halnya Sunan Kalijaga, dan Sunan
Bonang. Sunan Giri secara bijaksana meneruskan dan meamanfaatkan sarana dan
tradisi yang telah ada pada zaman serta tradisi pada priode s ebelumnya sebagai
media dakwah. Strategi tersebut dibuktikan dengan pemakaian lagu (Jawa:tembang)
yang berjiwa keagamaan, irama gamelan (musik Jawa), seperti Asmaradana, Ilir -ilir
serta meneruskan sistem mandala sebagai institusi pendidikan yang kemudian
berkembang menjadi pesantren.
Sunan Giri sebagai walisongo yang memiliki peran sebagai pendidik, telah
menempuh jalan yang bijaksana dengan metode yang baik dalam menanamkan
ajaran agama sesuai keadaan masyarakat.Selain itu beliau juga terkenal dengan sifat

16 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI demokratisnya. Hal tersebut dapat terlihat dalam kidung maupun lagu yang
diciptakannya. Dakwahnya melalui media pendidikan dinilai berhasil untuk mendidik
anak-anak dengan berbagai macam lagu permainan anak yang didalamnya terselip
nilai-nilai moral.
Suna n Giri dalam melakukan penyiaran agama Islam berpegang kepada kitab al –
Qur’an, dan Hadis, serta Kitab Sittina yang mengandung hukum -hukum ibadah,
terutama sembahyang. Beliau juga mengajarkan amalan untuk mengagungkan
nama Allah. Jalan inilah yang disebut t hariqah dan beliau mengamalkan Thoriqoh
Sathoriyah (Research Islam, 1975:123 -124) Ajaran itulah yang disebut dengan
tasawuf.
. Tasawuf adalah aktualisasi dari konsep ihsan dalam ajaran Islam, dalam rangka
mengarungi perjalanan religi menuju ilahi, walaupun istilah tasawuf ini baru muncul
belakangan, yakni jauh setelah Rasulullah wafat, akan tetapi nilai yang
dikembnagkan oleh para ulama sufi berlandaskan pada kitab Suci al -Qur’an dan
sunnah (Muzaiyana,dkk,2104:238). Terdapat beberapa tingkatan tasawuf, yait u:
a. Syariah, berarti seluruh ketentuan agama Islam, baik berupa seperangkat aturan
hukum taklifi , ketentuan keimanan, dan undang -undang moral yang mengatur
pelaksanaan ajaran agama Islam dengan sebaik -baiknya. Syariah, sebagai ajaran
Islam mencakuo semua aj aran yang berupa iman, Islam, dan ihsan.
b. Thariqah, merupakan upaya serius terhadap ajaran (syariah) Islam dalam bidang –
bidang tertentu. Tentu saja tarekat ini merupakan teknik dari pakar atau ulama
dalam menunaikan aspek syariah tertentu. Tarekat merupakan hasil konstruksi
para ulama (lazimnya, dan umumnya, adalah kalangan sufi) untuk membuat
metode atau aturan tertentu yang lebih praktis aplikatif dalam melaksanakan
bidang syariah.
c. Haqiqah, merupakan pengetahuan tentang tujuan sesuatu, realitas yang
sebena rnya, serta menyatakan bahwa hakikat dalam pembahasan ini terarah pada
makna pengetahuan batin, kesadaran hati dan juga pengetahuan mendalam
tentang sesuatu. Dalam kaitan ini, hakikat dimaksudkan dengan tingkat
seseorang mengamalkan agama ini, serta kedala man seseorang dalam
menjalankan agama untuk tujuan yang sebenarnya. Dari sisi pengetahuan agama
dan pengamalannya, maka hakkat berarti pemahman seseorang akan arti
menjalankan agama ini dan mengenal tujuan agama ini bagi manusia yaitu dapat
menghadirkan di rinya sebagai hamba yang sadar Tuhannya, sehingga dapat

Sejarah Lokal Sunan Giri | 17 menampilkan dirinya sebagai ideal Allah. Selain itu dapat dipahami juga bahwa
hakikat adalah hasil seseorang menempuh perjalanan hidup berdasarkan ajaran
agama yang sebenarnya
d. Ma’rifah, adalah menger ti dan memahami nama -nama Allah dan sifat -sifat-Nya
secara jujur dan tulus untuk berinteraksi dengan -Nya dan serius dalam segala
kondisinya, dan senantiasa berkoneksi dengan -Nya serta berupaya kembali
kepada -Nya dalam segala sesuatunya dengan membersihkan dirinya dari sifat –
sifat tercela (Muzaiyana,dkk,2104:270 -296).
Syarat -syarat untuk membaiat para pengikut tarekat adalah sebagai berikut:
1. Mengerti Al -Quran, Hadis, serta alasannya.
2. Wira’i, adalah seseorang harus mampu menundukkan diri dari segala macam
perkara yang syubhat (belum jelas antara halal dan haram)
3. Harus mempunyai silsilah atau dengan kata lain dapat menyebutkan silsilah
tarekatnya sampai kepada sumber aslinya (Research Islam,1975:124).
Melalui ajaran tasawuf, dianggap cocok dan akan memperlancar dalam pengem –
bangan Islam. Sebab praktek -praktek ajaran tersebut ada kesamaan dengan ajaran
agama sebelumnya, sehingga tidak begitu mencolok dalam pandangan santri dan
masyarakat pada umumnya pada masa itu. Ajaran tersebut juga akan lebih menarik
untuk di ikuti. Dalam perkembangannya, praktek ajaran tersebut sampai sekarang
masih berjalan, dan banyak dijumpai dalam masyarakat (Moh Muntaha, 1993: 65).
Tasawuf berfungsi untuk membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti tulisan antara a bad 13 sampai 18. Bertalian langsung dengan
penyebaran Islam di Indonesia serta memegang peran penting dalam organisasi
masyarakat kota -kota pelabuhan. Mengenai sifat spesifik tasawuf, menurut
Maerwati Djoened yang mungutip lengkap pendapatnya AH John adal ah sebagai
berikut:
“Mereka adalah guru -guru pengembara yang menjelajahi seluruh dunia yang
dikenal, mereka dengan suka rela menghayati kemiskinan, mereka seringkali
juga berhubungan dengan perdagangan atau serikat tukang kerajinan
menurut tarekat mereka m asing -masing; mereka mengajarkan teosofi yang
telah bercampur, yang dikenal luas oleh bangsa Indonesia tetapi yang sudah
menjadi keyakinannya, meskipun suatu pengluasan fundamental kepercayaan
Islam. merka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan -kekuatan

18 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI menyembuhkan dan tidak berakhir disitu saja, dengan sadar atau tidak mereka
bersiap untuk memelihara kelanjutan dengan masa lampau dan menggunakan
istilah -istilah dan anasir -anasir budaya pra Islam dalam hubungan Islam. guru –
guru tasawuf ini dengan kebajikan kekuasaannya dan kekuatan magisnya
dapat mengawini putri -putri bangsawan Indonesia, dan dengan demikian
anak-anak mereka mereka mendapat pengaruh keturunan darah raja,
tambahan untuk mendewakan sinar kharisma keagamaan (Marwati &
Nugroho,1984:191 )
Beliau juga memiliki peranan yang sangat penting diantara para wali karena beliau
mencapai sukses dengan ilmu beliau.Kesuksesannya yaitu dengan luasnya jaringan
dakwahnya hingga berbagai penjuru pulau Kalimantan hingga Indonesia Timur.
Keberhasilan dakwa hnya ke berbagai penjuru pulau ini didukung oleh faktor
kecakapan muridnya yang ia kirim ke berbagai daerah. Sunan Giri juga dinilai
berhasil dalam memberikan keamanan dan perlindungan bagi warga ketika terjadi
pertempuran antara Demak dan Majapahit. Hubun gannya dengan kerajaan Demak
sangat dekat sehingga Demak selalu menantikan keputusan yang dibuat oleh Sunan
Giri. Apalagi berkaitan dengan penyebaran agama Islam, dimana kerajaan Demak
juga memiliki andil yang besar dalam hal tersebut.
Dalam tugasnya sebag ai seorang wali tidak jarang menghadapi berbagai kendala
yang terjadi disekitar masyarakat.Baik kendala mengenai pandangan terhadap
agama maupun Ketuhanan. Menurut Moch. Hudan untuk menyikapi situasi
keagamaan yang berkaitan dengan tasawuf para wali berkum pul di Giri Gajah di
Gunung Kedaton. Dalam diskusi tersebut dipimpin oleh Sunan Giri, dan yang
menyampaikan materi adalah Syekh Maulana Maghribi.Diskusi tersebut
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 bulan Puasa pada tahun wawu. Dengan
tujuan untuk mewuju dkan kesesuaian pandangan makrifat dan penjabarannya.
Dalam proses saling tukar pendapat, hanya pendapat Syekh Lemah Abang yang
kontroversial menyangkut penyatuan manusia dengan Tuhan yang telah mencapai
makrifat.
Berkat tingginya ilmu beliau, beliau dipil ih menjadi ketua organisasi para wali., beliau
memegang pucuk kendali dari dua tugas besar, yaitu:
a. Mengesahkan Raja Bintoro sesudah diadakan musyawarah oleh para wali,
dengan kata lain Raja Bintoro baru memperoleh kekuasaan yang sah apabila
sudah disahkan oleh Sunan Giri.

Sejarah Lokal Sunan Giri | 19 b. Memberikan keputusan apabila terjadi perselisihan para wali mengenai
perbedaan hukum Islam (Rsearch Islam,1975:142).
Dalam pengembangan pesantrennya Sunan Giri tidak pernah membatasi siapapun
untuk medapatkan ilmu darinya.Karena pada dasar nya menurut Hamka, agama
Islam tidak membedakan status sosial seseorang. Entah dari pangkat, keturunan
maupun kekayaan .hal ini yang menjadikan pesantren Suanan Giri dapat diikuti dari
berbagai kalangan masyarakat.
D. Sunan Giri Sebagai Raja di Giri Kedaton
Mendengar kata Kedaton Giri pasti sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, karena
Giri memiliki andil yang besar dalam perkembangan sejarah Islam di Indonesia.
Sebagai bagian dari sejarah Islam di Jawa, Giri memiliki peranan yang penting
bagi keberlangsunga n pendidikan, kehidupan ke agamaan, dan politik
kekuasaan.
Secara administratif, Giri merupakan sebuah desa dalam kecamatan Kebomas,
kabupaten Gresik, Jawa Timur.Istilah giri mengandung pengertian gunung atau
bukit.Sesuai dengan arti istilahnya, giri menga ndung pengertian gunung atau
bukit.Sesuai dengan arti istilahnya, pemukiman Giri terletak pada lingkungan
perbukitan pantai.Perbukitan ini merupakan endapan laut yang terangkat
naik.Batuan perbukitan berupa kapur -kapur lempengan.Sedangkan situs kedaton
merupakan pusat asuatu pemerintahan dan pusat pertumbuhan dari suatu
pemukiman feodal. Nama kedaton dikaitkan dengan nama alun -alun, halaman
depan dari lingkungan kedaton atau istana (Nurhadi,1983:311 -313).
Menurut Prof. Ahwan Mukarrom, Kedaton Giri termasuk dalam kerajaan Islam
karena memiliki kecenderunagn sebagai pusat kegiatan politik meskipun pada
awalnya masih berada dalam bayang -bayang kerajaan Hindhu Majapahit. Bahkan
memiliki umur yang lebih panjang daripada kerjaan Islam pertama di Jawa, yaitu
Demak. Untuk memangku jabatan raja, para calon -calon raja dari kerajaan Pajang
dan Mataram bahkan meminta legitimasi dari Sunan Giri.Sebagai pusat kegiatan
politik, Kedaton Giri masih berada dalam bayang -bayang Majapahit. Giri tidak
dijadikan sebagai mana kerajaa n lain, akan tetapi menjadikannya sebagai
kedaton. Kedaton masih berada dalam satu tingkat dibawah hegemoni kerajaan.

20 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Pada tahun 1473 M, Sunan Giri berguru ke Pasai pada Maulana Ishak. Pemilihan
Pasai dirasa tepat karena disitu dalam pengembangan dakwahnya pun sudah
berbasis kekuatan politik Islam atau dengn kata lain dengan kekuasaan
pemerintahan Islam. sebagaimana di Pasai, di Jawa juga terdapat kerajaan
Hindhu Budha yang dikuatkan oleh kerajaan Majapahit. Untuk itulah dengan
bergurunya Sunan Giri ke Pas ai akan memberikan wawasan yang luas tentang
perpolitikan Islam yang dibutuhkan di Jawa. Agar dapat menghadapi kekuataan
Majapahit yang notabene sebagai basis kekuatan Hindhu Budha.
Sunan Giri memiliki inisiatif untuk memperoleh kekuasaan setelah mengadaka n
aktifitas dakwahnya. Sepulang dari Pasai, Sunan Giri membawa segenggam tanah
Makiyyah yang hampir memiliki unsur sama dengan tanah Mekah. Pada tahun
1474 M Sunan Giri mulai melakukan napak tilas untuk mencari tanah yang sesuai
dengan yang dibawanya. Dala m perjalanannya beliau didampingi oleh Syekh
Koja dan Syekh Grigis .sebelum melakukan napak tilas, mereka meminta restu
dari Sunan Ampel. Langkah awal dalam napak tilas adalah menuju utara kota
Grisse sampai ke Ujung Pangkah. Namun hasilnya nihil, sampai Sunan Ampel
wafat pada tahun 1475 M. Setahun berikutnya pada tahun 1476 M, Sunan Giri
ikut menjadi komando strategis dalam perlawanan Raden Patah Demak melawan
kerajaan Majapahit.
Napak tilas dilanjutkan kembali pada tahun 1478 dengan menjelajahi wilayah
gunung.Namun belum sempat naik ke gunung, mndapat kabar bahwa Nyi Ageng
Pinatih sakit keras dan kemudian meninggal dunia.Sunan Giri terus melakukan
napak tilas mencari Giri kedaton sejak tahun 1474 hingga baru ditemukan pada
tahun 1480. Ini berarti sekitar enam tahunan Sunan Giri melakukan investigasi.
Namun saat itu gunung tersebut belum dinamai kedaton, namanya masih Giri yang
artinya gunung.Beliau mendapatkan sebutan Giri karena menjadi pengasuh
pesantren di Giri tersebut.
Dari adanya napak tilas tersebut , bisa diartikan bahwasanya dengan kegiatan
tersebut adalah suatu bentuk usaha utuk berdakwah dengan memilih tempat yang
strategis.Agar memudahkan dalam berdakwah.Selainn itu memilih rempat yang
berada dalam wilayah perbukitan sebagai bentuk kemudahan untu k
menghubungkan komunikasi dengan dunia luar.
Menurut Muhlas, tempat pesantren Giri lalu mendapat sebutan Giri Kedaton ketika
Sunan Giri mulai mendeklarasikan tata kota pemerintahan Islami yaitu tanggal 12

Sejarah Lokal Sunan Giri | 21 Rabiul Awal 1487 M. Ketika itu, Sunan Giri mendapa t gelar Prabu Satmoto, gelar ini
merupakan anugerah dari para sunan atas prakarsa Raden patah, jadi nama Giri
Kedaton itu mulai ada sejak 9 maret 1487 M. Kedaton itu dari asal kata datu (raja)
maka kedaton itu artinya adalah tempat raja (istana). Jadi Giri kedaton itu artinya
istana kerajaan Giri.
Gelar abiseka “Prabu Satmata” (Sat artinya enam, mata artinya penglihatan). Dalam
perspektif hermeneutik, Sunan Giri dalam kapasitasnya sebagai seorang slik, sufi
telah sampai pada tingkat paling tinggi yaitu ma’r ifat. Dengan gelar Sat mata
menggambarkan bahwa beliau dianugerahi kemampuan untuk melihat hal -hal gaib
karena memiliki indera keenam.Sedangkan gelar atu sebutan Sunan Giri akhirnya
digunakan secara turun temurun bagi pemegang tahta kedaton Giri.Jadi denga n
demikian istilah “Sunan Giri” adalah gelar Anumerta (Ahwan Mukarrom,2014:150).
Perkembangan selanjutnya setelah menjadikan Giri sebagai pusat lembaga dakwah,
perlahan mulai berubah fungsi untuk menanamkan kekuasaan.Apalagi semenjak
meninggalnya Raden Rah mat.Pusat keagamaanpun lambat laun menjadi pusat
kekuasaan poltik.Penyebabnya karena pada akhirnya Majapahit memberikan
legalitas kepada Sunan Giri.
Menurut Abdurrahman, hal tersebut pada dasarnya adalah suatu strategi politik
demi kestabilan pemerintahan. Pada waktu itu Majapahit sedang mengalami
kemerosotan, maka dengan diberikan legalitas dalam pemerintahan dapat
diharapkan Sunan Giri bisa menjadi partner pemerintah dalam mempertahankan
kekuasaan bersama -sama para tokoh muslim yang sudah melmiliki pengar uh besar
dikalnagan masyarakat. Oleh karena itulah pemerintahan Majapahit memberikan
kebebasan para tokoh agama dalam mengembangkan agama Islam tanpa adanya
pertentangan.Hal ini dinggap Sunan Giri adalah kesempatan baik.
Sedangkan menurut Hamka legitimasi kekuasaan Sunan Giri yang telah diperoleh
dari Majapahit, dimungkinkan pertimbangan dari penguasa Majapahit bahwa
kegiatan yang dilaksanakan Sunan Giri tidak mengarah pada pola yang bersifat
politis, sehingga beliau mendapat kebebasan dan kepercayaan. Mak a hal ini dibuat
kesempatan oleh Sunan Giri untuk membangun wilayah otonomi itu sebagai pusat
kekuasaan agama yang lebih besar (Hamka,1981:145).
Nampak disini ada perbedaan yang dikemukakan oleh Abdurrahman dan
Hamka.Dimana yang satunya menganngap pemberia n legitimasi Majapahit ke Giri

22 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI merupakan strategi politik sedangkan yang satunya adalah murni pada penyebaran
keagamaan bukan pada ranah politik.
De Graaf menganggap munculnya Kedaton Giri secara otomatis akan menambah
dampak positif bagi pertumbuhan Islam di wilayah Giri serta bagi Sunan Giri sendiri.
Sebab Kedaton merupakan suatu tempat yang melambangkan kebesaran,
kemegahan bagi suatu pemerintahan yang sah. Sejak dahulu menandakan bahwa
bangunan akan menambah kewibawaan seorang pimpinan.
Munculnya Sunan Giri sebagai pemimpin spiritual yang menunjukkan sikap dinamis
dalam mengendalikan kekuasaannya di Kedaton Giri serta mampu meluaskan
wilayahnya hingga Nusantara bagian Timur merupakan bentuk kehebatan beliau
dalam berpolitik.Selain menjadi pimpinan ulama dan berperan penting dalam
legitimasi kekuasan yang melibatkan kerajaan yang tunduk terhadap Giri, fokus
beliau tidak hanya menangani hal itu saja. Mengajarkan agama Islam merupakan
kegiatan terpenting bagi Sunan Giri , selanjutnya kontribusinya dalam men entukan
kebijakan politik juga dinilai sangat berpengaruh sekali dalam keberlangsungan
kerajaan.
Kedudukan Sunan Giri yang dinialai amat penting di mata masyarakat dianggap
akan mempermudah beliau untuk memperlancar pengaruhnya terhadap para
penguasa daera h kecil yang ada di pesisir utara laut Jawa yang menjadi bawahan
Majapahit, juga para penguasa yang ada di wilayah Nusantara bagian Timur seperti
Kalimantan, Maluku, dan sebagainya. Telah diberitakan bahwa Zaenal Abidin (1486 –
1500) seorang Raja Ternate mas uk Islam karena pengaruh dari Sunan Giri
(Marwati&Nugroho, 1984: 22). Adanya penguasa yang memeluk Islam,
mempengaruhi Sunan Giri secara politis dalam pemerintahnnya. Maka yang
berkaitan dengan pemerintahan Sunan Giri baik dalam politik, ekonomi, pendidik an,
dan kebudayaan sedikit banyak akan dipengaruhi oleh Islam (Muntaha,2004:56).
Pengaruh Sunan Giri semakin besar , karena bukan hanya sebagai pimpinan agama,
namun juga pimpinan pemerintahan. Faktor ini yang menjadikan tombak beliau
bagi bidang politik.P ada masa itu beliau sudah diberi wewenang untuk memutuskan
segala yang terjadi di wilayah kekuasaan Demak pada masa Raden Patah.
Wewenang ini diberikan kepada beliau karena mumpuni dalam bidang keagamaan
dan pemerintahan (Research Islam,1975:156). Dari sin i bisa dilihat bahwasanya sosok
Sunan Giri merupakan sosok yang mumpuni dan potensial untuk menjadi seorang
pemimpin.

Sejarah Lokal Sunan Giri | 23 Sunan Giri beserta wali lainnya membela Demak untuk mendampingi Raden Patah
melakukan operasi terhadap Kerajaan Majapahit yang sudah dikua sai para
pemberontak. Hingga akhirnya kerajaan Majapahit dapat diselamatkan, dan dengan
sendirinya berdirilah kerajaan Demak pada tahun 1478. (Syaifudin Zuhri,1981:274 –
275). Sunan Giri dipercaya sebagai pimpinan agama ketika Demak memperoleh
kemenangan unt uk menggeser kedudukan Majapahit. Segera diangkatlah Raden
Patah sebagai raja kerajaan Demak, sedangkan Sunan Giri memiliki jabatan rangkap
yaitu sebagai menteri dan penasehat hulubalang kerajaan (Umar Hasyim,1979:86).
Meskipun Kedaton Giri merupakan daer ah yang kekuasaannya berada pada Sunan
Giri, tetap saja berada dibawah pusat kekuasaan kerajaan Demak. Namun Demak
memberikan hak otonomi bagi Kedaton Giri (Research Islam,1975:129).
Berkat kharisma yang dimiliki oleh Sunan Giri, membuat Prabu Brawijaya Gi rindra
Wardana selalu mencemaskan apabila pengaruh Giri semakin kuat. Ia khawatir jika
Sunan Giri akan menggulingkan Majpahit. Sebenarnya kekhawatiran Prabu
Brawijaya VI Girindhra Wardhana itu merupakan cerminan dirinya yang ditaktor dan
anarki. Penyeranga n itu terjadi pada tahun 1495 M. Girindhra Wardhana lebih
dahulu menyerang Sunan Giri. Empat utusan Majapahit bernama Jogo Pati, Jogo
Belo, Talang Pati, dan Talang Boyo bertugas untuk membunuh Sunan Giri. Namun
usahanya gagal, lalu mereka masuk Islam dan m engabdi kepada Sunan Giri.Setelah
diketahui serangan pertama gagal, Girindra Wardhana kian murka dan menugaskan
lagi dua pembunuh yang dijagokan Majapahit, yaitu Lembah Suro dan Lembu
Merboyo.Kedua orang itu berhasil masuk istana untuk melakukan serangan b esar-
besaran terhadap Giri. Pada pertempuran ini Majapahit yang berkekuatan sekitar
400 pasukan berhasil menewaskan Raden Supeno yang masih remaja (Muhlas, 2004:
106.)
Muhlas berbendapat bahwa meskipun Giri merupakan sebuah kerajaan yang kecil,
namun memil iki pengaruh yang cukup besar terhadap beberapa Kadipaten yang
ada di bawah kekuasaan Majapahit. Bahkan ada beberapa kerajaan Islam yang
berkiblat pada Giri seperti kerajaan Islam di Maluku yang meminta legitimasi Sunan
Giri ketika akan menobatkan raja seb agai penguasa. Menurut Muhlas terdapat tiga
fungsi dari giri Kedaton, yaitu:
1. Fase Pertama (1480 -1487 M)
Pada awal berdirinya Giri kedaton memiliki fungsi sebagai pusat intelektual
pendidikan, basis bagi pengembangan Islam ahlussunnah waljamaah di seluruh

24 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Jawa. Dengan kata lain menjadi sentra religius. Hampir seluruh masyarakat Jawa saat
itu mengenal Pesantren Giri. Bahkan banyak juga muri Suanan Giri yang berasal dari
Kalimantan terutama Banjarmasin, Sulawesi, Sumatera, dan Halmahera. Ini
merupakan satu buk ti bahwa sejak abad -15 Grisse sudah terkenal sebagai pusat
daerah santri yaitu di Giri.
2. Fase Kedua (1487 -1748 M)
Selain sebagai pusat keagamaan, kedaton Giri juga berfungsi sebagai pusat peme –
rintahan. Pada masa itu Giri menjadi perhatian kerajaan -kerajaan Islam di Jawa
maupun di luar Jawa. Bahkan berdirinya Mataram juga atas dukungan Giri.
3. Fase Monumental (1748 sampai kini)
Fungsinya sekarang lebih bersifat monumen akibat kebrutalan VOC pada abad
18.Banyak prasati yang hilang dan hancur.Sekarang kedaton Gi ri sebatas difungsikan
sebagai tempat sugesti, tirakatan, dan kegiatan ritual tertentu.
Menurut Muhlas Sunan Giri sebagai raja Kedaton Giri memiliki hubungan yang erat
dengan perkembangan kota grisse. Berikut ini hal -hal yang dilakukan oleh Sunan
Giri:
a. Mem buat tata kota Grisse, batas -batas wilayah, wilayah sentral, dan wilayah –
wilayah pengembangan. Wilayah sentral adalah wilayah Pegiren yang ditarik
dengan garis vertikal dari Gunung Wurung ke Sumber Kembangan, lalu melingkar
ke selatan Timur sampai ke arah Petukangan. Lalu wilayah itu dikembangkan
sampai arah Panceng dan Duduk Sampeyan.
b. Mengembangkan sistem pendidikan melalui Pesantren Giri yang sangat maju dan
diakui oleh masyarakat luar.
c. Membangun sebuah kekuatan prajurit untuk menjaga keutuhan teritorial
d. Mengembangkan seni budaya yang menjadi kultur khas daerahnya, bahkan
Sunan Giri ikut menciptakan lagi Ilir -ilir.
e. Membangun industri perdagangan sebagai potensi daerah . Ini terbukti pada
toponim Giri adalah daerah Jeraganan, artinya tempat berkumpul para juragan
untuk melaksanakan transaksi legal.
Prabu Sat mata (Sunan Giri I) meninggal dunia pada tahun 1506 M dan digantikan
oleh Sunan Dalem yang bergelar Sunan Giri II (Ahwan Mukarrom,2014:150).

Sejarah Lokal Sunan Giri | 25 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Islam Re search Islam,
keturunan Sunan Giri yang menggantikan kesultanan di Giri adalah:
1. Zaenal Abidin Sunan Dalem (1428 Saka)
2. Sunan Prapen Raden Fatihal (1507 Saka)
3. Panembahan Kawisguwo (1512 Saka)
4. Panembahan Agung (1524 Saka)
5. Panembahan Sedangrana (1531 Saka)
6. Pangeran Mas Witono (1555 Saka)
7. Pangeran Puspahita (1602 Saka)
8. Pangeran Singo Negara (1607 Saka)
9. Pangeran Singosari (1614 Saka) (Research Islam,1975:149).
Sedangkan menurut Muhlas sebagai berikut:
1. Sunan Giri Prabu Satmoto (1487 -1506 M)
2. Sunan Dalem Wetan (1506 -1545 M))
3. Sunan Sedomargi (1545 -1548 M)
4. Sunan Prapen (1548 -1605 M)
5. Panembahan Kawis Guwo (1605 -1614 M)
6. Panembahan Agung (1614 -1638 M)
7. Panembahan Mas Winoto (1638 -1660 M)
8. Pangeran Puspohito (1660 -1680 M)
9. Pangeran Wirayadi (1680 -1703 M))
10. Pangeran Singanagoro (1703 M -1725 M)
11. Pangeran Singasari (1725 -1743 M)
Dari kedua data tersebut bisa dilihat adanya perbedaan mengenai penerus raja dari
keturunan Sunan Giri.Pada silsilah pertama terdapat sembilan keturunan, sedangkan
pada silsilah kedua terdapat sepuluh ketur unan.
Prabu Sat Mata (Sunan Giri I) meninggal pada tahun 1506 M, dan digantikan oleh
puteranya Sunan Dalem yang bergelar Sunan Giri II (Ahwan Mukarrom,2014:150).
Wafatnya beliau bukan berarti membuat penyebaran agama Islam di Jawa semakin
mundur.Justru yan g menggantikan beliau semakin giat untuk meneruskan
perjuangan beliau.

26 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI E. Kepurbakalaan Sunan Giri
Kemajuan saat ini, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya tak akan
lepas kaitannya dengan masa lampau. Oleh karena itu, penting adanya pemahaman
mengenai sumber sejarah, mengingat sumber sejarah merupakan poin utama untuk
menentukan kebenaran suatu kajian peristiwa sejarah. Seperti diketahui, masuknya
Islam ke Jawa membawa perubahan yang cukup besar dalam segala bidang
terhadap masyarakatnya. Hal ini berdampak pula terhadap perubahan kebudayaan
masyarakat. Islam masuk ke Jawa dengan cara – cara damai (penetration pacifique)
(Muarif Ambary,1998:17).
Pertemuan dua kebudayaan antara unsur budaya Islam dan budaya sebelumnya
yang menyebabkan adanya sink retisme antara dua budaya, yaitu kebudayaan yang
berasal dari jaman pra sejarah dan Hindu – Budha pada akhirnya menjadi unsur –
unsur budaya Indonesia setelah berkembang dan menjadi akar kebudayaan di
Indonesia sampai sekarang. Hasil pertemuan antara unsur – unsur kebudayaan ,
Hindu – Budha dan Kebudayaan Islam salah satunya dalam bentuk bangunan ialah
komplek Kepurbakalaan Sunan Giri, Khususnya pada bangunan makam.
Komplek Sunan Giri sebagai salah satu peninggalan kuno dari masa transisi budaya
Indonesia a sli, Hindu – Budha, dan Islam merupakan salah satu warisan budaya dari
jaman permulaan Islam di Jawa, disamping peninggalan yang lainnya seperti masjid
Sendang Duwur. Makam Malik Ibrahim dan lain sebagainya.Tidak dapat dipungkiri
bahwa tiap – tiap benda kebu dayaan atau seni adalah pencerminan, cara berfikir,
merasa dan cipta dari masyarakat pendukungnya, dengan demikian peninggalan –
peninggalan di Giri juga pencerminan cara merasa, cara berfikir, dan cara mencipta
bangsa Indonesia pada jaman permulaan Islam . Sehubungan dengan itu apabila
mengamati komplek Sunan Giri dengan seksama dapatlah diperkirakan bagaiman
cara merasa, berfikir, mencipta adat istiadat, tingkatan kebudayaan, hingga
kemudian dapatlah dijelaskan berbagai aspek kepurbakalaan di komplek Suna n Giri
(Aminudin Kasdi,2005:48).
Aminudin Kasdi dalam bukunya, Kepurbakalaan Sunan Giri menjelaskan bahwa
pembahasan Kepurbakalaan pada komplek Giri yang erat kaitannya dengan jaman
permulaan bertemunya kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam tidaklah
dapat dilepaskandari faktor – faktor berikut :

Sejarah Lokal Sunan Giri | 27 1. Pandangan Islam terhadap Kebudayaan
Islam berasal dari bahasa arab yaitu aslama yang artinya patuh menerima agama
Islam. Kata aslama memilki kata dasar salima berarti sejahtera, tidak bercatat, tidak
tercela. Be rdasarkan kata aslama, diketahui bahwa muslim (sebutan untuk pemeluk
agama Islam) memiliki makna orang yang patuh untuk menerima agama Islam.
Pengertian Islam lebih jelasnya dapat kita telaah dalam Al – Qur’an surat al – Maidah ,
ayat 3 , yang artinya :
“Hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu bagimu dan Aku telah menyem –
purnakan nikmatku bagimu dan Aku telah rela Islam sebagai agama bagimu.”
Berdasarkan ayat tersebut, yang dimaksud Islam adalah “addin Islam”yaitu agama
Islam yang didalamnya terdapat ajaran – ajaran yang harus dipatuhi oleh setiap
muslim yang didasarkan pada al -Qur’an dan Hadis yang merupakan sumber
pertama (al -Qur’an) dan kedua (Hadits) Islam. Poko – pokok ajaran Islam yang
terdapat pada al – Qur’an dan Hadits meliputi tiga hal. Pertama, hubu ngan manusia
dengan Allah (peribadatan) yang meliputi rukun Iman dan rukun Islam. Kedua,
hubungan manusia dengan manusia dan ketiga, hubungan manusia dengab dirinya
sendiri dan alam.
Terdapat pula ijtihad yang merupakan sumber ketiga Islam. Ijtihad sendsir i memilki
makan beruaha dengan sungguh – sungguh untuk menyusun suatu masalah hukum
tentang suatu persoalan yang tidak dapat atau diragu – sragukan dalam al -Qur’an
dan Hadits.
Sebagai pegangan pokok umat Islam, rukun Iman dan rukun Islam memilki andil
yang cukup besar. Iman sebagai akar budaya mendidik dan menuntyun anusia
untuk berfikir secara Islam. Menjadikan rukun Islam sebagai sebuah kebiasaaan
membentuknya menjadi sebuata adat yang pada akhirnya akan membentuk cara
berfikir, berbuat, merasa. Hal ini me nengaskan bahwa segala tindakan manusisa
ditentukan berdarkan tindakannya atas pengaplikasian rukun Iman dan rukun Islam.
Dalam salah satu karyanya, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indoensia 1,
berpendapat bahwa kebuadayaan adalah segala ciptaan manusia yang pada
dasarnya adalah usaha untuk mengubah bentuk dan susunan baru terhadap karunia
Tuhan dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan Rohaninya. Kebudayaan
memilki dua segi, yaitu segi kebendaan yang meliputi segala benda yang
merupakan hasil buatan manusi a sebagai perwujudan dari ciptaaan akal, dan segi

28 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI kerohanian, terdiri dari alam pikiran dan perasaan yang telah tersusun. Segi
kerokhanian, tidak dapat di rasa, namun dapat dirasakan dan dipahami melalui
agama, kesenian, kemasyarakatan dan sebagainya.
Ahli antropologi, Koentjaraningrat, memberikan pengertian terhadap kebudayaan
sebagai keseluruhan dari perilaku dan hasil kelakuan manusia yang teratur, yaitu
tata kelakuan manusia yang harus diperoleh dengan belajar yang tersusun dan
terintegrasi dalam kehid upan masyarakat (Koentjaraningrat,1996:76).
Berdasarakan pengertian Islam dan kebudayaan diatas, dapat ditemukan
kesinambungan dalam keduanya yang akhirnya melahirkan kebuadayaan islam,
yang diartikan cara berfikir dan merasa Islamyang dinyatakan dalam kes eluruhan
segi kehidupan dari segolongan manusia (muslim) yang memebentuk eksatuan
sosial dalam ruang dan waktu. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa segala tindakan
manusia ditentukan oleh rukun iman dan rukun Islam, maka begitu pula terhadao
kebudayaannya.
Perbedaan agama Islam dan kebudayaan Islam, dijelaskan oleh Aminudin Kasdi
terletak pada pengaplikasiannya, dimana agama Islam menekankan pada tindakan
yang berusan dengan akhirat, yang mampu mengantarkan manusia ke surga dan
jauh dari neraka, sedangkan kebudayaan Islam menyangkut hubungan manusia
dengan urusan dunia namun tetap dalam tatanan Islam. Islam memeberikan
kebebasan umatnya mengenai kebudayaan mereka. Tiapa merupakan bagian
sendiri dengan alamnya, kahidupan, kepribadian dan sejarah mereka send iri. Sejalan
dengan sabda Nabi Muhammad :
”Jika ada urusan agamamu serahkanlah padaku, dan jioka ada urusan
keduniaanmu maka kamu lebih tahu akan urusan duniamu itu. (HR. Muslim)”
Dengan adanya kebebasan berbudaya yang diberikan kepada muslim, menjadikan
kebudayaan Islam mengadakan akulturasi dengan berbagai macam kebudayaan
yang dijumpainya. Sakulturasi dapat diterima keberadaannnya selama tidak
bertentang dengan tatanan agama Islam. Namun, terdapat batasan – batasan
terhadap akulturasi, khusunya pada perib adatan, tidak dibenarkan adany aakulturasi
dalam bidang peribadatan, akulturasi diperbolehkan hanya dalam bidang urusan
manusia dengan manusia. Dan keopentingan akulturasi budaya pun menjadi tolak
ukur akan pembenaran terhadap akulturasi budaya, misalnya d igunakan untuk
urusan dakwah seperti yang dilakukan oleh wali sanga. Tampak pada kehidupan

Sejarah Lokal Sunan Giri | 29 dakwah walisanga yang berada pada masa peralihan dari hindu ke Islam, maka
dapat dipastikan kebudayaan – kebudayaan yang lahir di dominasi oleh dua unsur
kebudayaan diatas, seperti pada bentuk struktur bangunan rumah perubadataan
yang tak lepas dari atap tumpang, candi dan ukiran – ukiran, kuil tentu dengan
fungsi yang berbeda, seperti yang t erdapat di komplek Sunan Giri.
2. Latar belakang sosiologis, yaitu pandangan ma syarakat terhadap kedudukan wali
sanga.
Jasa- jasa walisanga dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Sampai saat ini
masih sangat kental melekat di masyarakat. Oleh masyarakat, wali sanga dianggap
memilki dua kelebihan, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang me ndalam dan luas
2. Memilki daya dan kekuatan ghaib yang melebihi wali – wali diluar wali sanga.
Kedudukan wali dianggap emmeilki tingakatn yang berbeda dengan manusia pada
umumnya. Pada kenyataanya, kedudukan para wali di dalam derajat dan martabat
manusia da lam ajaran Islam memang dibenarkan adanya. Tingkaatn para wali
dianggap berada di bawah derjata Nabi dan Rasul.
DiJawa sendiri, walisanga menjadi tokoh yang dikeramatkan, bahkan menjadi
sasaran pemujaan dalam masyarakat Islam khususnya pada abad 15 dan 16.
Pemujaan dan pengkultusan tersebut muncul dikarenakan makna wali bagi
masyarakat Jawa memilki pengertian sebagai pelindung masyarakat dan aama
Islam. Hal tersebut nampak pada gelar yang tersemat pada nama – nama mereka,
seperti Sunan yang kemudian diikuti dengannama tempat tinggalnya. Seperti Sunan
Giri yang berasal dari wilayah giri kedhaton dan merupakan penguasa pertama,
Sunan Ampel, yang berasal dari daerah Ampel, Sunan Gunung Jati, dan sebagainya.
Pengkuktusan inilah yang akhirnya malah berlawanan makn a mengenai wali dalam
al-qur’an terdapat pada surat Isra’ ayat 33 yang artinya:
“sesungguhnya kami berikan kekuasaan baginya untuk menuntut bela, tetapi tiada
boleh ia berlebih – lebihan pada membunuh.”
Kata Sanga pada walisanga dihubungkan dengan kata “san a” yang berasal dari
bahasa Sansekerta asana yang berarti tempat. Hal ini tercermin melalui nama – nama
walisangan yang selalu disandingakna dengan nama – nama tempat asalnya. Akan
tetapi, kata sanga juga tak lepas kaitannya dengan pemaknaan angka sembilan,

30 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI mengingat jumlah walisanga ada sembilan orang. Dalam masyarakat Jawa. Angka
sembilan dianggap mengandungb undur – unsur mistik. Anggapan ini berasal dari
kepercayan – kepercayaan sevelum datangnya Islam ke Jwa. Dalam Islam sendiri
angka ganjil dalam beberapa hal memiliki makna khusus.
Berdasrakan pemaknaan diatas , walisangan dalam pandangan masyarakat Jawa
yang dianggap emmilki kedudukan setelah nabi dan pemaknaan angka sembilan
bisa dikaatan sebagai akibat dari peralihan zamnan Hindu ke Islam, selama
pemak naan ini tidak menyalahi aturan agama Islam maka hal itu merupakan hasil
kebudayaan masyarakat pada saat itu yang samapi saat ini masih tersus di jaga
pemahamannya agar tak menyalahi aturan agama.
3. Perkembangan kebudayaan di Jawa pada abad XV -XVI
A. Perkembang an Unsur – unsur budaya Asli Indonesia
Sebelum mendapat pengaruh Hindu, berdasarkan peninggalan – peninggalan
berupa dolmen yang dipergunakan sebagai tempat meletakkan sajianm menhir
yaitu suatu tiang tertanam yang menjulang dalam kelompok berjajar dan
memb entuk area untuk tempat mengadakan uapacara dan tarian, tahta batu
merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat duduk kepala suku atau
tempat duduk para leluhur yang dipahat pada menhir. Dapat disimpulkan bahwa
bangsa Indonesia pada jaman pra hindu tel ah melakukan pemujaan terhadap arwah
nenek moyang. Penujaan tersebutpun mempunyai arti penting bagi kehidupan
masyarakat khususnya berkaitan dengan kehidupan kerohanian.adapun utnuk
kepentingan pemujaan dibuatlah bangunan megalith, berupa bengunan dengan
susunan bertingkat piramidal dengan benda pujaan berada di tempat paling atas.
Karena dianggap keramat, maka penggambaran tempat pemujaan ini digambarkan
dalam bentuk gunung. Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa bangunan
piramid berbentuk seperti gunung, speerti yang tampak pada bangunan Lebak
sibedug dari Jawa Barat (Aminudin Kasdi, 2005: 72)
Selain itu, pada jaman pra Hindu telah berkembang pula kebudayaan – kebudayaan
seperti wayang kulit, gamelan, batik, pelayaran, mata uang, pertanian dan irigasi dan
sistem pemerintahan desa.
B. Pengaruh Unsur Kebudayaan Hindu
Agama Siwa Sidanta merupaka agama Hindu yang tergolong awal masuk ke
Indonesia. Sumber utama kepercayaan agama ini adalah kitab – kita agama. Ada tiga

Sejarah Lokal Sunan Giri | 31 aliran utama yang mendasarkan ajaran kepercaya an (keimanannya) kepada kitab
agama, yaitu mazhab Siwa, mazhab Sakti dan mazhab Wisnu, kitab agama disebut
juga tantra yang berarti pengetahuan yang disebarkan. Di dalam kitab Tantra,
diuraikan tentang arti tatwa (kenyataan), mantra dan pembebasan manusia dari
dikatakan tidak menyimpoang dari ajaran Weda. Dalam keyakinan Hindu terdapat
empat kelompok kitab suci, yaitu Weda, Samtri, Purana dan agama. Kitab – kitab itu
secara kronologgi berlaku berturut – turut bagi empat jaman, yaitu kreta, treta,
Dwapara dan Kaluyuga. Oleh karena jaman sekarang teramsuk jaman kaliyuga maka
kitab yang berlaku pada jaman ini adalah kitab – kitab agama. Pada intinya, kitab
agama berisi tentang lima ahal, yaitu penciptaan alam dan peleburan alam semesta,
penyembahan dewa -dewa jala n mutlak untuk mendapat kesaktian dan perseku –
tuan atau bersatu dengan zat ynga Tertinggi(Aminudin Kasdi, 2005: 74).
Menurut Harun Nasution, sekalipun agama hindu dianggapa tergolong agama
politheisme, namun didalamnya tetap terkandung faham – faham monothe isme.
Tergambar pada Dewa Trimurti Hindu, yaitu Brahma, Wisnu dan Shiwa yang
mengandung aspek berbeda – beda tentang penggambaran zat Tertinggi.
Brahman digambarkan sebagai pencipta, Wisnu dengan aspek memelihara dan
Shiwa sebagai tokoh penghancur.
Pengaru h Hindu yang paling melekat pada kebudayaan Islam nmelalui
kepurbakalaan Sunan Giri di komplek makam Sunan Giri nampak pada bentuk
komplek makam yang berundak – undak, dimana tempat tertinggi diletakkan
untuk makam Sunan Giri beserta keluarga. Pada pemujaan Hindu, tempat
tertinggi juga dipercaya semakin mendekatkan pada sosok dewa – dewa mereka.
C. Pengaruh Unsur Budaya Budha
Selain agam Hindu. Berkembang pula agama Budha di Jawa. Peninggalan –
peninggalan afgama Bdha dapat kita amati di daerah Jember Selatan d imana
tempat beberapa patung Budha di sekitar aliran sungai Kisna. Selain itu terdapat
puyla di Sulawesi Tengah dan bukit Sigantung. Patung patung Budha yang
ditemukan ini digolongkan pada gaya Amarawati.
Di Indonesia sendiri ajaran agama Hindu yang berkem bang adalah ajaran Budha
Mahayana yang di tulis dalam kitab Sang Hyang Kamahayanikan dari jaman Mpu
Sendok (947 M). Didalamnya diuraikan mengenai dewa -0 dewa Mahayan yang
sesuai dengan susunan arca – araca Budha di Candi Borobudhur.

32 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Lalu pada jaman Negara K ertagama, antara agama Hindu dan Budha terjadi
sinkretismne atau percampuran antara keduanya, bahkan faham tersebut juga
dianut oleh Kertanegar. Aliran yangb lahir dari sinkretisme dua agama tersebut
dinamakan aliran Kalacakra. Ajaran aliran Kalacakra tert uang pada salah satu
kitab yang cukup fenomenal di Indonesia, yaitu kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular yang terkenal dengan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana
Dharma Mangrawa.
D. Pengaruh Unsur Budaya Islam
Islam masuk dan berkembang di Indonesia dip erkirakan dalam bentuk ajaran
tasawuf (mistik). Merka yang mengajarkan ilmu tasawuf, disebut seorang Sufi,
pengajaran dari seorang yang berkembang dan diteruskan para pengikutnya
akan melahirkan sebuah tarikat. Salh satu tarikat yang berkembang di Indonesi a
sampai sekarang adalah tarikat satariyah, perkembangan tarikat ini pada akhirnya
sampai ditangan Sunan Giri. Tarikat Satariyah mengajarkan bahwa Allah memiliki
tujuh tingkatan. Mengenai tujuh tingkatan Allah, dalam Serat hidayat Jati
(Petunjuk yang Seben arnya) buah karya R.Ng. Ranggawarsita (1852),
menjelaskan:
“ … Ora ana Pangeran anging Insun dat kang meliputi ing kahanan Djati :
Djumeneng ing Nukat gaib, tumurun ing Djohar awal. Ing kono ana ing alam
Akadijah, alam Wakda, alam Wahidijah, alam Arwah, alam Mithal, alam Ajsam,
alam Insan Kamil, yaiku sifat Ingsun.”
Dan terdapat pula ajaran tentang Nur Muhammad, sebagai tokoh manusia paling
sempurna, Uswatun Khasanah .
Berdasarkan uraian diatas mengenai latar belakang kepurbakalaan Sunan Giri,
Aminudin Kas di dalam Kepurbaklaan Sunan Giri memberikan penjelasan mengenai
kepurbakalaan yang berada di Komplek Sunan Giri.
1) Situs dan Nama
Komplek makam Sunan Giri berada di Desa Giri yang merupakan wilayah dataran
tinggi. Desa Giri terdiri dari tiga kampung, yaitu S idomukti, Giri Gjah dan Giri
Kedaton, Tiga wilayah ini, merupakan tempat dimana Sunan Giri menyebarkan Islam
dan mengukuhkannya kerajaannya yaitu Giri Kedaton. Dalam beberapa tradisis,
Sunan Giri selalu dikaitkan dengan Sunan Ampel dan dianggap mereka mem ilih
hubungan darah.

Sejarah Lokal Sunan Giri | 33 Pemakian nama Giri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan di Jawa
dari periode sebelum Islam. Pada jama itu nama giri dihubungkan dengan nama
Dewa Ciwa yang merupakan dewa gunung, yaitu Girindra. Bana giri selanjutnya
digunakan sebagai nama raja Girindrawardhana, dari Majapahit yang membuat
prasasti Djiu pada tahun 1486. Tokoh yang dianggap sebagai nenek moyang
Majapahit yaitu Ken Arok juga di kenal dengan gelarnya Girindra yang berarti raja
gunung.
Pemilihan tempat di at as gunung yang dilakukan Raden Paku terhadap pem –
bangunan masjid guna menyebarkan agama Islam di dasarkan pada petunjuk
Maulana Ishak seorang ulama dari Malaka yang sebelumnya juga berdakwah di
Jawa Timur. Proses pemilihan lokasi itu dapat dikatakan sejala n atau bahkan
dikatakan sebagai kelanjutan dari kepercayaan rakyat dari semenjak jaman pra
sejarah yang menganggapa gununng sebagai tempat keramat dan tempat
bersemayamnya roh nenek moyang. Perbedaanya hanya terletak pada peman –
faatannya yang mana pada ko mplek makam Sunan Giri bernuansa Islam.
Tidak mengherankan bila tradisi tersebut terus berkembang mengingat pening –
galaan kepurbakalaan tertua di pulau Jawa yang bernuansa Islam kebanyakan
didirikan diatas gunung selain komplek makam Sunan Giri, terdapat pula komplek
Sendang Duwur, komplek Sunan Gunung Jati, Komplek Sunan Muria. Selain itu,
pada komplek – komplek tersebut terdapat pula relief dengan unsur gunung suci,
teratai, dan garuda sebagai kelanjutan dari tradisi bidaya periode sebelum Islam,
baik ya ng berasal dari prasejarah maupun pada masa Hindu dan Budha. Tidak dapat
dipungkiri, pengkultusan tempoat yang dianggap suci merupakan media utama
yang digunakan para wali agar mampu menarik masyarakat pada masa itu untuk
amsuk agama Islam selain dari unsu r budaya, perdagangan maupun politik.

A.101. gambar anak tangga
menuju makam sunan Giri yang
berada di bukit Giri dengan
jumlah ratusan anak tangga.

34 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI 2) Seni bangunan
Komplek sunan Giri terdiri dari komplek makam dan komplek masjid. Pada komplek
sunan Giri terdapat bangunan makam – makam, gapura, cungkup, dan masjid.
Pembahasan mengenai aspek seni bangunan pada k omplek ini dipusatkan pada
arsitektur bangunan makam utama yang gaya arsitekturnya terpengaruh pada
budaya prasejarah dan Hindu. Hal tersebut nampak pada komplek makam sunan
giri yang berbentuk tangkup. Dan adanya cungkup yang burukir di area makam,
selain itu, diluar komplek makam utama (makam Sunan giri) terdapat pula makam
Sunan Prapen disebelah barat yang juga terletak diatas gunung dengan atap
berbentuk tangkup dan cungkup yang berukir. Terdapat pula gapura dengan aspek
kepurbakalaannya pada komplek su nan giri dan di komplek masjid yang berfungsi
sebagai pintu masuk.
Komplek masjid yang merupakan peninggalan pada masa Sunan Giri saat ini dapat
kita lihat pada bagaian masjid wanita. Hal ini dikarenakan bangunan aslinya yang
berasal dari tahun 1544 saat ini digunakan untuk jamaah wanita. Pemugaran yangh
dilakukan pada 1857 pada masjid Sunan Giri, yang diberi nama masjid Ainul Yaqin
menggeser posisi masjid utama yang saat ini diperuntukkan untuk jamah wanita
dikarenakan perluasan terhadap bangunan masjid. Oleh karena itu, bangunan
utama masjid Sunan Giri didirikan pada 1857 sesuai inkripsi yang tertera pada
bagian depan masjid Ainul Yaqin. Pemugaran pada masjid Ainul Yaqin dilakukan
sebanyak dua kali, dan yang kedua dilakukan pada tahun 1960 M, yang menjadi
bangunan utama yang berdiri kokoh sampai saat ini.
Berikut merupakan peningalan kepurbakalaan di Komplek Sunan Giri berdasarkan
situs bangunannya, yaitu :
a) Makam
Makam adalah istilah bagi penyebutan kuburan secara halus. Penyebutan makam
biasanya diperuntu kkan bagi para raja, ulama, wali, maupun bangsawan. Menurut
Wiyoso Yudoseputra sebagaimana dikutip oleh Moh Thoha Asad, makam adalah
bangunan sebagai sarana dari sistem penguburan jenazah orang -orang muslim.
Bangunan ini didirikan di atas permukaan tanah d iliang kubur jenazah. Makam
berbentuk bangunan persegi panjang dengan arah lintang utara -selatan yang terdiri
dari bangunan bawah yang disebut kijing atau jirat sedangkan bagian atas disebut
nisan atau maesan (Moh Toha,1987:71).

Sejarah Lokal Sunan Giri | 35 Sebagai salah satu dari tok oh ulama Jawa yang dikenal dengan istilah wali sanga,
situs kepurbakalaan Sunan Giri ramai dikunjungi baik siang maupun malam
sehingga secara tidak langsung memberikan peluang yang cukup besar bagi
masyarakat di sekitar komplek makam mencari sumber penghas ilan. Tak ayal,
apabila bagi masyarakat sekitar Sunan Giri walaupun sudah meninggal dianggap
memberikah berkah kepada masyarakat sekitar tempat Ia di semayamkan. Pada
dasarnya, akar kebudayaan melakukan ziarah kubur merupakan manifestasi dari
adat Jawa yai tu tradisis terhadap pemujaan arwah leluhur atau nenek moyang, yang
oleh umat Islam di ganti emnjadi media untuk mengingat kematian, mendekatkan
diri kepada Allah dengan mendoakan tokoh ynag dianggap memiliki derajat lebih
tinggi dari pada mereka dan dekat dengan Allah. Namun, tak sedikit orang yang
menjadikan mak am sebagai tempat meminta -minta.
Berbicara mengenai situs kepurbakalaan di Jawa Timur tak akan lepas kaitannya
dengan komplek Sunan giri yang sebelumnya telah diterangkan adalah salah satu
kepurba kalaan dimana terdapat unsur sinkretisme, yaitu perpaduan atau percam –
puran dua aliran atau budaya untuk mencari kesinambungannya hal ini telah
dijelaskan sebelumnya pada pembahasan mengenai seni bangunan di komplek
makam Sunan Giri. Pada komplek Kepurbaka laan Sunan Giri, terdapat dua komplek
makam, yaitu komplek makam Sunan Giri dan komplek makam Sunan Prapen.

Berikut yang perlu dibahas mengenai komplek makam Sunan Giri, yaitu :
a. Lokasi
Komplek makam Sunan Giri, berada di atas perbukitan dengan ketinggian 120
meter diatas permukaan laut. Sebagian besar kepurbakalaan Islam di wilayah pesisir
utara pulau Jawa terletak di atas bukit. Begitupun makam Sunan Giri yang lokasinya
di atas bukit untuk menunjukkan kesucian bangunan ini. Pertimbangan dalam

A.102. gambar komplek
makam sunan Giri

36 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI pemilihan lokasi dimungkinkan bukan karena dilihat dari segi praktisnya, namun
lebih kepada segi esensi dari tempatnya.
Pada zaman nerleka, masyarakat menganggap gunung sebagai lambang dari
kesucian serta sebagai tempat tinggal arwah nenek moyang. Selain i tu adanya
kepercayaan masyarakat Hindhu bahwa Syiwa adalah dewa gunung, dan adanya
candi dianggap sebagai gunung kayangan. Gunung juga merupakan tempat bagi
resi untuk memperoleh kesaktian dengan melakukan semedi dan bertapa. Hal
tersebut dilakukan karena gunung berada jauh dari keramaian (Moh Toha,1987:67).
Terdapat pertimbangan mengenai pemilihan lokasi di bukit kedaton untuk mendi –
rikan pesantren, dan bukit Giri untuk bangunan komplek makam Sunan Giri .Pertim –
bangan tersebut antara lain:
 Adanya pengaruh dari luar Islam
Sunan Giri diberikan segenggam tanah oleh guru sekaligus ayahnya, yaitu
Maulana ishak. Beliau disuruh mendirikan tempat tinggal dan melakukan
dakwah di tanah yang memiliki warna dan tekstur yang sama dengan yang
diberikan gurunya. Mungkin M ualana Ishak telah mengetahui bahwasanya
beberapa gunung keramat digunakan para resi untuk mengajarkan agama
Hindhu kepada muridnya. Apabila kemungkinan ini benar, maka pemilihan
lokasi tersebut berdasarkan tiruan saja dari gunung – gunung di Jawa.
 Adanya p engaruh Islam
Adanya pengaruh Islam mungkin atas pertimbangan bahwa Maulana Ishak
adalah ulama besar yang mengetahui seluk beluk agama Islam yang
memberikan perintah mencari tempat di bukit. Sebagaimana contoh ketika
Nabi Muhammad sedang mencari inspiras i dari Tuhan untuk memperoleh
jalan kehidupan dengan berada di Gua Hira yang terletak di bukit Nur. Di
tempat inilah Nabi Muhammad memperoleh wahyu. Ada juga cerita
mengenai Nabi Musa yang memperoleh wahyu di Gunung Tursina.
Dengan demikian, lokasi komple k makam Sunan Giri di atas bukit bukan terjadi
secara kebutulan, melainkan perkembangan dari citra budaya yang tidak lepas
dari pandangan agama Islam dan kebudayaan sebelum Islam dengan makna dan
tujuan tertentu (Moh Toha,1987:68 -71).

Sejarah Lokal Sunan Giri | 37 b. Bentuk Maesan
Pada makam kompleks kepurbakalaan Sunan Giri,bentuk maesan pada umunya
adalah lurads, atau kapal terbalik yang mengesankan pengaruh Persia. Akan
tetapi kemudian bentuk ini berkembang dengan berbagai macam bentuk seperti
bentuk landam kuda, kuncup teratai, mahk ota surban, dan banyak lagi (Moh
Toha,1987:72)
c. Cungkup
Agama Hindhu memiliki candi sebagai konsep dari wujud kesatuan antara manusia
dengan Tuhan, sedangkan dalam Islam dapat dilihat dari peninggalan kepurba –
kalaan seperti kompleks Makam Sunan Giri. Komple ks tersebut merupakan
beberapa kumpulan makam yang terletak di atas bukit. Makam yang paling sakral
terletak paling atas ataupun yaang paling belakang. Berikut ini bagian -bagia makam
yang dikutip secara lengkap dari (Moh Toha,1987:63 -64)
Makam Sunan Giri d ilindungi tambahan bangunan yang disebut cungkup. Cungkup
yang beratap tiga dibangun di makam bagian atas. Atap paling bawah massif, makin
ke atas makin runcing dengan bentuk limas, dan berakhir pada satu titik di atas
puncak yang diberi mustaka. Tambahan bangunan ini sebenarnya bersumber pada
pikiran lama seperti mendirikan candi di Hindhu (Moh Toha,1987:72).
Atap tumpang dapat dianggap sebagai bentuk perkembangan dari dua unsur
berlainan yaitu atap candi, dan puncak stupa. Candi memiliki denah atap yang bujur
sangkar dan selalu bersusun. Sedangkan stupa adakalanya berbentuk susunan
payung yang terbuka. Payung -payung tersebut merupakan bagian teratas dari
stupa. Pada masa Indonesia prasejarah payung dianggap sebagai lambang
peralihan dan kebesaran. Atap c ungkup yang terbuat dari kayu melambangkan
kesucian dan merupakan gambaran dari perlambang kekuasaan dan kebesaran
Tuhan. Dalam hal ini, kedudukan par awali dianggap sebagai pengejewantahan
terlengkap dari Tuhan.
Cungkup makam Sunan Giri terdiri dari bagia n kaki, tubuh dan atap dengan
bentuknya seperti atap tumpang yang mirip dengan candi. Atap tumpang mirip
dengan meru yang digunakan khusus untuk mengatapi bangunan suci. Cungkup
terdiri dari tiga bagian, yaitu:

38 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI
 Ruang a, dibentuk oleh pemunculan kijing ya ng diberi kiswah (kelambu)
sebagai tempat peraduan. Disinilah terletak makam Sunan Giri yang dianggap
sakral.

A.103. gambar
 Ruang b: dibatasi oleh dinding kelililing yang membentuk suatu bilik makam.

A.104. gambar

 Ruag c : lorong yang mengeli lingi bilik makam dan terbentuk karena adanya
dinding cungkup.

A.105. gambar

Sejarah Lokal Sunan Giri | 39
Makam utama Komplek pemakaman sunan Giri meliputi tanah dengan luas 80 x 75
meter yang dikelilingi oleh tembok sebagai sekat utama. Di area ketiga ini, terdiri
dari makam S unan Giri, keluarga dan kerabat Sunan Giri. Makam Sunan Giri terletak
dalam sebuah cungkub (bangunan kuburan) yang berisi Sunan Giri beserta isteri
(Sunyoto,2016:213). Didalam cungkup tersebut terdapat makam Sunan Giri, Dewi
Murtasiah dan Dewi Ragil. Di se belah barat cungkup Sunan Giri terdapat makam
Sunan Sedomargi, Sunan dalem, Sunan Tengah, Pangeran Kidul, Sunan Kulon dan
putra – putri Sunan Giri yang lainnya yang namanya terdapat pada batu nisannya,
berupa papan yang menerangkan tokoh yang dimakamkan. Di sebelah timur
cungkup Sunan Giri terdapat makam Dewi Wardah beserta putranya yang
merupakan istru kedua Sunan Giri. Selain itu, terdapat makam – makam yang masih
merupakan keluarga Sunan Giri. Cungkup makam Sunan Giri berukuran 4 x 6 meter,
berbentuk Lima s beratap tumpang, dengan dinding yang terbuat dari kayu dengan
ornamen bunga dan tumbuh – tumbuhan. Cungkup makam Sunan giri terdiri dari
tiga bagian:
Pertama , Fundamen, yaitu kaki cungkup setinggi kira – kira ½ meter dihiasi dengan
ragam hias sulur – sulur dedaunan melingkar.

A.106. gambar Fundamen
Kedua , Tubuh cungkup, yang ditutupi oleh dinding – dinding kayu yang dukir
dengan relief tumbuh – tumbuhan, motif teratai – motif teratai, gunung – gunung dan
bunga. Dinding Cungkup terdiri dari dua bagian, dinding dalam yang didalamnya
terdapat jirat makam Sunan Giri, dan dinding luar yang menjadi pintu masuk
menuju cungkup Sunan Giri. Di antara dinding dalam dan dinding luar, terdapat
ruangan yang umumnya digunakan untuk ziarah. Sejalan dengan penjelasan
mengenai dinding pada cungkup Sunan Giri, Mustakim, menambahkan bahwa
dalam sungkup Sunan Giri, terdapat dua ruangan, yaitu ruang dalam (makam), dan
ruang langkanyang berfungsi sebagai tempat berdoa, berdzikir, mengaji, dan tahlil

40 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI
bagi para peziarah. Masing – masing ru ang ini dibatasi oleh dinding -dinding cung –
kup seperti dijelaskan sebelumnya.

A.107.gambar tubuh cugkup

A.108.gambar tubuh cugkup
Sedangkan yang ketiga, atap cungkup makam Sunan Giri berbentuk atap tumpang
bersusun tiga yang ter buat dari kayu. Atap yang terbawah berbentuk masif,
kemudian menopang atap kedua yang sedikit lebih tinggi dan atap ketiga yang
berbentuk piramid menjulang. Pada atap cungkup terdapat penutup yang disbut
mustoko. Terdapat hiasan ukiran berbentuk ikal yang melengkung menonjol keluar
sehingga memberikan kesan seperti air berombak. Pada mustoko -nya terdapat
ukiran daun bergerigi tiga menempel pada mustoko dan di bagian bawahnya
terdapat ukiran – ukiran berbentuk lengkungan keluar (Aminudin Kasdi, 2005:100).
Berikut ini adalah keterangan mengenai cungkup yang dikutip secara lengkap pada
tulisan Moh Thoha, yaitu:
 Terdapat dua pintu utama dalam cungkup makam, pintu pertama untuk
memasuki lorong langkan sedangkan pintu kedua untuk memasuki bilik
makam. Pintu pertam a memiliki kusen dengan motif daun, dan bunga serta

Sejarah Lokal Sunan Giri | 41 motif hewan. Motif hewan tersebut distilir yaitu singa dibagian sebelah kanan
dan kiri, burung dan ular melingkar terdapat dibagian atas sebelah kiri dan dua
ekor terbang yang terdapat dibagian atas dise belah kiri maupun kanan. Pada
bagian kanan atas terdapat kiasan manusia sedang duduk dibawah bangunan
kecil yang beratap limas. Pintu bagian bawah terdapat kusen yang bermotif
sayap. Hiasan pada daun pintunya berupa hiasan bidang segi empat berisi
daun da n bunga -bungaan.
 Pintu kedua mempunyai dua macam daun pintu. Terdiri dari besi dengan
hiasan lingkaran dan kuncup bunga, dan yang terdiri dari besi dengan hiasan
lingkaran dan kuncup bunga, dan terdiri dari kayu dengan hiasan bidang
seperti pada daun pintu pertama. Kusen pada pintu kedua memiliki hiasan dua
ekor naga yang dikenal dengan “ naga loro warnaning tunggal” . T ulisan
tersebut merupakan petunjuk tahun didirikannya cungkup yaitu pada tahun
1428 S. Disebelahnya terdapat hiasan seperti bangunanberatap tumpang atau
pundek berundak dan diatas kedua naga tersebut terdapat hiasan motif
tumpul yang diisi dedaunan. Kusen bagian atasterdapat hiasan stilisasi kepala
kala yang diapit dengan hiasan S pilin.
 Dinding cungkup memiliki hiasan berupa motif medallion yang berderet. Pada
dinding bilik makam terdapat beberapa hiasan bidang bujur sangkar yang disi
dengan bidang segi enam dan segi empat. Bidang segi empat ditempatkan di
tengah dan dimiringkan sehingga bentuknya merupai wajikan, seangkan
bidang segi enam d iletakkan di atas dan di bawahnya. Bidang yang di atas
diletakkan secara mendatar . Sedangkan bidang yang bawah memiliki bentuk
yang lebih panjang daripada yang atas dengan ujung sudutnya dibalik keatas
dan kebawah. Semua bidang tersebut diisi hiasan yang berupa bunga teratai
dan pohon hayat. Antar bidang memiliki garis pemisah yang berupa su lur
dalam bentuk dipilin tegar. Motif hiasan pada dinding bilik makam memiliki
kesamaan pada dinding yang membentuk lorong langkan. Bedanya pada
dinding yang membentuk lorong langkan terdapat hiasan karangan bunga dan
burung phonik yang terdapat pada atas daun dan tangkai bunga. Terdapat
pula reset pada tiap sudut bidang. Kedua dinding tersebut terdapat hiasan.
Hiasan pada tembok dibawah dinding bilik makam berupa bidan g segi enam
dengan diisi daun -daun dan ruset. Tembok di bawah dinding membentuk
lorong langkan berupa hiasan daun dan sulur.

42 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Pada tiang cungkup terdapat hiasan tumpal dengan ragam hias sulur yang disebut
tumpal berselimpat. Sudut tumpal diletakkan secara berlawanan. Sudut tumpal
bagian bawah diletakkan menghadap keatas, sedang dibagian atas ditauh
menghadap ke bawah. Hiasan pada plavon bilik makam maupun langan berupa
roset yang diapit dengan sudut -sudut tumpul berjumlah delapan (Moh
Toha,1987:81 -83).
Bentuk Fundamen pada cungkup Sunan Giri yang massip tak lepas pula dari
kebudayaan – kebudayaan arsitektur Hindu yang melekat di masyarakat. Bisa
dikatakan Cungkup merupakan perwujudan dari kelanjutan kebudayaan tersebut.
Bagian Fundamen pada cungkup Sunan Gir i kemungkinan merupakan kaki candi,
dalam kebudayaan arsitektur Hindu., sedangkan tubuh Cungkup yang terdiri dari
papan kayu dengan relief tumbuh – tumbuhan, gunung, hewan merupakan
gambaran tubuh candi sebagai tempat kediaman para Dewa. Dan atap Cungkup
yang terdiri dari beberapa tingkat, pada puncaknya dimahkotai oleh ragam hias
yang khusus, menunjukkan berasal dari periode sebelum Islam yang sampai saat ini
masih tetap di jaga kelestariann nya dan keutuhan bangunannya.
Cungkup makam Sunan Giri secara kesel uruhan merupakan hasil pemugaran pada
tahun 1524 Saka (1602 M), tepatnya pada masa – masa akhir pemerintahan Sunan
Prapen, sehingga Cungkup yang berada pada makam Sunan Giri saat ini bukanlah
merupakan cungkup asli makam Sunan Giri. (Tim Peneliti Sejarah S unan
Drajat,1998:199). Adapun dinding cungkup yang asli saat ini di gunaka sebagai
dinding pada cungkup Sunan Prapen (AminuddinKasdi,2005:98).Penggunaan kayu
sebagai bahan dasar cungkup pada dasarnya meiliki makna simbolik. Menengok
kembali pada zaman kebu dayaan kuno Indonesia, dimana kayu dianggap sebagai
pohon hayat (pohon kehidupan), kalpa druma (lambang pengharapan), dan kalpa
wreksa (lambang keselamatan) (Mustakim,2010:167). Mengingat Islam yang dibawa
oleh sunan Giri, merupakan agam ayang datang pada masa peralihan (dari Hindu ke
Islam) tentu tidak dapat dipungkiri apabila unsur – unsur budaya lama masih
melekat.
d. Gapura
Makam Sunan Giri tidak berdiri sendiri, melainkan bergabung dengan makam
keluarga yang terletak diluar cungkup. Lokasi yang berada di atas bukit, membuat
kompleks makam Sunan Giri diletakkan jenjang -jenjang dari lereng bukit tersebut.
Dengan memperhatikan dasar penyusunan jenjang pelataran, bentuk gapura dan

Sejarah Lokal Sunan Giri | 43 tata perletakannya, dapatlah diketahui bahwa prinsip -prinsip dasar penyusunan
seperti ini merupakan kelanjutan dari prinsip dasar pada kumpulan candi pada masa
Indonesia – Hindia , terutama candi Langgam Jawa Timur dimana bangunan tersakral
diletakkan pada bagian yang paling belakang. Peletakan demikian mengandung
perlambang dari kondi si sosial yang mencerminkan sistem sentralisasi dan
keseragaman (Moh Toha,1987:74 -75).
Komplek makam ini berupa dataran bertingkat tiga dengan bagian belakang paling
tinggi. Pintu gerbang masuk ke area pemakaman pada tingkat pertama ini ditandai
dengan ga pura berbentuk candi bentar. Untuk masuk kearea tingkat kedua terdapat
pintu gerbang candi bentar kedua yang sama dengan pintu gerbang pertama
dengan undak – undakan berepripih hiasan naga dikanan dan kirinya yang
merupakan candra sengkala Naga Loro Warnani ng Padha yang menunjuk angka
tahun 1428 Saka (1506 Masehi), yaitu tahun dibangunnya pintu gerbang tersebut
(Sunyoto, 2016:213).
Candi Bentar ini berukuran 5 meter dengan lebar 2 meter pada bagian pangkal dan
tebal 70 centimeter (Mustakim,2010:162). Keadaan gapura candi bentar ini sudah
sangat rusak, namun pada dasarnya bangunan itu dapat dikatakan mempunyai
bentuk atau pola yang sama dengan candi bentar Wringin Lawang, yaitu merupakan
candi Jawa Timur yang dibelah dua, dan biasanya bersayap (Soekmono,1961:9 0).
Pada bagian kiri dan kanannya masih terlihat bagian – bagian tembok yang
menunjukkan bahwa bangunan tersebut memilki sayap. Pada bagian depannya
terdapat dua pilar kira – kira sepanjang 4 ½ meter dengan sisibagian bawah pilar
agak melengkung kedalam. Jik a candi bentar dibuat dari batu putih maka pilar
tersebut dibuat dari batu bata. Dalam karyanya, Gresik dalam Lintasan Lima Zaman,
Mustakim menambahkan bahwa terdapat dua ekor patung naga bermahkota yang
treletak pada dua sisi gapura, yaitu di kanan dan ki rinya merupakan tingkatan
pertama komplek makam Sunan Giri yang merupakan area makam untuk warga
biasa dan para santrinya begitu pula pada area tingkat dua. Pada area tingkat tiga
merupakam area utama pada komplek makam Sunan Giri.
Terdapat pintu gerbang berbentuk paduraksa yaitu sebuah gerbang yang
berbentuk candi yang pintunya tembus tetapi beratap. Paduraksa makam utama
pada atapnya terdapat hiasan berupa ukiran yang terbuat dari batu berbentuk
bungan padma (Mustakim,2010:165). Oleh masyarakat Islam, ba ngunan – bangunan
seperti paduraksa disebut kori agung. Dilihat dari fungsinya, paduraksa atau kori

44 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI agung merupakan pintu masuk utama pada bangunan – bangunan atau tempat
yang dianggap sakral. Sedangkan candi bentar, bisa diumpamakan sebagai gerbang
/ pintu masuk pertama dari keseluruhan suatu komplek (Aminudin Kasdi,2005:96).
Penamaan yang berbeda pada masa Hindu dengan sebutan Paduraksa dan pada
zaman Islam disebut kori agung, tentu tak lepas dari unsur sinkretisme yang terjadi
antara agama Hindu dan agama Islam. Sinkretisme pada paduraksa ini, menandakan
bahwa masyarakat pada saat itu masih sangat terkat dengan budaya – budaya
Hindu, apalagi metode Sunan Giri dalam berdakwah dengan mengakulturasikan
budaya Hindu yang berkembang saat itu dengan budaya Islam.
F. Karakteristik Kehid upan Masyarakat dan Kebudayaan pada
masa Pemerintahan Sunan Giri
Sunan Giri, atau yang lebih dikenal dengan Raden Paku merupakan salah satu
walisanga yang memilki andil besar terhadap penyebaran Islam di Jawa. Mengingat
ia juga merupak an penguasa pada zamannya yang ditandai dengan berdirinya Giri
Kedaton, kerajaan Islam pertama di Jawa Timur. Gersik, yang sejak abad 11 Masehi
telah dikenal sebagai kota bandar dagang , pelabuhan dagang internasional antar
negara, tak memungkiri bahwa ma syarakatnya tentu telah berhubungan dengan
berbagai macam budaya, agama dan etnis masyarakat, seperti India, Cina, Araba,
maupun masyarakat di Nusantara.
Dewasa ini, bila berkunjung ke kota Gersik dapat kita amati masyarakatnya yang
kental dengan budaya I slam, walaupun terkenal sebagai kota Industri, Tidak dapat
dipungkiri warna – warna Islam melekat di kota yang berslogan “Gersik Berhias
Iman”. Islam sangat dominan mewarnai kehidupan masyarakat Gersik, Kesenian
tradisional yang digunakan Sunan Giri sebagai metode dakwahnya sampai saat ini
masih di lestarikan oleh masyarakat. Kesenian tersebut terkait dalam bidang
kesusastraan, yaitu tembang macapat. Kesenian ini masih mewarnai, tradisi tradisi
masyarakat Gersik, seperti Tingkeban, sepasaran bayen, atau pada upacara
perkawinan. Media yang mudah dipahamin oleh masyarakat pada saat itu dan
meruapakan sebuah kebudayaan bagi masyarakat yang hidup pada zaman tersebut
menjadikan syair – syair yang di ciptakan Sunan Giri mudah dipahami oleh
masyarakat Gersik pada saa t itu. Berbekal tembang lir – ilir, Jor, Jelungan , Jamuran,
Bendi Girit, Gula Ganti, Cublek Cublek Suweng yang oleh anak – anak merupakan
lagu dalam sebuah permainan oleh Sunan Giri di jadikan media dakwah dan

Sejarah Lokal Sunan Giri | 45 mengajarkan ajaran agama Islam bagi masyarakat tersebut. Tembang macapat,
yaitu Asmaradhana dan Pucung merupakan tembang – tembang yang didalamnya
terdapat unsur ajaran agama Islam yang dibuat oleh Sunan Giri untuk menyebarkan
agama Islam di tanah Gersik. Melalui karya – karyanya ini, Ia dihormati oleh
masyarakat Gersik pada saat itu dan menjadi panutan.
Kembali pada masa kekuasaan Sunan Giri, seperti dikatakan sebelumnya kemajuan
Islam di Gersik tak lepas kaitannya dengan Sunan Giri. Sebelum mendirikan Giri
Kedhaton, Gersik di kuasai oleh Kerajaan Maja pahit yang pada masa itu sedang
mengalamai disintegrasi sekitar tahun 1478 M (Mustaqim,2010:64)Dari disintegrasi
tersebut, melahirkan dua kekuatan besar. Pertama, sisa – sia kekuasaan Majapahit
yang berhaluan Jawa – Hindu, seperti Klungkung, Pengging, dan Te rung. Dan yang
Kedua, diwakili oleh, Giri (Gersik), Demak , Kudus yang berhaluan Islam di pantai
utara Jawa (Sartono Kartodirdjo,1992.h.31). Islam datang ketika kerajaan – kerajaan
Hindu mengalami disintegrasi, menjadikan masyarakatnya mudah untuk menerima
Islam yang dibawa dengan damai tanpa ada pemaksaan atau kekerasan.
Menurut Babad Gersik, Sunan Giri dinobatkan menjadi Raja Giri Kedhaton dengan
bergelar Prabu Satmata. Gelar Prabu menunjuk pada kekuasaan politis, sedangkan
Satmata adalah salah satu nama Dewa Syiwa, yaitu nama yang menandai sebuah
kekuasaan bersifat Syiwais : ajaran yang paling banyak dianut masyarakat Majapahit
dewasa itu.(Sunyoto,2016,h.222). Pabu Satmata mendirikan kedhaton (istana)
dengan tujuh tingkat di sebuah bukit yang dikenal den gan nama bukit Giri. Oleh
karena itu, Kedaton yang didirikan oleh Sunan Giri Giri ini disebut sebagai Kedhaton
Giri atau lebih dikenal dengan nama Giri Kedhaton. Pembangunan Giri Kedhaton
berlangsung pada tahun 1408 Saka / 1486 M. Sunan Giri mendapat gelar Prabu
Satmata pada tahun 1409 Saka / 1487 M (Mustakim,2010:65).
Pada masa pemerintahan pertama Giri, dibawah kekuasaan Prabu Satmata Giri
berubah sebagai kota Kerajaan. Pemilihan tempat pendirian kedhaton diatas bukit,
berdasarkan pertimbangan strategis dimana melalui bukit Giri, Prabu Satmata dapat
memantau keadaan Giri secara keseluruhan baik wilayah darat maupun laut
(pelabuhan). Selain itu, dipilihnya bukit Giri juga sebagai salah satu strategi
mendakwahkan agama Islam dan menjaga serta mengawasi wila yah Giri dari
serangan musuh.Terlepas dari itu, dalam salah satu riset yang diadakan oleh
Pesantren Luhur Malang dalam Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri (1975),
menjelaskan bahwa pemilihan bukit giri sebagai tempat mendirikan Kerajaan

46 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI berdasarkan sar an dari Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Sunan Giri, yaitu Ia
harus mencari wilayah yang mana tanah dan baunya sama dengan tanah yang
diberikan oleh Maulana Ishaq sebagai pusat dakwah Sunan Giri. Sunan Giri
mendapatkan wilayah tersebut di bukit Giri . Oleh karena itu, kerajaannya dinamakan
Giri Kedhaton. Giri merupakan nama tempat tersebut, dan kedhaton berarti istana.
Jadi Giri Kedhaton adalah Istana / kerajaan Giri.
Berbicara mengenai dakwah Sunan Giri, Dalam mengatasi masyarakat Giri, salah
satu m etode dakwah yang digunakan Sunan Giri dalam menyebarkan dan
mengajarkan agama Islam adalah melalui jalur pendidikan. Sunan Giri mendirikan
pesantren sebagai salah satu basis dakwahnya yang mampu menjaring santri dari
berbagai penjuru Nusantara, mulai dari Jawa, Makassar, Sulawesi, Lombok,
Sumbawa, Flores, Ternate dan Tidore dan Hitu. Ia, juga menggunakan sistem
pendidikan terbuka untuk mampu memikat masyarakat Giri terhadap pembelajaran
agama Islam. (Sunyoto,2016:221).
Dalam dakwahnya Sunan Giri selalu ber usaha untuk mampu bersikap sabar dan
tegas menghadapi rakyatnya. Sebagai seorang penguasa, Sunan Giri yang bergelar
Prabu Satmata, untuk selalu mampu menyelesaikan masalah rakyatnya. Dalam salah
satu kisah yang terdapat pada riset Pesantren Luhur Malang, d ikisahkan bahwa di
daerah Giri, suatu ketika sukar untuk mendapatkan air, maka dengan bimbingan
Sunan Giri rakyat diajak untuk meminta kepada Allah agar diberikan sumber air
guna keperluan hidup rakyat Giri.(Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan
Giri,Gres ik,1973:126).
Pada masa pemerintahan Sunan Giri, berdiri pula pondok pesantren di komplek Giri
Kedhaton. Pendirian pondok pesantren ini, mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap penyebaran agama Islam, melihat kondisi masyarakat yang paad saat itu
masih dalam kebingungan. Oleh karena itu, Pondok pesantren merupakan basis
utama Sunan Giri untuk mendidik masyarakat pada saat itu. Selain Giri Kedhaton,
dan pondok Pesantren, Dalam dakwahnya Sunan Giri juga mendirikan Langgar yang
saat ini dikenal dengan na ma Musholla.
Salah satu langgar yang Ia dirikan berada di Gunung Pertukangan, Ia membangun
Langgar tersebut sebagai salah satu basis dakwah beliau ketika melakukan
perjalanan dakwah di gunung Pertukangan. Sebelum mendirikan Giri Kedhaton,
Langgar inilah y ang menjadi basis dakwahnya samapi kemudian Sunan Giri
menemukan bukit Giri sebagai basis utama dakwah beliau. Sisa – sisa artefak langgar

Sejarah Lokal Sunan Giri | 47 di gunung Pertukangan masih ada hingga saat ini.(Panitia Penelitian dan Pemugaran
Sunan Giri,Gresik,1973;126).
Peran an Sunan Giri yang dominan dalam peletakan ajaran agama Islam ditanah Giri
menjadikannya sebagai penguasa yang berhasil membawa kemakmuran bagi
masyarakat Giri. Hal ini terbukti pula pada tampuk pemerintahan Giri Kedhaton
selanjutnya di bawah kekuasaan Sun an Dalem dalam pengembangan Islam, dan
mencapai puncaknya pada masa kekuasaan Sunan Prapen.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik masyarakat
dan kebudayaan pada masa pemerintahan Sunan Giri tidak lepas kaitannya dengan
kondisi kerajaan amjapahit pada disintegrasi, yang menyebabkan masyarakatnya
kebingungan dan kesusahan dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, metode
dakwah yang digunakan Sunan Giri dalam rangka mengatasi kondisi tersebut, Ia
gunakan metode pendidika emlalui tembang – tembang yang mengandung ajaran
Islam baik pada kalangan dewasa maupun anak – anak. Bahkan tembang – tembang
dolanan seperti cublek – cublek suweng pun Ia ciptakan sebagai media mendidik
masyarakat Giri berdasarkan ajaran Islam.
G. Jasa -Jasa Sunan Gir i Terhadap Penyebaran Islam di Indonesia
Seperti dijelaskan sebelumnya, Pengaruh Sunan Giri sangat mendominasi terhadap
pengembangan Islam di Jawa. Perannya yang besar terhadap penentuan garis – garis
dakwah Islamiyah dan politik pemerintahan menjadikan sun an Giri mendapatkan
penghargaan tertinggi sebagai pelegitimasi kekuasaan raja dan pemberi “berkah”
kepada raja – raja di kepulauan Nusantara.(Suyanti,2001:65).
Pengembangan Islam diluar Jawa pun tak lepas dari pengaruh Sunan Giri, meng –
ingat ia adalah raja sekaligus guru kedhatonnya yang juga merupakan komplek
pesantren dimana santrinya berasal dari berbagai macam etnis, suku yang tak hanya
berasal dari pulau Jawa, namun juga luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan Sulawesi
bahkan sampai ke pulau Ternate dan T idore. Faktor tersebut, menjadikan Islam
mudah menyebar di luar pulau Jawa, karena salah satu aksesnya melalui murid –
murid sunan Giri yang berdakwah di luar Jawa.
Dalam bidang kebudayaan, Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Walisongo (2016),
menambahkan ja sa- jasa Sunan Giri beradsarkan R,M. Sadjid dalam karyanya Bau
Warna Wayang menyatakan bahwa Sunan Giri memilki peran besar dalam
melengkapi hiasan -hiasan wayang seperti kelat bahu (gelang hias di pangkal

48 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI lengan), gelang, keroncong (gelang kaki), anting t elinga, badong (hiasan pada
punggung), zamang (hiasan kepala), dan lain -lain.
Selain itu Su nan Giri juga mengarang lakon -lakon wayang lengkap dengan suluk –
nya. Bahkan, bahkan Ia menambahakan tokoh -tokoh wayang dari golongan wanara
(kera) seperti kapi Menda, Kapi Sraba, Kapi Anala, Kapi Jembawan, Kpai Winata,
Urahasura, dan lain – lain. (Sunyoto,2016:227).
H. Lawrens Rasyidi dalam karyanya Kisah dan Ajaran Walisanga, menambahkan jasa –
jasa Sunan Giri. Di bidang kesenian, Sunan Giri juga berjasa besar, karena I alah yang
pertama kali menciptakan tembang dan tembang dolanan anak -anak yang bernafas
Islam antara lain : Jamuran, Cublak -ublak Suweng, Jithungan dan Delikan. Diantara
permainan anak -anak yang dicintanya ialah sebagai berikut :
“Diantara anak -anak yang be rmain ada yang menjadi pemburu, dan yang lainnya
menjadi obyek buruan. Mereka akan selamat dari kejaran pemburu bila telah
berpegang pada tonggak atau batang pohon yang telah ditentukan lebih dulu.
Inilah permainan yang disebut Jelungan. Arti permainan ter sebut adalah seseorang
yang sudah berpegang teguh kepada agama Islam Tauhid maka ia akan selamat
dari ajakan setan atau iblis yang dilambangkan sebagai pemburu.”
Sembari melakukan permainan yang disebut jelungan itu biasanya anak -anak akan
menyanyikan lag u Padhang Bulan, berikut syair – syair yang terd apat pada tembang
padang bulan.

“Padhang -padhang bulan,
ayo gage dha dolanan,
dolanane na ing latar,
ngalap padhang gilar -gilar,
nundhung begog hangetikar.”

Maksud lagu dolanan tersebut ialah : Agama Isla m telah datang, maka marilah kita
segera menuntut penghidupan, di muka bumi ini, untuk mengambil manfaat dari
agama Islam, agar hilang lenyaplah kebodohan dan kesesatan.
Terlepas dari berapa besar jasa – jasa Sunan Giri terhadap penyebaran aga,ma Islam
di Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa Sunan Giri merupakan tokoh besar yang Artinya adalah seb agai berikut :

“Malam terang bulan,
marilah lekas bermain,
bermain di halaman,
mengambil manfaat benderangnya
rembulan, mengusir gelap yang lari
terbirit -birit.”

Sejarah Lokal Sunan Giri | 49
merupaka peletak batu kesuksesan penyebaran Islam di Indonesia khususnya di
tanah Jawa, menengok kembali Ia merupakan tokoh yang keberadaannya sangat
dihormati oleh ulama bahkan wal i- wali sezamannya seperti sunan Demak. Perannya
yang signifikan seharusnya menjadi tonggak pendorong umat Islam saat ini untuk
terus meningkatkan semangat dakwahnya.
H. Daftar Gambar Kepurbakalaan Sunan Giri
1. Komplek Makam Sunan Giri

50 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI
2. Foto ragam hias ukiran di makam Sunan Giri

1.1 Gambar motif daun 1.2. Gambar motif bunga 1.3. Gambar motif pohon
1.4 Gambar motif segitiga/gunung 1.5. Gambar ragam hias seni ukir kepala naga

1.2. Gambar pintu masuk ke dalam makam
sunan Prapen 1.3. Gambar ukiran di dinding makam

Sejarah Lokal Sunan Giri | 51
3. Gambar masjid Ainul Yaqin

1.2. Gambar gapura masuk komplek Masjid Ainul Yakin

1.1. gambar masjid Ainul Yaqin

52 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI

Sejarah Lokal Sunan Giri | 53 Evaluasi Modul
Jawablah p ertayaan di bawah ini dengan baik dan benar .
No Soal Skor
1 Jelaskan proses masuk dan berkembangnya Islam d i Jawa? 0-10
2 Jelaskan Strategi dakwah Sunan Giri 1 dalam menyiarkan agama Islam
khususnya di daerah Gresik? 0-10
3 Jelaskan kronologis berdirinya giri kedaton? 0-10
4 Jelaskan kehidupan sosial keagamaan masa yarakat Giri pada masa
pemerintahan Sunan Gi ri I? 0-10
5 Komplek makam Sunan Giri berada di desa Giri yang merupakan
wilayah dataran tinggi jelaskan latar belakang penamaan Giri yang
melekat pada sunan Giri 1? 0-10
6 Jelaskan apa yang dimaksud dengan alkulturasi serta berikan
contohnya ? 0-10
7 Pada masa pemerintahan Sunan Giri 1 terjadi peroses peralihan antara
budaya Hindhu -Budha ke Islam, sebutkan beberapa bangunan yang
ada di komplek makam sunan giri yang menggambarkan percampuran
antara budaya Hindhu -Budha ke budaya Islam? 0-10
8 Jelaskan be ntuk alkulturasi antara kebudayaan Hindhu -Budha dengan
Islam yang ada di makam Sunan Giri yang meliputi cungkup dan
makam ? 0-10
9 Jelaskan makna syair padang bulan yang di ciptakan Sunan Giri I ? 0-10
10 Jelaskan secara singkat dan jelas jasa -jasa Sunan Giri terhadap
perkembangan Islam di Indonesia ? 0-10

Jawab :
…………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………………………
……………. …………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………..
……………. …………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………………………
……………. …………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………..
……………. …………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………..
……………. …………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………..

54 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Kunci Jawaban
1. Kedatangan Agama Islam di Jawa dikuatkan dengan ad anya makam Fatimah Binti
Maimun yang terletak di Leran Gresik. Pada abad ke -11 kekuasaan politik Islam di Leran
Gresik dibangun oleh Fatimah Binti Maimun yang wafat pada Rajab 475 H atau
Desember 1082 M. Pendirian kekuasaan politik Islam tersebut hampir ber samaan
waktunya dengan masa tahta kekuasaan politik Hindhu Kediri di bawah Raja Airlangga
(1019 -1042 M), dan Raja Prabu (1113 -1157 M). Berdirinya kekuasaan politik Islam Leran
di Gresik, Jawa Timur, jauh sebelum kerajaan Hindhu Majapahit dibangun di Trowul an
Mojokerto, Jawa Timur,1294 M. Sementara oleh beberapa kalangan sejarawan nisan
Fatimah binti Maimun tidak diakui karena nisannya tunggal .
2. Masuknya Islam di Jawa dilatar belakangi oleh jatuhnya kerajaan Malaka ke tangan
penguasa Islam melalui perjuangan politik. Jatuhnya Malaka membuat Islam semakin
berkembang di Jawa dengan jalan perdagangan yang menghubungkan Selat Malaka
dan Jawa. Hubungan bilateral inilah yang menjadi kesempatan bagi para saudagar
muslim untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa yang dimulai sebelum tahun
1511 M. Selain hubungan tersebut, banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaka
baik sebagai prajurit maupun pedagang, pada akhirnya mereka membentuk komunitas
atau memiliki kawasan sendiri yang disebut Kampung Jawa. Di wilayah ini b iasanya para
dai masuk dan mengajarkan agama Islam. Secara otomotis ketika orang yang merantau
tersebut pulang ke daerah asalnya, maka mereka akan menyebarkan agama Islam
diwilayahnya sendiri seperti Gresik dan Tuba n . Secara umum , masuknya Agama Islam
ke wilayah Nuasantara dilakukan dengan jalan perdamaian. Hanya terdapat beberapa
penggunanan legitimasi seorang raja untuk mempengaruhi rakyatnya.
3. Ketika melakukan dakwah menyebarkan agama Islam Sunan Giri melakukan pendekatan
Sunan Giri dikenal berkat kes ungguhannya mengembangkan sistem pendidikan berbasis
pesantren pada masanya. Diketahui bahwa santri yang dididiknya tidak hanya dari Jawa
saja, tapi juga berasal dari beberapa daerah Nusantara lainnya, selian itu sunan giri juga
menyerap kebudayaan lokal u ntuk menarik perhatian penduduk pada masa itu
diantaranya Sunan Giri menciptakan tembang seperti cublek cublek suweng .
4. Giri Kedaton didirikan oleh Raden Paku , seorang anggota Walisongo tahun 1487 . Suatu ketika
dikisahkan, Raden Paku pergi menemui ayahnya yang menjadi ulama di Pasai , bernama Maulana
Ishak. Ayahnya itu menyuruhnya untuk membangun sebuah pondok pesantren di daerah
Gresik .Raden Paku menemukan tanah yang mirip dengan tempat tinggal ayahnya. Tanah
tersebut terletak di Bukit Giri (sekarang masuk kecamatan Kebomas, Gresik ). Di atas bukit itu
didirikan sebuah pesantren bernama Giri Kedaton. Raden Paku sebagai pemimpin bergelar Prabu
Satmata, atau Sunan Giri I.

Sejarah Lokal Sunan Giri | 55 5. Pada masa sebelum Sunan Giri I masarakat meng anut agama Hindhu -Budha dan
kepercayaan animisme dan dinamisme mereka bekerja sebagai petani dan sebagian
bekerja di pelabuhan karena pada waktu itu Gresik termasuk salah satu pelabuhan yang
ramai kerana aktifitas perdagangan, tetapi setelah sunan giri be rdakwah dan
mengenalkan agama Islam berangsur -angsur masarakat di Giri memeluk agama Islam
6. Yang dimaksud dengan alkulturasi adalah percampuran dua kebudayaan baru dan lama
tanpa menghilangkan budaya lama.
7. Pemakian nama Giri tidak dapat dilepaskan dari per kembangan kebudayaan di jawa dari
periode sebelum Islam. Pada jama itu nama giri dihubungkan dengan nama Dewa Ciwa
yang merupakan dewa gunung, yaitu Girindra. Bana giri selanjutnya digunakan sebagai
nama raja Girindrawardhana, dari Majapahit yang membuat p rasasti Djiu pada tahun
1486. Tokoh yang dianggap sebagai nenek moyang Majapahit yaitu Ken Arok juga di
kenal dengan gelarnya Girindra yang berarti raja gunung.
8. Agama Hindhu memiliki candi sebagai konsep dari wujud kesatuan antara manusia
dengan Tuhan, se dangkan dalam Islam dapat dilihat dari peninggalan kepurbakalaan
seperti kompleks Makam Sunan Giri di makam dan cungkup terdapat beberapa
pencampuran budaya yakni pada nisan dan cungkup, nisan yang bertuliskan huruf arab
sedangkan cungkup beratap tumpang.
9. Agama Islam telah datang, maka marilah kita segera menuntut penghidupan, di muka
bumi ini, untuk mengambil manfaat dari agama Islam, agar hilang lenyaplah kebodohan
dan kesesatan .
10. Jasa Sunan Giri terhadap penyebaran Islam di tanah Gresik khusunya dan di I ndonesia
pada umunnya sangatlah sentral, Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren sebagai
basis dakwah yang menciptakan pendakwah -pendakwah yang tersebar di seluruh
Indonesia.

56 | SMA Negeri 1 Gresik Kelas XI Daftar Pustaka

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2013. Api Sejarah . Bandung: PT Grafindo M edia Pratama.
Mukarrom, Ahwan. 2014. Sejarah Islam Indonesia I . Surabaya: UIN SA Press.
Raffles, Thomas Stam ford. 2014. The History of Java . Yogya karta: Penerbit Narasi.
Su’ud, Abu. 2003. Islamologi: Sejarah, Ajaran,da n Perannya dalam Peradaban Umat
Manusia . Jakarta: Rineka Cipta .
Masroer. 2004. The History of Java. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara . Jakarta: KPG.
Lembag a Research Islam.1975. Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri .Malang:Panitia
Penelitian dan Pemug aran Sunan Giri Gresik.
Djoenod Poesponegoro, Marwati. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III . Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Sunyoto, Agus. 2012. Atlas Walisongo. Depok: Pustaka Ilman.
A.F Ali Erfan, Sejarah K ehidupan Kanjeng Sunan Giri, Tp Tt.
Hasyim, Umar. 1979. Sunan Giri . Kudus: Menara K udus .
Muhlas. 2004. Pernikahan Sunan Giri Grissee dalam Buku Tempo Doeloe (Gresik: Pemerintah
Kabupaten Gresik .
Hudan, Moch. 2004. Sarasehan Para Wali dalam Buku Tempo Doeloe (Gresik: Pemerintah
Kabupaten Gresik .
Muzaiyana, dkk. 2014. Akhlak Taswuf . Surabaya: UIN SA Press. .
Nurhadi, 1983. Tata Ruang Pemukiman Giri Sebuah Hipotesa Atas Hasil Penelitian Giri Jawa
Timur, Rapat Evalua sai Hasil Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional .
Zuhri, Syaifudin. 1981. Sejarah Kebangkitan Islam d an Perkembangannya di Indonesia
.Jakarta: Bulan Bintang .
Muhlas. 2004. Keris Kalam Munyeng dalam Buku Grisse Tempo Doeloe (Gresik: Pemerintah
Kabupaten Gresik .
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam Jilid IV . Jakarta: Bulan Bintang.
Muntaha, Moh. 1993. Sunan Giri Study Tentang Eksistensinya dalam Kedaton Giri
Asad, Moh Toha. 1987. Ragam Hias Kepurbakalaan Islam Kompleks Makam Sunan Giri:
Sebuah Tinjauan Akulturasi.

Sejarah Lokal Sunan Giri | 57

Similar Posts